Senin, Agustus 31, 2009

SAP PSI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Muqowim

Integrasi-Interkoneksi
1. Matakuliah pendukung integrasi-interkoneksi
Semua matakuliah terkait dengan Pengantar Studi Islam, sebab pada dasarnya PSI merupakan perspektif yang harus ada dalam setiap matakuliah. Dengan kata lain, semua matakuliah pada dasarnya merupakan penjabaran lebih rinci dari perkuliahan PSI, sehingga pengembangan semua matakuliah dalam proses pembelajaran harus bertolak dari makna studi Islam yang ada dalam PSI ini.

2. Level Integrasi-Interkoneksi
a. Filosofis: pada level ini matakuliah ini memberikan perspektif terhadap semua matakuliah lain, sebab pemaknaan tentang Islam sangat tergantung pada perkuliahan ini. Makna studi Islam secara komprehensif yang menjadikan al-Qur'an dan al-Sunnah sebagai inti (core) atau inspirasi merupakan cermin tidak adanya paradigma dikotomik dalam pendidikan.
b. Materi: pada tingkat ini perkuliahan PSI didukung dan dijabarkan lebih konkret dalam matakuliah-matakuliah lain. PSI memberikan sebuah pengantar tentang makna Islam secara global yang akan dielaborasi secara substansi dan metodologinya melalui perkuliahan yang lain.
c. Metodologi: pada tahapan ini matakuliah PSI memberikan gambaran yang utuh tentang makna studi Islam dan bagaimana melakukan studi Islam dengan menggunakan banyak pendekatan, baik normatif, sosial-humaniora, bahkan kealaman. Wilayah studi Islam yang empirik dapat dianalisis dengan menggunakan berbagai pendekatan ilmu sosial, sehingga mampu menjelaskan persoalan adanya jurang antara idealitas Islam dan realitas Islam..
d. Strategi: pada fase ini perkuliahan dilakukan dengan menggali berbagai persoalan yang terkait dengan Islam, baik dari aspek idealitas yang terkandung dalam nas ataupun dalam realitas yang menyejarah, sehingga ajaran Islam dapat memberikan alternatif pemecahan terhadap berbagai persoalan realitas empirik-historis.

3. Proses Integrasi-Interkoneksi
Proses integrasi matakuliah ini dilakukan dengan mengaitkan seluruh matakuliah, sebab semua matakuliah pada dasarnya merupakan penjabaran lebih detil dari makna studi Islam yang ada dalam perkuliahan PSI. Untuk itu, semua matakuliah lain harus menjabarkan proses perkuliahan dengan terlebih dahulu memahami makna studi Islam dalam perspektif baru, yaitu studi Islam dalam arti interconnected entities.

Deskripsi Mata Kuliah :
Matakuliah ini lebih dimaksudkan untuk memberikan bekal bagi mahasiswa untuk menjadi seorang peneliti (researcher) dalam bidang ke-Islam-an. Selama ini di kalangan umat Islam masih terdapat misunderstanding dan misconception dalam memahami kajian Islam secara akademik. Islam lebih dipahami sebagai suatu doktrin statis yang tidak perlu dikaji, sebab meneliti Islam berarti mempertanyakan eksistensi dan validitas wahyu agama Islam. Mengkaji Islam berarti mereduksi agama Islam, sebab Islam disamakan dengan ilmu pengetahuan lain yang observable, measurable, dan verifiable. Anggapan ini to some extent benar, meski tidak harus demikian cara memandang Islam. Dalam dataran doktrin (wahyu) yang normatif asumsi ini bisa diterima, namun ketika hal demikian dibenturkan dengan konteks zaman (sejarah), maka muncul berbagai pertanyaan yang perlu dijawab. Misalnya, mengapa terjadi perbedaan yang cukup tajam antara doktrin yang terkandung di dalam nusūs dengan manifestasi doktrin dalam konteks historis, antara das Sein dan das Sollen. Perbedaan ini dapat dilihat dalam berbagai bentuk, baik dari konteks zamān (waktu) maupun makān (tempat). Bila ditarik dalam konteks yang lebih global, mengapa peradaban Islam saat ini ketinggalan dengan peradaban lain, kalau memang Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya (al-islām ya’lū walā yu’lā ‘alayh). Selain itu, dalam al-Qur’an secara tegas dinyatakan bahwa Islam sebagai agama rahmatan lil-‘ālamīn, bukan hanya rahmatan lil-muslimīn saja, namun kenyataannya banyak kasus kerusuhan dan kekerasan yang justru dilakukan oleh umat Islam. Matakuliah ini tidak dimaksudkan untuk menilai sebuah peristiwa atau pemikiran sebagai sesuatu yang baik atau buruk, benar atau salah, akan tetapi matakuliah ini lebih dimaksudkan untuk menelaahnya secara kritis, obyektif, dan rasional.
Pada dasarnya keragaman cara memandang Islam lebih disebabkan oleh perbedaan pemahaman dan konteks sosial-budaya yang dihadapi oleh umat Islam dan para pemerhati Islam. Perbedaan pemahaman tersebut sangat terkait dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, sementara konteks sosial dan budaya sangat terkait dengan situasi masyarakat yang dihadapi. Karena itu, banyaknya metodologi yang ditawarkan dalam melakukan kajian Islam, baik yang selama ini dikembangkan di Dunia Timur maupun di Dunia Barat adalah sebagai sebuah keniscayaan. Adanya perbedaan arah dan kecenderungan kajian Islam yang selama ini berkembang dan dikembangkan di pusat-pusat kajian Islam di dua dunia tersebut, lebih disebabkan oleh perbedaan sudut pandang (perspective) dalam memahami Islam yang menyejarah. Dunia Timur lebih concern terhadap persoalan materi (content) sementara Dunia Barat lebih menekankan pada segi metodologi dan pisau analisis. Perbedaan pemahaman dan konteks sosial tersebut pada akhirnya menyebabkan munculnya perbedaan pendekatan dan metodologi yang digunakan, misalnya pendekatan sejarah, sosiologi, antropologi, dan filologi. Beberapa pendekatan tersebut akan menjadi topik kajian dalam matakuliah ini. Selain itu, mata kuliah ini juga akan membahas studi Islam dalam berbagai disiplin, khususnya dikaitkan dengan paradigma yang digunakan oleh al-Jabiri, yaitu bayani, burhani, dan irfani.

Standar Kompetensi:
Mahasiswa memahami konsep studi Islam; memiliki sikap apresiatif terhadap berbagai pendekatan dan mampu mengaplikasikannya dalam studi Islam.

Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu memahami ruang lingkup studi Islam
2. Mahasiswa mampu memahami perkembangan studi Islam
3. Mahasiswa mampu memahami sumber ajaran Islam
4. Mahasiswa mampu memahami pengelompokan keilmuan dalam Islam
5. Mahasiswa mampu memahami berbagai pendekatan dalam studi Islam
6. Mahasiswa memahami beberapa isu aktual dalam studi Islam

Materi Pokok:
1. Pengertian studi Islam
2. Perkembangan studi Islam di Timur, Barat dan Indonesia
3. Sumber ajaran Islam
4. Pengelompokan keilmuan dalam Islam
5. Berbagai pendekatan dalam kajian Islam
6. Isu-isu aktual dalam studi Islam [multikulturalisme, civil society, gender equity, community development]

Komposisi Penilaian:
1. Keaktifan
2. Tugas Mandiri
3. Ujian Tengah Semester
4. Ujian Akhir Semester

DaftarReferensi
Wajib:
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Logos, 1998 : 1-7.
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta : Logos, 1999 : 201-216.
Fazlur Rahman, “Approaches to Islam in Religious Studies: Review Essay,” dalam Richard C. Martin (ed.), Approaches to Islam in Religious Studies, USA: The University of Arizona Press, 1985: 189-201.
M. Atho’ Mudzhar, Pendekatan Studi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999: 1-10.
Richard C. Martin, “Islam and Religious Studies: An Introductory Essay,” dalam Richard C. Martin (ed.), Approaches to Islam in Religious Studies, USA: The University of Arizona Press, 1985: 1-18.
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Tazzafa dan Academia, 2009
Khoiruddin Nasution, Andy Dermawan dan Muqowim, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2007
M. Amin Abdullah, Studi Agama: Normatifitas atau Historisitas?, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (ed.), Metodologi Penelitian Agama: Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991: xi-xvi.
Deliar Noer, “Diperlukan Pendekatan Bukan Barat Terhadap Kajian Masyarakat Indonesia,” dalam Mulyanto Sumardi (ed.), Penelitian Agama Masalah dan Pemikiran: 31-49.
Ahmad Syafii Ma’arif, “Posisi Sentral Al-Qur’an dalam Studi Islam,” dalam Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (ed.), Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991: 125-134.
Fazlur Rahman, “Al-Qur’an,” dalam Islam, terj. Ahsin Mohammad, Bandung : Pustaka, 1994 : 31-50.
Mohammad Quraish Shihab, “Posisi Sentral Al-Qur’an dalam Studi Islam,” dalam Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (ed.), Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991: 135-148.

Anjuran:
Howard M. Federspiel, (ed.), An Anthology of Islamic Studies, Volume II, Montreal: McGill Institute of Islamic Studies, 1996: 1-5.
Issa J. Boullata, (ed.), An Anthology of Islamic Studies, Montreal: McGill Indonesian IAIN Development Project, 1992: 1-6.
Muhammad Abdul Rauf, “Outsiders’ Interpretations of Islam: A Muslim’s Point of View,” dalam Richard C. Martin (ed.), Approaches to Islam in Religious Studies, USA: The University of Arizona Press, 1985: 179-188.
Mulyanto Sumardi, (ed.), Penelitian Agama Masalah dan Pemikiran, Jakarta: Sinar Harapan, 1981: 1-6
Ahmad Syafii Mufid, “Penelitian Agama: Hakekat, Metode dan Kegunaannya,” dalam Affandi Mochtar (peny.), Menuju Penelitian Keagamaan dalam Perspektif Penelitian Sosial, Cirebon: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati, 1996: 31-42.
M. Atho’ Mudzhar, “Penelitian Agama dan Keagamaan: Peta dan Strategi Penelitian di IAIN,” dalam Affandi Mochtar (peny.), Menuju Penelitian Keagamaan dalam Perspektif Penelitian Sosial, Cirebon: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati, 1996: 1-30.
Muhammad Abdul Rauf, “Outsiders’ Interpretations of Islam: A Muslim’s Point of View,” dalam Richard C. Martin (ed.), Approaches to Islam in Religious Studies, USA: The University of Arizona Press, 1985: 179-188.
Muqowim, “Kenabian dalam al-Qur’an,” dalam Jurnal Dakwah, No. 3 Th. II Juli-Desember 2001: 113-129.
Deliar Noer, “Diperlukan Pendekatan Bukan Barat Terhadap Kajian Masyarakat Indonesia,” dalam Mulyanto Sumardi (ed.), Penelitian Agama Masalah dan Pemikiran: 31-49.
M. Amin Abdullah, “Rekonstruksi Metodologi Studi Agama dalam Masyarakat Multikultural dan Multirelijius,” dalam Ahmad Norma Permata, Metodologi Studi Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
Andrew Rippin, “Literary Analysis of Qur’an, Tafsir, and Sira: The Methodologies of John Wansbrough,” dalam Richard C. Martin (ed.), Approaches to Islam in Religious Studies, Tucson: The University of Arizona Press, 1985: 151-163.
Anthony H. Johns, Qur’anic Exegesis in the Malay World: In Search of a Profile: 257-287.
Azim Nanji, “Toward a Hermeneutic of Qur’anic and Other Narratives of Isma’ili Thought,” dalam Richard C. Martin (ed.), Approaches to Islam in Religious Studies: 164-174.
Farid Esack, “Between Text and Context,” “Redefining Self and Other,” dan “The Qur’an and the Other,” dalam Qur’an, Liberation and Pluralism, Oxford: Oneworld, 1997: 49-81; 114-145; dan 146-178.
Fazlur Rahman, “Some Recent Books on the Qur’an by Western Authors,” dalam The Journal of Religion: 73-95.
Sa’ad Abdul Wahid, “Tarjamat Ma’ani al-Qur’an al-Karim wa Tatawwuruha,” dalam Al-Jami’ah, Vol. 38, No. 2, 2000: 452-475.
Ismail K. Poonawala, “Muhammad ‘Izzat Darwaza’s Principles of Modern Exegesis: A Contribution toward Qur’anic Hermeneutics,” dalam G.R. Hawting and Abdul-Kader A. Shareef (ed.), Approaches to the Qur’an: 225-246.
Isma’il Ragi al-Faruqi, “Toward A New Methodology for Qur’anic Exegesis,” dalam Islamic Studies, vol. I: 1 (1962): 25-52
Moch. Nur Ichwan, “Beyond Ideological Interpretation: Nasr Abu Zayd’s Theory of Qur’anic Hermeneutic,” dalam Al-Jami’ah, No. 65/XII/2000: 14-38.
Mohammad Nur Kholis Setiawan, “Literary Interpretation of the Qur’an: A Study of Amin al-Khuli’s Thought,” dalam Al-Jami’ah, No. 61/1998: 89-105.
Mustansir Mir, “The Sura as a Unity: A Twentieth Century Development in Qur’an Exegesis,” dalam G.R. Hawting and Abdul-Kader A. Shareef (ed.), Approaches to the Qur’an: 211-224.
William A. Graham, “Qur’an as Spoken Word: An Islamic Contribution to the Understanding of Scripture,” dalam Richard C. Martin (ed.), Approaches to Islam in Religious Studies: 23-40.