Selasa, April 12, 2011

TUGAS REKONSTRUKSI SPI PAI-A

Khusus Anda yang berada di Kelas PAI-A, lakukan rekonstruksi berdasarkan data sejarah Pendidikan Islam Era Abbasiyah tentang persoalan, "Integrasi Ilmu Agama dan Umum di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta"! [tuliskan dalam "komentar"!]

32 komentar:

sulkhan's blog mengatakan...

pada waktu masa pemerintahan bani abbasiah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,mereka melakukan asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.Setelah kita mengetahui langkah -langkah abasiyyah memajukan pendidikan.dapat diketahui bahwa pada masa pemerintahan bani abbasiyah melakukan kajian atau penterjemahan untuk memperkaya ilmu pengetahuan.sehingga dalam proses memperkaya ilmu pengetahuan diperlukan suatu sistem integrasi untuk membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan nash sejalan.

kita dapat melihat bahwa proses pendidikan di UIN Sunan Kalijaga sudah melakukan proses integrasi ilmu agama dan umum. misalnya dalam suatu penelitian, teori ilmiah dikaitkan dgn nash yang ada dalam alquran maupun hadist. hal ini menunjukkan bahwa antara ilmu agama dengan teori ilmiah berjalan selaras.Sehingga akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan sekaligus menambah keimanan kita kepada ALLAH SWT.(SULKHAN SOFYAN.09410142)

AHMAD KHOLID MUHABIB mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
AHMAD KHOLID MUHABIB mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
AHMAD KHOLID MUHABIB mengatakan...

Pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyyah terjadi peningkatan pendidikan dalam bidang ilmu agama dan umum, karena adanya proses asimilasi dan gerakan penterjemahan.Asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa lainnya yang lebih dahulu sehingga mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.gerakan penterjemahan terjadi tiga fase..pertama penterjemahan dalam bidang astronomi dan matiq.kedua menterjemahkan ilmu ilmu dalam bidang filsafat dan kedokteran .ketiga memajukan ilmu pendidikan melalui kajian dan penterjemahan pengetahuan.jadi dalam poroses pendidikan di UIN SUNAN KALIJAGA mengalami kemajuan pendidikan Agama dan umum karena adanya proses asimilasi atau perpaduan dalam bentuk ilmu agama dengan ilmu -ilmu umum.(AHMAD KHOLID MUHABIB.09410132)

ulfi mengatakan...

Pada masa dinasti abbasiyah ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. hal ini tidak hanya dalam rumpun ilmu agama saja, namun pada ilmu-ilmu umum juga. pada masa dinasti ini telah berkembang konsep pemikiran yang rasional. tidak hanya bertumpu pada wahyu saja, dalam perkembangan ulmu pemgetahuan mereka juga memakai akal sebagai saran untuk berpikir... konsep pendidikan yang ada di UIN Sunan Kalijaga merupakan salah satu cerminan dari konsep pendidikan pada dinasti ini. Di UIN terkenal dengan sebutan integrasi interkoneksi .. contoh nyata mengenai konsep ini dapat dilihat misla pada fakultas saintek... mahasiswa setelah melakukan penelitian, dalam pembuatan laporannya harus juga mencantumkan ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan yang ditelit... di fakulta-fakultas lain juga banyak ditemukan contoh-contoh tersebut.

Unknown mengatakan...

Pendidikan Islam pada masa era Abbasiyah ditandai dengan berkembangnya lembaga lembaga islam seperti madrasah dan universitas universitas. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan dipengaruhi pula oleh dua hal, yaitu: Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Contoh: Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat. Kedua, Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase.Pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid (bidang astronomi dan manthiq). Pada masa khalifah al-Ma'mun - tahun 300 H ( bidang filsafat dan kedokteran). Tahun 300 H, bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas. Beberapa disiplin ilmu yang sudah berkembang pada masa itu adalah: ilmu fikih, ilmu kalam, ilmu hadis, ilmu tafsir, ilmu usul fikih, ilmu tasawuf, yang biasa pula disebut sebagai bidang ilmu naqli, ilmu-ilmu yang bertolak dari nas-nas Al-Qur'an dan hadis. Adapun dalam bidang ilmu 'aqli atau ilmu rasional, yang berkembang antara lain ilmu filsafat, ilmu kedokteran, ilmu farmasi, ilmu sejarah, ilmu astronomi dan falak, ilmu hitung, dan lain-lain.
Dari perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut menujukkan bahwa tidak ada dikotomi terhadap ilmu agama dan ilmu lainnya. Kedua duanya sama-sama berkembang.
UIN Sunan Kalijaga sebagai salah satu universitas di Indonesia juga telah berupaya mengatasi masalah dikotomi keilmuan. Hal ini dibuktikan dengan digunakannya pendekatan Integratif dan interkonektif yang mencakup tiga dimensi pengembangan ilmu pengetahuan, yakni Hadlarah al-Nas, Hadlarah al-‘Ilm, dan Hadlarah al-Falsafah. Di harapkan dengan demikian antara kelimuan agama dengan ilmu pengetahuan tidak berjalan sendiri-sendiri karena antara kedua disiplin ilmu ini dapat saling melengkapi. Salah satu fakultas di UIN Sunan Kalijaga yang ada yaitu Fakultas Saintek, di dalam buku panduan akademik Fak Saintek dikatakan bahwa sains merupakan akar dari semua ilmu pengetahuan yang berimplemetasi pada kemajuan teknologi. Dengan menggunakan konsep ZIKR (Zero based, Iman, Konsisten, dan Result Oriented) yang dipahami dan diterapkan dalam kehidupan kampus akan menempatkan lulusannya yang berpotensi unggul dan mampu mengintegrasikan dan menginterkoneksikan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan keislaman.
(Rahmawati R / 08410130)

Unknown mengatakan...

Pendidikan Islam pada masa era Abbasiyah ditandai dengan berkembangnya lembaga lembaga islam seperti madrasah dan universitas universitas. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan dipengaruhi pula oleh dua hal, yaitu: Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Contoh: Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat. Kedua, Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase.Pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid (bidang astronomi dan manthiq). Pada masa khalifah al-Ma'mun - tahun 300 H ( bidang filsafat dan kedokteran). Tahun 300 H, bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas. Beberapa disiplin ilmu yang sudah berkembang pada masa itu adalah: ilmu fikih, ilmu kalam, ilmu hadis, ilmu tafsir, ilmu usul fikih, ilmu tasawuf, yang biasa pula disebut sebagai bidang ilmu naqli, ilmu-ilmu yang bertolak dari nas-nas Al-Qur'an dan hadis. Adapun dalam bidang ilmu 'aqli atau ilmu rasional, yang berkembang antara lain ilmu filsafat, ilmu kedokteran, ilmu farmasi, ilmu sejarah, ilmu astronomi dan falak, ilmu hitung, dan lain-lain.
Dari perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut menujukkan bahwa tidak ada dikotomi terhadap ilmu agama dan ilmu lainnya. Kedua duanya sama-sama berkembang.
UIN Sunan Kalijaga sebagai salah satu universitas di Indonesia juga telah berupaya mengatasi masalah dikotomi keilmuan. Hal ini dibuktikan dengan digunakannya pendekatan Integratif dan interkonektif yang mencakup tiga dimensi pengembangan ilmu pengetahuan, yakni Hadlarah al-Nas, Hadlarah al-‘Ilm, dan Hadlarah al-Falsafah. Di harapkan dengan demikian antara kelimuan agama dengan ilmu pengetahuan tidak berjalan sendiri-sendiri karena antara kedua disiplin ilmu ini dapat saling melengkapi. Salah satu fakultas di UIN Sunan Kalijaga yang ada yaitu Fakultas Saintek, di dalam buku panduan akademik Fak Saintek dikatakan bahwa sains merupakan akar dari semua ilmu pengetahuan yang berimplemetasi pada kemajuan teknologi. Dengan menggunakan konsep ZIKR (Zero based, Iman, Konsisten, dan Result Oriented) yang dipahami dan diterapkan dalam kehidupan kampus akan menempatkan lulusannya yang berpotensi unggul dan mampu mengintegrasikan dan menginterkoneksikan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan keislaman.
(Rahmawati R / 08410130)

solih mengatakan...

Masa dinasti Abbasiyah merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan. Ilmu-ilmu umum seperti ilmu bumi, sejarah, kedokteran, filsafat telah mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan ini tercapai karena adanya peran serta kholifah yang mendukung para ahli untuk mengembangkan pengetahuan dengan menyediakan fasilitas yang memadai. Seperti yang dilakukan oleh kholifah Harun Ar Rasyid dengan mengoptimalkan kekayaan Negara untuk keperluan sosial, kesehatan, pendidikan dan pada masa pemerintahan kholifah Al Ma’mun telah dilakukan penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab. Beliau menggaji penerjemah dari golongan Kristen serta ahli penerjemah dari agama lain. Dibangun pula Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar.
Pada masa itu telah terjadi asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan seperti bangsa Yunani dalam bidang filsafat, India dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi,serta bangsa Persia dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra.
Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran daripada hadits dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-ra'yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat memengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut.
Dengan demikian pada masa itu telah terjadi integrasi antara ilmu pengetahuan umum dengan ilmu pengetahuan agama.
Konsep integrasi-interkoneksi yang diterapkan oleh UIN SUNAN KALIJAGA merupakan hasil penyerapan dari langkah-langkah yang dilakukan pada masa dinasti Abbasiyah. Model kajian integrasi dan interkoneksi itu sendiri mencakup informatif, konfirmatif, korektif,paralelisasi, similarisasi, komplementasi, komparasi, induktifikasi dan verifikasi. Jadi antara ilmu agama dengan ilmu umum diharapkan sesuai dengan model kajian tersebut. Misalnya dengan adanya fakultas SAINTEK dan SOSHUM merupakan langkah untuk memadukan antara ilmu umum dengan ilmu agama. Pengkajian ilmu umum di UIN SUNAN KALIJAGA merupakan upaya pembuktian nash-nash agama, sehingga terjadi keterpaduan antara wahyu dengan realita. (SOLIHATI-09410279)

zha ierma mengatakan...

Zain Irma Fitriati / 09410267
Metode pendidikan pada masa daulat Abbasiyah dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu: (1) Metode Lisan, (2) Metode Menghafal yang merupakan ciri umum dalam sistem pendidikan pada masa daulat Abbasiyah , (3) Metode Tulisan merupakan metode yang paling penting dalam proses belajar mengajar pada masa ini, karena metode ini merupakan pengkopian karya-karya ulama. Pada masa pemerintahan bani abbasiyah melakukan kajian atau penterjemahan untuk memperkaya ilmu pengetahuan, sehingga dalam proses memperkaya ilmu pengetahuan diperlukan suatu sistem integrasi untuk membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan nash sejalan.
Pada Saat daulat Abbasiyah tentu tidak lepas dari pengalaman masa-masa terdahulu tentang lemahnya kondisi pendidikan islam saat itu, yang mengharuskan para pembaru islam bisa mendirikan paket pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman, sarat dengan kepentingan IPTEK. Karena pentingnya arti ilmu pengetahuan agar wawasan yang dimiliki tidak sempit dan memiliki pandangan yang luas agar tidak tertinggal oleh bangsa Barat yang semakin maju. Tuntutan zaman inilah yang menjadi acuan untuk mempelajari serta menguasai IPTEK.
Kita dapat melihat bahwa proses pendidikan di UIN Sunan Kalijaga sudah melakukan proses integrasi ilmu agama dan umum. Dalam pendidikan nya mampu memberikan nuansa Islam atau spiritualisasi bidang studi umum, yang dikenal dengan pendidikan bernuansa islam, Selain itu Pengajaran bidang studi di UIN baik yang memiliki background agama atau umum tetap memiliki keterkaitan antara Bidang studi islam dengan nuansa IPTEK maka dengan adanya model pembelajaran yang saling berhubungan atau lebih sering dikenal dengan integrasi maka di harapkan para mahasiswa-mahasiswi dapat mengerti bahwasanya Pendidikan Islam bukanlah sekedar untuk menjadikan pendidikan agama Islam atau pendidikan umum lainnya sebagai “cagar budaya” dengan mempertahankan paham-paham keagamaan tertentu atau paham-paham yang terdapat dalam ilmu umum tersebut tetapi sebagai agent of change, tanpa kehilangan jati diri dalam setiap pendidikannya masing-masing. Dengan demikian maka pendidikan tersebut dapat sejalan, searah, sepaham, saling melengkapi dan mendukung dalam setiap materi pembelajarannya. Jadi dalam pendidikan itu tidak hanya memperdalam ilmu yang ada tapi tetap responsif terhadap tuntutan masa depan agar menjadi insan yang produktif dan mampu bersaing serta tetap berlandaskan keagamaan yang kuat.

NEANA_hamba Allah mengatakan...

Nama : Ana Subekti
NIM : 09410114
Rekonstruksi pendidikan pada Masa Bani Abbasiyah, tentang persoalan “Integrasi Ilmu Agama dan Umum di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta".
Pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah dunia Islam mengalami peningkatan besar-besaran di bidang ilmu pengetahuan. Salah satu inovasi besar pada masa ini adalah diterjemahkannya karya-karya di bidang pengetahuan, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan. Banyak golongan pemikir lahir zaman ini, banyak diantara mereka bukan Islam dan bukan Arab Muslim. Mereka ini memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan ilmu zaman pra-Islam kepada masyarakat Kristen Eropa. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang ahli filsafat Yunani yaitu Aristoteles terkenal di Eropa. Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan ilmu geografi, matematik, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius Ptolemy. Ilmu-ilmu ini kemudiannya diperbaiki lagi oleh beberapa tokoh Islam seperti Al-Biruni dan sebagainya. Zaman ini juga menyaksikan lahir ilmuwan Islam terkenal seperti Ibnu Sina, Al-Kindi, al-Farabi dan sebagainya.
Dari sejarah pendidikan pada masa Bani Abbasiyah, maka rekonstruksi yang dapat dilakukan sebagai upaya pengintegrasian ilmu agama dan umum di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yaitu dengan cara mengupayakan adanya integrasi antara pengajaran ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu yang lainnya. Dalam pengajaran dan pemaknaan ilmu agama sangatlah tidak terlepas dari berbagai disiplin ilmu yang lainnya, seperti ilmu fissafat, sains, geografi dan astronomi, ilmu kesehatan, dan sebagainya. Filsafat merupakan salah satu dasar dalam berfikir secara logis, maka dengan memasukkan filsafat dalam pembelajaran dan pemaknaan ilmu agama akan menjadikan ilmu agama lebih dapat dinalar, sehingga umat Islam sendiri dapat lebih meningkakan iman dan keislaman dengan menggunakan cara berfikir filsafat. Sebagai contoh adalah dialog tentang konsep keadilan Allah dalam memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, maka untuk dapat menambah dan menguatkan keimanan adalah dengan cara menemukan jawaban yang menunjukkan bahwa Allah memang benar-benar adil, dan jalan untuk menemukan jawaban tersebut sangat dibutuhkan ilmu filsafat. Sedangkan, integrasi ilmu agama dan sains sangatlah jelas diperlukannya kesinambungan antara keduanya, karena dalam agama sangatlah tidak terlepas dari sains, bahkan dalam Al-Qur’an pun sangat sarat pembelajaran tentang sains. Kemudian untuk ilmu-ilmu yang lainnya, seperti geografi, astronomi, dan sebagainya, semua disiplin ilmu tersebut tidak terepas dari ilmu-ilmu agama, karena dalam pemaknaan agama sangat penting dipelajari dengan menggunakan pemahaman secara teks, konteks, dan kontekstualisasi. Tanpa adanya pemahaman yang menyeluruh antara ketiganya, maka pemahaman Islam akan dapat mengalami ketimpangan dan menjadikan Islam tidak rahmatan lil ‘alamin lagi. Maka, untuk dapat memahami ilmu agama dari segi teks, konteks, dan kontekstualisasi sangat diperlukan adanya integrasi antara ilmu agama sendiri maupun ilmu umum, sehingga tidak dibenarkan adanya konsep dikotomi ilmu, dan UIN Sunan Kalijaga telah mengupayakan adanya integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum dengan konsep integrasi interkoneksi (hadharotun nash, hadharotun falsafah, hadharotun ‘ilm).

uNa.,^_ mengatakan...

NAMA : MAHERLINA MUNA AYUHANA
NIM : 09410121
Rekonstruksi pendidikan pada Masa Bani Abbasiyah, tentang persoalan “Integrasi Ilmu Agama dan Umum di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta".
Masa keemasan Islam atau sering disebut peradaban Islam dalam bidang pendidikan ditancapkan pada masa Daulah Abbasiyah. Pada masa itu, hampir tak ditemukan adanya sekularisasi ilmu atau pendikotomian ilmu Islam dengan ilmu umum, sebagaimana yang berlangsung hari ini di dunia Islam secara umum dan di Indonesia pada khususnya.
Oleh karena itu, pada masa ikeemasan tersebut, tidak dikenal peristilahan ilmu agama dan ilmu umum, yang ada adalah terintegrasinya sifat-sifat ilmu sebagai sebuah ilmu yang berdiri sendiri dengan objek yang masing-masing berbeda
Universitas adalah tempat mengajarkan hal-hal universal, bersifat umum dan berlaku bagi semua orang. Hal yang sangat ironis adalah terjadinya pengkotak-kotakan (dikotomi) spesialisasi bidang keilmuan sehingga satu sama lain tidak saling trekait. Untuk itu diperlukan integrasi dan interkoneksi ilmu pengetahuan. Jika tidak, Universitas adalah Multiversitas. Untuk setia kepada namanya, Universitas harus mengintegrasikan berbagai macam bidang keilmuan yang terpecah-pecah. Reintegrasi pengetahuan tidak bisa dilakukan oleh masing-masing bidang ilmu. Hal inilah yang dicita-citakan oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Dr. HM. Amin Abdullah yaitu terwujudnya integritas dan interkoneksitas disiplin ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa.
Dengan tidak adanya batas pemisah antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, yang jelas, telah terjadi sekularisasi dalam tubuh UIN, karena mau-tidak mau, pengecilan salah satu dimensi (Tuhan – Manusia) akan terjadi. Penghapusan stigma tersebut bukanlah hal yang mudah dilakukan.
UIN sendiri sebenarnya masih belum bisa dikatakan sebagai universitas agama, bukan pula universitas umum. Kalau kita tinjau kembali, sentral keilmuan UIN adalah al-Qur’an dan Sunnah yang masih identik dengan pengkotakan keilmuan. Seharusnya, tidak ada lagi centre of attention dalam tubuh UIN, jika memang ingin menggunakan pendekatan integritas-interkoneksitas, terlebih lagi, masyarakat (mahasiswa) UIN Sunan Kalijaga sebenarnya masih belum siap untuk mengusung dialektika baru karena rata-rata kesadaran mistik yang mereka miliki berbanding terbalik dengan kesadaran kritis yang seharusnya menjadi ciri khas mahasiswa.
Sejatinya, metode baru yang digunakan oleh UIN sunan Kalijaga merupakan metode yang bagus akan tetapi juga menimbulkan beberapa permasalahan. Pertama, kesiapan seluruh super dan supra struktur dalam lingkungan UIN, serta kesiapan mahasiswa dalam menjalankan sistem baru yang sebenarnya sama sekali belum mereka ketahui.

Anik Rosyidah mengatakan...

NAMA : ROHENI
NIM 09410139
KELAS PAI A

pada masa pemerintahan bani abbasyiah perkembangan ilmu pengetahuan sangat berkembang dengan pesat, karena pada masa ini mulai muncul berbagai ilmuan yang dapat memberikan kemajuan pada kerajaan Abbasyiah, seprti Ibnu Sina,Rasyid Ridha dan sebagainya.
kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masdaini diantaranya adalah kemajuan dalam bidang ilmu kalam, ilmu tafsir, ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan lainnya, semua ini tidak terlepas dari proses asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan. dan inovasi terbesar pada masa ini adalah diterjemahkannya buku-buku yunani kedalam bahasa arab, sehingga masyarakat bani Abbasyiah dengan mudah memahaminya.
rekontruksi yang dapat diambil dari kerajaan bani Abbasyiah adalah bagaimana semangat orang-orang pada masa Bani Abbasyiah dalam meningkatkan kemajuan pada masa itu, mereka berupaya memperdalam pengetahuan mereka dengan cara menerjemahkan buku-buku yuinani kedalam bahasa arab dan berusaha mengintegrasikan antara ilmu agama dengan ilmu umum.
saling bersatu satu sama lain walau pun banyak perbedaan.
karena dengan ilmu pengetahuan yang tinggi suatu negara akan mengalami kemajuan yang tinggi pula

soleh.bloger blora mengatakan...

Dinasti Abbasiyah merupakan salah satu dinasti Islam yang sangat peduli dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Upaya ini mendapat tanggapan yang sangat baik dari para ilmuwan. Sebab pemerintahan dinasti Abbasiyah telah menyiapkan segalanya untuk kepentingan tersebut. Diantara fasilitas yang diberikan adalah pembangunan pusat-pusat riset dan terjemah seperti baitul hikmah, majelis munadzarah dan pusat-pusat study lainnya.
Selain itu banyak Bidang-bidang ilmu pengetahuan umum yang berkembang pada masa dinasti abbasiyah yaitu filsafat, ilmu kalam, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu hisab, sejarah, ilmu bumi dan astronom. Sedangkan Bidang-bidang ilmu pengetahuan keagamaan berkembang pada masa ini yaitu: ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih, tasawuf. Dengan demikian pada masa itu telah terjadi integrasi antara ilmu pengetahuan umum dengan ilmu pengetahuan agama. Dari perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut menujukkan bahwa tidak ada dikotomi terhadap ilmu agama dan ilmu lainnya. Kedua duanya sama-sama berkembang.
UIN Sunan Kalijaga sebagai salah satu Universitas di Indonesia yang teletak di Yogyakarta juga telah berupaya mengatasi masalah dikotomi keilmuan. UIN SUNAN KALIJAGA merupakan hasil penyerapan dari langkah-langkah yang dilakukan pada masa dinasti Abbasiyah Hal ini dibuktikan dengan digunakannya pendekatan Integratif dan interkonektif yang mencakup tiga dimensi pengembangan ilmu pengetahuan, yakni Hadlarah al-Nas, Hadlarah al-‘Ilm, dan Hadlarah al-Falsafah. Jadi antara ilmu agama dengan ilmu umum diharapkan sesuai dengan model kajian tersebut. Misalnya dengan adanya fakultas SAINTEK dan SOSHUM merupakan langkah untuk memadukan antara ilmu umum dengan ilmu agama. Pengkajian ilmu umum di UIN SUNAN KALIJAGA merupakan upaya pembuktian nash-nash agama, sehingga terjadi keterpaduan antara wahyu dengan realita.

soleh.bloger blora mengatakan...

soleh 07410298 PAI A
Dinasti Abbasiyah merupakan salah satu dinasti Islam yang sangat peduli dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Upaya ini mendapat tanggapan yang sangat baik dari para ilmuwan. Sebab pemerintahan dinasti Abbasiyah telah menyiapkan segalanya untuk kepentingan tersebut. Diantara fasilitas yang diberikan adalah pembangunan pusat-pusat riset dan terjemah seperti baitul hikmah, majelis munadzarah dan pusat-pusat study lainnya.
Selain itu banyak Bidang-bidang ilmu pengetahuan umum yang berkembang pada masa dinasti abbasiyah yaitu filsafat, ilmu kalam, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu hisab, sejarah, ilmu bumi dan astronom. Sedangkan Bidang-bidang ilmu pengetahuan keagamaan berkembang pada masa ini yaitu: ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih, tasawuf. Dengan demikian pada masa itu telah terjadi integrasi antara ilmu pengetahuan umum dengan ilmu pengetahuan agama. Dari perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut menujukkan bahwa tidak ada dikotomi terhadap ilmu agama dan ilmu lainnya. Kedua duanya sama-sama berkembang.
UIN Sunan Kalijaga sebagai salah satu Universitas di Indonesia yang teletak di Yogyakarta juga telah berupaya mengatasi masalah dikotomi keilmuan. UIN SUNAN KALIJAGA merupakan hasil penyerapan dari langkah-langkah yang dilakukan pada masa dinasti Abbasiyah Hal ini dibuktikan dengan digunakannya pendekatan Integratif dan interkonektif yang mencakup tiga dimensi pengembangan ilmu pengetahuan, yakni Hadlarah al-Nas, Hadlarah al-‘Ilm, dan Hadlarah al-Falsafah. Jadi antara ilmu agama dengan ilmu umum diharapkan sesuai dengan model kajian tersebut. Misalnya dengan adanya fakultas SAINTEK dan SOSHUM merupakan langkah untuk memadukan antara ilmu umum dengan ilmu agama. Pengkajian ilmu umum di UIN SUNAN KALIJAGA merupakan upaya pembuktian nash-nash agama, sehingga terjadi keterpaduan antara wahyu dengan realita.

ulfia husni anjari mengatakan...

nama: ulfiah husni anjari
kelas: PAI A
NIM: 09410140
pendidikan pada masa bani abbasyiah...
pada masa ini pendidikan dapat di katakan berkembang dengan sangat bagus, baik pendidikan keislaman maupun non islam, banyak sekali kejuan yang di capai pada pemerintahan bani abbasyiah ini, mulai dari fasilitas,dan juga sistim pembelajaran yang berjalan. seperti telah adanya perpustakaan sebagai tempat untuk menggali pengetahuan, adanya lembaga pendidikan yang formal seperti madrasah,berbeda dengan masa pemerintahan sebelumya. pada pemerintahan ini pendidikan pun maju karena adanya pengaruh dari negara negara lain, terutama melalui gerakan terjamah, yang mna bukan saja membawa kemajuan dalam bidang ilmu umum melainkan juga agama islam, seperti halnya tafsir, fiqih, tasawuf dll, sedangkan dalam bidang ilmu pengetahuan meliputi kedokteran, filsafat, astronomi dll. yang mana para ilmuan muslim saling mengintregasi dan menginterkoneksikan ilmu-ilmu tersebut supaya dapat saling melengkapi seperti,Melalui proses penerjemahan buku-buku filsafat yang berbahasa Yunani para ulama muslim banyak mendalami dan mengkaji filsafat serta mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai dengan ajaran islam.
jika di kaitkan dengan pendidikan yang ada di indonesia khususnya di UIN sunan kali jaga, di sini dapat tergambar bahwasanya pendidikan islam dan pendidikan umum pun dapat di satukan di universitas ini, di sini selain terdapat jurusan-jurusan yang bercoverkan islam namun terdapat juga jurusan umum, di mana keduanya dapat saling mengintergrasi dan interkoneksikan sehingga menjadi satu kesatuan yang sempurna. di jurusan keislaman terdapat jurusan PAI,PBA,KI, akidah,tafsir dll dan di jurusan umum yaitu matematika, fisika, biologi,sosiologi, informatika dll.oleh karenanya di sini kita dapat melihat bahwasanya pendidikan pada masa sekarang merupakan petikan pendidikan pada masa dahulu khususnya pada masa abbasyiah.

ulfia husni anjari mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Ida Ardila mengatakan...

NAMA : IDA ARDILA
NIM : 09410137
KELAS: PAI A

Bani abbasiyah merupakan masa perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat pesat, pada masa ini tidak terjadi dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum, karena keduanya saling berkaitan. Dalam pengembanganya mereka melakukan asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan, dan juga pengaruh-pengaruh dari negara lain diantaranya persia, india, dan yunani. Disamping itu kemajuan dan perkembanganya juga di tentukan dengan adanya gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid, pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Bidang-bidang ilmu pengetahuan umum yang berkembang pada masa dinasti abbasiyah yaitu filsafat, ilmu kalam, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu hisab, sejarah, ilmu mantiq dan astronom. Sedangkan Bidang-bidang ilmu pengetahuan keagamaan berkembang pada masa ini yaitu: ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih, tasawuf. Oleh karena itu pada masa itu telah terjadi integrasi antara ilmu pengetahuan umum dengan ilmu pengetahuan agama.
Jika di kaitkan dengan pendidikan yang ada sekarang ini khususnya di UIN Sunan Kalijaga , sudah terdapat hubungan yang saling integrasi dan interkoneksi antara ilmu agama dan ilmu umum, hal ini dibuktikan dengan adanya fasilitas dan sarana prasarana yang ada di universitas serta berbagai macam jurusan yang ada, contoh: adanya fakultas keagamaan di antaranya Fakultas Tarbiyah, didalam nya ada bebagai macam jurusan agama, kemudian dalam bidang ilmu umum, yaitu fakultas Saintex yang mengintegrasikan dari keilmuan tentang alam kemudian di interkoneksikan dengan dalil-dalil yang ada di dalam Alquran, dan masih terdapat fakultas lainnya seperti soshum dan humaniora. Hal ini menunjukan adanya rekonstruksi tehadap pendidikan lama.

pai club mengatakan...

dinasti abbasiyah merupakan masa keemasan Islam diman kebudayaan dan ilmu pngetahuan berkembang secara pesat. hal ini dikarenakan adanya asimilasi dari ilmu2 barat terutama Yunani yang lebih dahulu berkembang dan maju. ilmu-ilmu barat yang terdokumentasikan dalam buku diterjemahkan secara bsar-besaran sehingga dapat memajukan peradaban Islam pada saat itu. hal tersebut dapat diaplikasikan dalam pendidikan indonesia sekarang. dimana ilmu-ilmu yang sekarang berkembang pesat dibarat mauppun negara-negara lain diadopsi dan diasimilasikan dalam pendidikan di Indonesia. Akan tetapi perlu adanya penyaringan dan mengambil hal-hal yang positiv dan ssuai dengan apa yang dibutuhkan dan sesuai dengan kebudyaan Indonesia.

oleh:Almas Juniar Akbar (09410190)

Safwan Muhammad Garden mengatakan...

MUHAMMAD SAFWAN
09410232
Rekonstruksi Integralitas keilmuan di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta terhadap sejarah keilmuan pada masa Daulah Bani Abbasiah
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Bani Abbasiah sungguh sangat mengagumkan, karena pada masa inilah ilmu pengetahuan mencapai masa kejayaannya, yang dimaksud ilmu pengetahuan di sini bukan hanya ilmu pengetahuan dalam bidang keagamaan saja, tetapi juga dalam bidang ilmu pengetahuan sekuler. Hal ini terjadi karena adanya integrasi antara ilmu agama dan ilmu sekuler, dan memang pada masa itu tidak ada pengklasifikasian keilmuan. Ilmu ya ilmu, tidak ada yang disebut ilmu agama dan ilmu sekuler. Dengan adanya keterbukaan ini menyebabkan cara berfikir manusia-manusia pada masa tersebut menjadi luas dan menyeluruh. Sehingga keilmuan tidak disekat-sekat dan dibatasi.
Nah, apakah hal ini mungkin direkonstruksi dalam ranah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta? Dan bagaimana pengaplikasiannya? Jika ditanya apakah mungkin atau tidak, maka jawabannya mungkin saja, jika memang ada kemauan dan keseriusan menuju arah tersebut. Terus bagaimana dengan pengaplikasiannya? Ya, Pengaplikasiannya adalah dengan membuka fikiran dan welcome terhadap pemikiran-pemikiran dan keilmuan yang berasal dari luar kita, atau mungkin hal-hal yang sangat baru, tanpa melihat dari manapun datangnya dengan tanpa harus membentur-benturkannya dengan tujuan mendiskreditkan keilmuan tersebut, tapi malah pembenturan pemikiran tadi untuk merumuskan suatu keilmuan yang lebih baik dan matang lagi, jadi, tujuan utama dari seluruh keilmuan pun terwakili, yakni menuju ke-arah yang kehidupan lebih baik. Nah, dengan keterbukaan diri, maka kita mempunyai cara pandang yang kaya dan bisa melihat persoalan kehidupan dari kekayaan perspektif tersebut.
Jika kita lihat dalam realita dunia kampus kita, maka bisa kita lihat nilai-nilai integrasi ini masih terkesan baru pada ranah wacana saja, karena sering kali terjadi ketika
Dalam proses pembelajaran, seakan-akan setiap keilmuan itu hanya berdiri sendiri, Namun tidak semuanya seperti sedemikian rupa. Tapi walaupun demikian tetap harus kita apresiasi, karena ternyata dalam perkembangannya Universitas ini menjadi semakin terbuka terhadap pemikiran-pemikiran dan keilmuan-keilmuan yang berasal dari luar islam.

M. Syukri Khamid mengatakan...

pada masa bani abasiyah ilmu pendidikan sudah maju karena pada masa kholifah al-mansyur telah dilakukan berbagai penafsiran ilmu dalam bidang astronomi dan mantiq, hal ini menunjukan bahwa pendidikan di masa bani abasiyah sudah mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu umum, hal ini juga dilakukan ole UIN Sunan Kalijaga yang juga mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu umum. sehingga rekonstruksi yang harus dilakukan yaitu bagaimana UIN Sunan Kalijaga harus lebih mengintergrasikan ilmu agar kedepannya lebih baik dan dapat terintegrasi-interkoneksi.

teRy Chan mengatakan...

Nama: Tri Lestari
NIM:09410089
JUR:PAI A
Tugas SPI tentang pendapat Rekonstruksi pendidikan pada masa Bani Umayyah

Perkembangan pendidikan pada masa bani abbasiyah
Masa pemerintahan dinasti Abbasiah merupakan masa keemasan bagi dunia islam, karena pada masa ini perkembangan islam sangat meningkat, salah satumya adalah usah dalam rangka memajukan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu agama.
A. Perkembangan Ilmu Agama
1. Kalam Mu’tazilah
Pada zaman dinasti Abbasiah fase pengaruh Persia pertama, aliran mu’tazilah yang dirintis oleh wasil al-atha pada zaman umayah diteruskan oleh murid-muridnya dan dikembangkan. Toko mu’tazialah kedua adalah Amr ibn Ubaed (699- 757 M). gagasan pokok yang menjadi ajaran mu’tazilah adalah al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-nahyan al-Munkar[6].
2. Hadist Dan Fiqh
Malik ibn Anas ibn Abi Amr al-Ashbali di lairkan di Madinah pada tahun 97 H, ia hidup pada zaman pemerintah umayah selama 40 tahun, dan sisanya yakni 46 tahun di habikan pada zaman bani Abbasiah, Imam Malik wafat tahun 179 H.
Imam Malik menyaksikan beberapa pemberontakan dan kedzaliman yang dilakukan oleh para pemimpin politik, seperti penindasan yang dilakukan terhadap keturunan Ali bin Abi Tholib, beliau menyikapi pemberontakan tersebut dengan berpendapat “apabila seorang kepala negara mampu berlaku adil, dan masyarakat senang menerimanya, maka kita tidak boleh memberontak terhadapnya, dan jika ia tidak berlaku adil, rakyat harus sabar dan memperbaiki orang yang menjadi kepala negara, tapi apabila ada yang memberontak karena ketidak adilan tersebut, kita tidak boleh membentu pemerintah dalam menindas pemberontak tersebut, karya tertulis yang di hasilkan oleh imam malik yang sampai saat ini masih dapat kita baca adalah Al-Mutawattho’, kitab ini merupakan kitab hukum islam yang outentikyang pertama dan juga merupakan kumpulan hadist Nabi Muhammad SAW.
Ulama’ yang lainnya adalah Muhammad ibn Idris al-Syafi’I (150-204H). Imam Syafi’I menghasilkan tiga karya besar dalam tiga bidang ilmu, al-Umm dalam bidang Fiqih, Ar-Risalah dalam biudang Ushulul fiqh, dan Fiqih al-Akbar dalam bidang Ilmu kalam.
Kurikulum pendidikan Islam masa bani abbasiyah antara lain:
1. Kurikulum pendidikan Islam sebelum berdirinya madrasah.
a.Kurikulum pendidikan rendah
Sebelum berdirinya madrasah, tidak ada tingkatan dalam pendidikan islam, tetapi hanya satu tingkat yang bermula dikuttab dan berakhir didiskusi halaqah. Tidak ada kurikulum khusus yang diikuti oleh seluruh umat Islam, dilembaga kuttab biasanya diajarkan membaca dan menulis disamping al-terhimpun dalam suatu organisasi yang mempunyai fower yang dapat mengendalikan kepentingan kholifah, khususnya dalam hal pengangkatan dan pemberian izin untuk menjadi pengajar di masjid.
2. Pola interaksi guru dan siswa pada pendidikan Islam klasik
a. Pola sikap guru terhadap siswa dalam interaksi edukatif pada pendidikan islam klasik.Bentuk pola sikap guru pada pendidikan islam klasik berdasarkan pada nilai-nilai hubungan yang ada pada pola bentuk sikap Rasulullah dan Sahabat dalam mendakwahkan islam, yaitu pola keikhlasan, pola kekeluargaan, pola kesederajatan dan pola uswatun hasanah.
Demikian sedikit pendapat tentang rekonstruksi pendidikan pada masa bani umayyah,terima kasih….

Apri Cusmiyani mengatakan...

Nama : Apri Kusmiyani

NIM : 09410020

Jur : PAI A


Tugas SPI tentang pendapat Rekonstruksi pendidikan masa Bani Abasiyyah



Rekonstruksi Pendidikan Masa Bani Abasiyah


Kejayaan pendidikan islam apada masa itu yang dapat kita ambil nilainya yakni: berkembangnya lembaga-lemebaga pendidikan islam, seperti Khuttab yang menjadi lembaga pendidikan dasar. Dimana pendidikan itu berlangsung di masjid-masjid dan kemudian berkembang diluar.

Dilembaga Khuttab ini mereka belajar menulis dan membaca sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan. Tetapi kemudian ditambah membaca Al-Quran yang lama kelamaan menjadi berkembang merambah pada ajaran agama yang lainnya. Awalnya Khuttab ini merupakan lembaga yang berada dirumah-rumah guru, masjid, dan khuttab itu sendiri.

Ilmu yang berkembang saat itu adalah : Ilmu Agama, Ilmu fisika,Ilmu Medis, Astronomi, Ilmu Pertanian, Filsafat, Sejarah serta Bidang Seni dan Budaya.

Apabila kita melihat pada sistem pendidikan pada masa modern seperti yang tertuang pada Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, maka tujuan pendidikan nasional ditetapkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentu watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dlam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yuntuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandir dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.

Sehingga apabila lembaga Khuttab tersebut diterapkan dimasa sekarang, maka sangat berpotensi dalam rangka memaksimalkan SDM khususnya pendidikan bagi mereka yang mempunyai keistemewaan tersendiri/tuna wacana sehingga mereka mempunyai harapan untuk senantiasa menggali potensi yang dimiliki dan pengetahuan yang berkembang. Dikarenakan semua lapisan masyarakat bagaimanapun keadaannya mereka diharapkan harus menjamah dunia pendidikan.

Lembaga Khuttab juga dapat diterapkan di sekolah-sekolah sebagai pengembangan kreatifitas peserta didik dalam membangun insan yang gemar membaca dan menulis, sehingga nantinya para penerus bangsa ini tidak kehabisan cikal bakal yang mempunyai kreatifitas dan berdedikasi tingga dalam rangka akan meneruskan perjuangan bangsa, sehinnga kebodohan yang selama ini merajalela dapat ditasi dengan baik. Ilmu yang diajarkan pada masa dinasti Abasiyah, sekarang di beberapa lembaga sekolah juga sudah diajarkan. Seperti membaca Al-Quran yang menjadi sebuah kebiasaan pada lembaga sekolah tertentu sebelum memulai proses belajar mengajar. Hal ini, diharapkan mampu menanamkan dan mengembangkan akhlak peserta didik sehingga ia senantiasa mengingat akan kebesaran Alloh.

Pada masa sekarang Khuttab ini bisa dikatakan lembaga ekstra yang berdiri sendiri diluar lembaga sekolah, yang tentu tujuannya mengembangkan dan menggali potensi peserta didik. Pada lembaga ini lebih fokus kepada satu bidang yang hasilnya dapat maksimal dalam waktu yang singkat. Contoh lembaga ini hanya membidangi pada dunia menulis dan membaca. Dimana kedua bidang tersebut memilki pendidik yang berbeda dan mempunyai keahlian khusus di bidangnya.

Demikian sedikit rekonstruksi pada masa Bani Abasiyah yang memiliki kontribusi besar di masa sekarang, khususnya pada lemabaga pendidikan. Terima kasih…..

Salam eL-Qoed's mengatakan...

Daulah Bani Abbasiyah merupakan masa keemasan Islam yang ditandai dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan yang saling berkaitan antara ilmu agama dan ilmu umum. Dalam hal ini tidak terjadi dikotomi antara keduanya. Diantara ilmu-ilmu pengetahuan agama yang berkembang pada masa itu antara lain adalah ilmu hadits, tafsir, fiqh, tasawuf, dll. Sedangkan dibidang ilmu pengetahuan umum yang berkembang meliputi ilmu kalam, filsafat, kedokteran, kimia, dll. Perkembangan ilmu pengetahuan ini di tandai dengan munculnya beberapa ilmuwan seperti Ibnu Sina, Rasyid Ridha, dsb. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta merupakan salah satu Universitas telah berupaya mengatasi adanya masalah dikotomi ilmu pendidikan. Sehingga proses pendidikan di UIN SUNAN Kalijaga mengalami peningkatang hal ini disebabkan karena adanya perpaduan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu umum yang diterapkan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Merci

Mu'arif Salam
09410283

Al_suni. AR mengatakan...

NAMA : Farid Alsuni
NIM : 09410276
KELAS: A
Perintahan Bani Abbasiyah ilmu umum dan ilmu agama pada masa itu sangat berkembang. puncaknya pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid yang kemudian di lanjutkan oleh puteranya Al-Ma'mun.
Al-Ma'mun memanfaatkan kekayaan negara untuk kepentingan negara, denagn memajukan ilmu pengetahuan pada masa itu, ilmu pengetahuan sangat berkembang. mereka membangun rumah sakit, lembaga pendidikan dan farmasi.
sedangkan UIN Suka yogyakarta salah satu Universitas yang menggunakan konsep integrsi dan interkoneksi yang memadukan antara ilmu umum dengan ilmu Agama berupaya untuk menghubungkan antara keduanya.Di harapkan dengan demikian antara kelimuan agama dengan ilmu pengetahuan tidak berjalan sendiri-sendiri karena antara kedua disiplin ilmu ini dapat saling melengkapi.
Misalnya dengan adanya fakultas SAINTEK dan SOSHUM merupakan langkah untuk memadukan antara ilmu umum dengan ilmu agama. Pengkajian ilmu umum di UIN SUNAN KALIJAGA merupakan upaya pembuktian nash-nash agama, sehingga terjadi keterpaduan antara wahyu dengan realita pada zaman sekarang ini, agar tidak terjadi pengucilan terhadap pengetahuan.

(Terima Kasih)

Rochman Hamba Allah...... mengatakan...

Rochman Sulistiyo
09410119
PAI_A
"REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM MASA ABBASIYAH tentang REkonstruksi Ilmu umum dan ilmu agama DI UIN SUNAN KALIJAGA"
masa dinasti Abbasiyah,seperti kita ketahui bersama merupakan masa keemasan dan kejayaan umat islam.dalam masa ini perkembangan antara ilmu agama dan ilmu-ilmu umum berkembang dengan pesatnya.ilmu-ilmu yang berkembang pada masa ini antara lain ilmu sastra,filsafat,kedokteran dan lain-lain.perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat itu secara otomatis langsung berimbas pada munculnya cendekiawan-cendekiawan muslim yang sangat handal dan berkompeten.seperti ibnu sina yang merupakan cendekiawan dibidang kedokteran.dalam mengembangkan ilmu-ilmu ini bangsa arab berusaha melakukan asimilasi dengan bangsa-bangsa lain sehingga perkembangan ilmu itu melaju dengan pesatnya.
UIN SuKa yang merupakan salah satu kampus yang sering dijuluki kampus "RAKYAT"ini telah berusaha mengupayakan pendidikan yang berfilosofi pada pendidikan yang integratif dan interkonektif.UIN SuKa ini mengadakan pendidikan dengan memadukan antara ilmu-ilmu umumdengan ilmu agama sehingga akan berimbas pada hilangnya dikotomi keilmuan.di UIN SuKA hampir semua fakultas berusaha mengupayakan pendidikan yang dapat menyeimbangkan antara ilmu umum dengan ilmu agama.Dua fakultas yang paling menonjol dalam hal itu menurut saya ada;ah FISHUM dan F-SAINTEK.dalam melakukan kegitan penelitian ilmiah maupun sosial, kedua fakultas itu tetap berpegang pada sumber pokok ajaran umat islam yaitu Al-Qur'an dan Hadist.hal yang seperti ini semoga menjadikan UIN SuKA menjadi kampus yang mampu menghasilkan lulusan yang kompetitif dan agamis.amiin....karena antara ilmu umu dengan ilmu agama berjalan seirng sejalan.

khomsah mengatakan...

siti nur khomsah(09410261)
ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat prnting dan mulia. para khalifah dan pembesar lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu prngetahuan. dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan islam,madrasah-madrasah dan universitas-universitas merupakan pusat-pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan islam. pada masa ini pendidikan islam berkembang sebagai akibat dari dan merupakan jawaban terhadap tantangan yang di akibatakn oleh perkembangan dan kemajuan-kemajuan budaya islam sendiri yang berlangsung dengan cepat. kuriulum madrasah pada umumnya terbatas pada ilmu-ilmu keagamaan, hanya sedikit gramatika dan bahasa sebagai alat yang diberikan. perkembangan pada masa ini dapat dikatakan stagnasi(berhenti) tidak ada buku-buku yang dihasilkan.
sedangkan yang telah saya ketahui di UIN suka yogyakarta kurikulum yang dipakai tidak hanya mengedepankan pada ilmu-ilmu agama saja akan tetapi telah memadukan antara ilmu umum dan ilmu agama seperti halnya, fakultas soshum, saintek, dan usuludin serta tarbiyah semua itu mempunyai keterkaitan. dan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada pada Universitas ini dapat dikatakan mengalami peningkatan yang sangat drastis.

Rahma Hayati mengatakan...

Nama : Yuni Endarwati
NIM : 09410133
PAI A

Pada era Bani Umayyah, Pendidikan Islam disana dapat dikatakan maju. era itu dikotomi ilmu juga tidak ada, sehingga interaksi antar ilmu dapat berjalan sehingga mampu membangun kemajuan ilmu pengetahuan. ilmu-ilmu aqli lebih ditekankan sehingga dapat dikatakan sains maju karena filsafat. pemikiran-pemikiran lebih diandalkan dari pada kekuatan. dukungan dari pemerintah terhadap pendidikan juga menjadi faktor yang sangat penting terhadap pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan. kesuksesan tersebut juga dikarenakan kesadaran individu akan pendidikan, bukan karena pendidikan formal. pada era ini, khalifah yang paling menonjol yaitu Harun Ar-Rasyid. pengadopsian ilmu - ilmu umum juga digunakan untuk mengembangkan pendidikan islam. namun, sayangnya, pendidikan pada era ini, masih sistem keturunan. dari kalangan bangsawan berada pada pendidikan istana, sedang kalangan bawah, berada pada pendidikan kutab.
yang bisa kita ambil hikmah untuk merekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia sangat banyak sekali. masyarakat Indonesia seharusnya memi.liki kesadaran individu utuk belajar, bukan karena paksaan. kerusuhan-kerusuhan di Indonesia juga seharusnya tidak terjadi, lebih baik berperang menggunakan akal daripada kekuatan. di Indonesia juga seharusnya diperbanyak penelitian-penelitian dengan pemerintah memberikan fasilitas yang terbaik. belajar juga dapat dimana saja, tidak hanya disekolah.

Rahma Hayati mengatakan...

Nama : Yuni Endarwati
NIM : 09410133
PAI A

Pada era Bani Umayyah, Pendidikan Islam disana dapat dikatakan maju. era itu dikotomi ilmu juga tidak ada, sehingga interaksi antar ilmu dapat berjalan sehingga mampu membangun kemajuan ilmu pengetahuan. ilmu-ilmu aqli lebih ditekankan sehingga dapat dikatakan sains maju karena filsafat. pemikiran-pemikiran lebih diandalkan dari pada kekuatan. dukungan dari pemerintah terhadap pendidikan juga menjadi faktor yang sangat penting terhadap pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan. kesuksesan tersebut juga dikarenakan kesadaran individu akan pendidikan, bukan karena pendidikan formal. pada era ini, khalifah yang paling menonjol yaitu Harun Ar-Rasyid. pengadopsian ilmu - ilmu umum juga digunakan untuk mengembangkan pendidikan islam. namun, sayangnya, pendidikan pada era ini, masih sistem keturunan. dari kalangan bangsawan berada pada pendidikan istana, sedang kalangan bawah, berada pada pendidikan kutab.
yang bisa kita ambil hikmah untuk merekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia sangat banyak sekali. masyarakat Indonesia seharusnya memi.liki kesadaran individu utuk belajar, bukan karena paksaan. kerusuhan-kerusuhan di Indonesia juga seharusnya tidak terjadi, lebih baik berperang menggunakan akal daripada kekuatan. di Indonesia juga seharusnya diperbanyak penelitian-penelitian dengan pemerintah memberikan fasilitas yang terbaik. belajar juga dapat dimana saja, tidak hanya disekolah.

Yuni Endarwati mengatakan...

Nama : Yuni Endarwati
NIM : 09410133
PAI A

Pada era Bani Umayyah, Pendidikan Islam disana dapat dikatakan maju. era itu dikotomi ilmu juga tidak ada, sehingga interaksi antar ilmu dapat berjalan sehingga mampu membangun kemajuan ilmu pengetahuan. ilmu-ilmu aqli lebih ditekankan sehingga dapat dikatakan sains maju karena filsafat. pemikiran-pemikiran lebih diandalkan dari pada kekuatan. dukungan dari pemerintah terhadap pendidikan juga menjadi faktor yang sangat penting terhadap pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan. kesuksesan tersebut juga dikarenakan kesadaran individu akan pendidikan, bukan karena pendidikan formal. pada era ini, khalifah yang paling menonjol yaitu Harun Ar-Rasyid. pengadopsian ilmu - ilmu umum juga digunakan untuk mengembangkan pendidikan islam. namun, sayangnya, pendidikan pada era ini, masih sistem keturunan. dari kalangan bangsawan berada pada pendidikan istana, sedang kalangan bawah, berada pada pendidikan kutab.
yang bisa kita ambil hikmah untuk merekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia sangat banyak sekali. masyarakat Indonesia seharusnya memi.liki kesadaran individu utuk belajar, bukan karena paksaan. kerusuhan-kerusuhan di Indonesia juga seharusnya tidak terjadi, lebih baik berperang menggunakan akal daripada kekuatan. di Indonesia juga seharusnya diperbanyak penelitian-penelitian dengan pemerintah memberikan fasilitas yang terbaik. belajar juga dapat dimana saja, tidak hanya disekolah.

Islamic Education mengatakan...

Nama : Yuni Endarwati
NIM : 09410133
PAI A

Pada era Bani Umayyah, Pendidikan Islam disana dapat dikatakan maju. era itu dikotomi ilmu juga tidak ada, sehingga interaksi antar ilmu dapat berjalan sehingga mampu membangun kemajuan ilmu pengetahuan. ilmu-ilmu aqli lebih ditekankan sehingga dapat dikatakan sains maju karena filsafat. pemikiran-pemikiran lebih diandalkan dari pada kekuatan. dukungan dari pemerintah terhadap pendidikan juga menjadi faktor yang sangat penting terhadap pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan. kesuksesan tersebut juga dikarenakan kesadaran individu akan pendidikan, bukan karena pendidikan formal. pada era ini, khalifah yang paling menonjol yaitu Harun Ar-Rasyid. pengadopsian ilmu - ilmu umum juga digunakan untuk mengembangkan pendidikan islam. namun, sayangnya, pendidikan pada era ini, masih sistem keturunan. dari kalangan bangsawan berada pada pendidikan istana, sedang kalangan bawah, berada pada pendidikan kutab.
yang bisa kita ambil hikmah untuk merekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia sangat banyak sekali. masyarakat Indonesia seharusnya memi.liki kesadaran individu utuk belajar, bukan karena paksaan. kerusuhan-kerusuhan di Indonesia juga seharusnya tidak terjadi, lebih baik berperang menggunakan akal daripada kekuatan. di Indonesia juga seharusnya diperbanyak penelitian-penelitian dengan pemerintah memberikan fasilitas yang terbaik. belajar juga dapat dimana saja, tidak hanya disekolah.

Islamic Education mengatakan...

Nama : Yuni Endarwati
NIM : 09410133
PAI A

Pada era Bani Umayyah, Pendidikan Islam disana dapat dikatakan maju. era itu dikotomi ilmu juga tidak ada, sehingga interaksi antar ilmu dapat berjalan sehingga mampu membangun kemajuan ilmu pengetahuan. ilmu-ilmu aqli lebih ditekankan sehingga dapat dikatakan sains maju karena filsafat. pemikiran-pemikiran lebih diandalkan dari pada kekuatan. dukungan dari pemerintah terhadap pendidikan juga menjadi faktor yang sangat penting terhadap pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan. kesuksesan tersebut juga dikarenakan kesadaran individu akan pendidikan, bukan karena pendidikan formal. pada era ini, khalifah yang paling menonjol yaitu Harun Ar-Rasyid. pengadopsian ilmu - ilmu umum juga digunakan untuk mengembangkan pendidikan islam. namun, sayangnya, pendidikan pada era ini, masih sistem keturunan. dari kalangan bangsawan berada pada pendidikan istana, sedang kalangan bawah, berada pada pendidikan kutab.
yang bisa kita ambil hikmah untuk merekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia sangat banyak sekali. masyarakat Indonesia seharusnya memi.liki kesadaran individu utuk belajar, bukan karena paksaan. kerusuhan-kerusuhan di Indonesia juga seharusnya tidak terjadi, lebih baik berperang menggunakan akal daripada kekuatan. di Indonesia juga seharusnya diperbanyak penelitian-penelitian dengan pemerintah memberikan fasilitas yang terbaik. belajar juga dapat dimana saja, tidak hanya disekolah.

eko wahid mengatakan...

NAMA:Eko Wahid B
NIM: 08410078
pada masa bani abbasiyah pendidikan mengalami kemajuan yang sangat pesat baik ilmu naqli (agama) seperti munculnya ilmu tauhid, hadis,dan ilmu-ilmu agama lainnya. Demikian pula pengetahuan umum (ilmu naqli) berkembang pula dengan pesatnya seperti filsafat yunani telah diterima oleh umat.sehingga terlahir sekolah-sekolah yang tidak terhitung banyaknya. Tersebar dari kota sampai ke desa-desa. Anak-anak dan pemuda-pemuda berlomba-lomba menuntut ilmu pengetahuan, melawat kepusat pendidikan, meniggalkan kampung halamanya karena cinta akan ilmu pengetahuan.
Kerajaan islam di Timur yang berpusat di Bagdad dan Cordova telah menunjukan dalam segala cabang ilmu pengetahuan sehingga kalau kita buka lembaran sejarah dunia pada masa keemasan, yang bermula dengan berdirinya kerajaan Abbasiyah di Bagdad, pada tahun 750 M dan berakhir dengan kerajaan Abbasiyah pada tahun 1258 Masehi.
dan pada masa bani abbasiyah muncul tokoh tokoh yang sangat terkenal sampai sekarang baik dalam bidang agama maupun umum.
dan kita dapat melihat di UIN sunan kalijaga sudah mengalami proses intregasi interkoneksi keilmuan di bidang agama maupun umum ditandai dengan berdirinya fakultas fakultas yang bercirikan umum seperti sains dan teknologi dan ishoshum, akan tepai tetap mengajarkan nilai nilai keislaman pada fakultas tersebut, sehingga dapat menghilangkan apa yang dinamakan dikotomi keilmuan baik dalam bidang agama maupun umum di UIN sunan kalijaga