Selasa, November 18, 2008

PENDEKATAN HISTORIS

PENDEKATAN SEJARAH

PENGERTIAN SEJARAH
lKata sejarah berasal dari kata syajaratun, yang berarti pohon. Makna kata pohon dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja atau dinasti tertentu
lDalam bahasa Indonesia, sejarah mengandung tiga pengertian. Pertama, sejarah adalah silsilah atau asal-usul. Kedua, sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Ketiga, sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau
lMenurut Kamus Indonesia-Inggris, kata "sejarah" diterjemahkan sebagai history, yang mengandung beberapa arti.
lhistory merupakan kumpulan peristiwa masa lalu.
lhistory merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi berturut-turut dari masa lalu sampai masa sekarang dan bahkan sampai masa depan.
lhistory merupakan suatu catatan atau deskripsi naratif dari peristiwa-peristiwa masa lalu.
lhistory merupakan disiplin ilmu yang mencatat dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa masa lalu yang mencakup manusia.
lhistory merupakan semua yang diingat tentang masa lalu dalam bentuk tulisan
lAristoteles: sejarah berbeda dengan puisi dan filsafat. Sejarah bersifat partikular dan aktual sudah terjadi. Sementara puisi dan filsafat bergelut dengan yang universal dan dengan apa yang ada dan mungkin ada.
lFrancis Bacon:, sejarah berbeda dengan disiplin ilmu yang lain berdasarkan materi pokoknya. Sejarah mempelajari apa yang berkisar dalam waktu dan tempat, dengan menggunakan ingatan sebagai instrumen esensialnya.
lVico: sejarah adalah disiplin ilmu pertama manusia. Manusia hanya dapat mengerti apa yang sudah dibuatnya sendiri. Sejarah menjadi pusat pengertian manusia, karena manusia menciptakan sejarah
lIbn Khaldun [al-Muqaddimah] yang menjadi pengantar [Kitab al-'Ibar wa Diwan al-Mubtada wa al-Khabar]: definisi sejarah dari dua sisi. Pada sisi eksternal, sejarah tidak lebih dari penginformasian mengenai peperangan, negara-negara dan masyarakat pada masa silam. Pada sisi internal (batin) sejarah merupakan observasi, analisis, dan kajian secara cermat terhadap prinsip-prinsip semesta dan sebab-sebab yang mendasarinya.
lSejarah adalah pengetahuan tentang proses-proses berbagai realitas dan sebab-musababnya secara mendalam
lCollingwood: sejarah merupakan ilmu atau suatu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menaruh perhatian terhadap tindakan manusia pada masa lalu yang diperoleh melalui interpretasi bukti-bukti sejarah dan demi self-knowledge manusia. Dengan pengertian ini, manusia berkepentingan melihat masa lalunya sendiri dengan kaca mata sekarang.
lKuntowijoyo: sejarah berarti sebuah rekonstruksi masa lalu. Sejarah menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis dan unik. Sejarah itu diakronis karena sejarah memanjang dalam waktu. Sejarah bersifat ideografis, karena sejarah bersifat menggambarkan, memaparkan dan menceritakan sesuatu. Sejarah bersifat unik karena sejarah melakukan penelitian tentang hal-hal yang unik dan secara khas hanya berlaku pada sesuatu, di situ dan waktu itu.
lEdward Hallett Carr: sejarah adalah sebuah proses interaksi secara terus-menerus antara sejarawan dengan fakta-faktanya. Interaksi ini merupakan wujud sebuah dialog tanpa akhir antara masa sekarang ketika sejarawan hidup dengan masa lalu, yaitu fakta itu sendiri.

SEJARAH SEBAGAI PERISTIWA, KISAH, ILMU, SENI
lSejarah sebagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau; melihat sejarah sebagaimana terjadinya (histoire realite) yang berhubungan dengan manusia; bersifat obyektif
lSejarah sebagai kisah merupakan narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi pada waktu lampau; bersifat subyektif
lSejarah sebagai ilmu positif (Leopold von Ranke): sejarawan agar menulis apa yang sesungguhnya terjadi. Dengan menulis apa yang sesungguhnya terjadi, sejarah akan menjadi objektif. Dengan melihat manusia tertentu, sejarah berbeda dengan filsafat yang abstrak dan spekulatif
lSejarah sebagai seni karena sebagaimana seni, sejarah juga membutuhkan intuisi, emosi dan gaya bahasa

JENIS SEJARAH
lSejarah ekonomi: studi sejarah tentang usaha-usaha manusia untuk menyediakan barang dan jasa bagi dirinya, institusi-institusi dan hubungan antar manusia yang diakibatkan oleh usaha tersebut, teknik-teknik dan cara pandang yang berubah karena perkembangan ekonomi serta keberhasilan dan kegagalan mereka. Contoh: Rostow
lSejarah politik: tentang rentetan peristiwa politik, seperti masa pemerintahan seorang raja, kejatuhan seorang raja dari tampuk kekuasaannya dan pemberontakan yang terjadi pada masa seorang raja memerintah. Contoh: Donald K. Emmerson
lSejarah sosial meneliti masyarakat secara total dan global, tema-tema seperti sejarah pada sebuah kelas sosial sepanjang tetap merupakan sejarah pada sebuah unit masyarakat dengan ruang lingkup dan waktu tertentu, akan menjadi fokus dari sejarah sosial. Tokoh: Lucien Febvre dan March Bloch
lSejarah kebudyaan dipelopori Burckhardt dan Huizinga. Burckhardt: sejarah kebudayaan mendahului bermacam jenis penulisan sejarah sesudahnya. Menurutnya, pendekatan sejarah kebudayaan bersifat sinkronis, sistematis, dan tanpa kesalahan kronologis. Bagi Huizinga: sejarah kebudayaan terkait tentang struktur yang dapat melihat gejala-gejala yang mempunyai makna jelas dalam dirinya. Tugas sejarah kebudayaan adalah mencari pola kehidupan, kesenian dan cara berpikir bersama-sama dalam suatu zaman

PERIODESASI DAN KRONOLOGI
lMakna periodesasi berhubungan dengan generalisasi. Generalisasi adalah upaya penyimpulan dari yang khusus kepada yang umum. Ada dua tujuan generalisasi. Pertama, untuk saintifikasi, bahwa sebagaimana ilmu-ilmu yang lain, sejarah juga melakukan penyimpulan umum. Kedua, untuk simplifikasi atau penyederhanaan
lSalah satu generalisasi sejarah adalah generalisasi periodik atau periodisasi. Periodisasi merupakan pengklasifikasian peristiwa-peristiwa sejarah dalam tahapan atau pembabakan tertentu
lPeriodisasi dapat dilakukan berdasarkan perkembangan politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan agama
lKronologi adalah ilmu untuk menentukan waktu terjadinya suatu peristiwa dan tempat peristiwa tersebut secara tepat berdasarkan urutan waktu.
lTujuan kronologi: untuk menghindari anakronisme atau kerancauan waktu dalam sejarah. Dengan konsep kronologi, peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu dapat direkonstruksi kembali secara tepat berdasarkan urutan waktu terjadinya.
lDengan kronologi, kita dapat melihat kaitan sebuah peristiwa sejarah yang terjadi di belahan bumi yang satu dengan peristiwa yang terjadi di belahan bumi yang lain.

PENDEKATAN DALAM SEJARAH
lPendekatan sejarah dari bawah menekankan bahwa sejarah tidak hanya perlu menyoroti para tokoh besar atau elit saja, tetapi juga orang-orang kebanyakan di masa lalu
lMicrostoria atau sejarah mikro sebagai usaha mempelajari masa lalu pada level komunitas kecil, baik itu berupa desa, jalan, keluarga, atau bahkan individu yang memungkinkan pengalaman konkret kembali memasuki sejarah sosial
lPendekatan altagsgeschichte atau sejarah keseharian merupakan pendekatan yang bisa menembus pengalaman manusia dan membawanya ke sejarah sosial
lHistory de l'immaginaire atau sejarah mentalitas dapat dilihat sebagai versi sehari-hari sejarah intelektual atau sejarah ide-ide

KEGUNAAN SEJARAH
lSecara intrinsik, sejarah berguna sebagai ilmu, sebagai cara mengetahui masa lampau, sebagai pernyataan pendapat dan sebagai profesi
lSementara itu, secara ekstrinsik, sejarah dapat digunakan sebagai liberal education. Sejarah mempunyai fungsi pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, keindahan dan ilmu bantu

LANGKAH PENELITIAN SEJARAH
lKontinuitas dan diskontinuitas sejarah dapat dilihat melalui proses penelitian sejarah. Menurut Kuntowijoyo penelitian sejarah mempunyai lima tahapan. Kelima tahapan itu adalah pemilihan topik, heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sejarah dan keabsahan sumber), interpretasi (analisis dan sintetis) serta historiografi (penulisan sejarah).

PEMILIHAN TOPIK
lDalam pemilihan topik, ada dua hal yang mempengaruhi kita, yaitu kedekatan emosional dan intelektual terhadap topik yang dipilih.
lDalam memulai pemilihan topik penelitian, kita dapat berpegang pada empat perangkat pertanyaan. Pertama, perangkat pertanyaan yang bersifat geografis (Dimana?). Kedua, perangkat pertanyaan yang bersifat biografis (Siapa?). Ketiga, perangkat pertanyaan yang bersifat kronologis (Bilamana?). Keempat, perangkat pertanyaan yang bersifat fungsional atau okupasional (Apa? Atau lingkungan manusia mana yang paling menarik?)
Untuk memilih topik hindari hal-hal berikut:
lKesalahan Baconian: sejarah adalah ilmu empiris. Metode satu-satunya yang tepat adalah metode induksi, yaitu dari pengetahuan tentang hal-hal yang khusus dapat disimpulkan sebagai pengetahuan yang umum. Sejarawan melakukan kesalahan Baconian ketika ia beranggapan bahwa tanpa teori, konsep, ide, paradigma, praduga, hipotesis, atau generalisasi yang lain, penelitian sejarah dapat dilakukan.
lKesalahan terlalu banyak pertanyaan. Pertanyaan yang terlalu banyak membuat titik pembicaraan akan hilang.
lKesalahan pertanyaan yang bersifat dikotomi. Sejarawan kadang-kadang berpikir bahwa hitam-putih suatu peristiwa atau tokoh sejarah seolah-olah hanya mempunyai dua kemungkinan. Topik seperti Diponegoro: Pemberontak atau Pejuang?

HEURISTIK
lHeuristik merupakan istilah yang digunakan untuk pengumpulan informasi mengenai topik penelitian sejarah. Kata heuristik berasal dari kata Yunani, heureskien yang berarti menemukan
lHeuristik menekankan agar para sejarawan selalu mengingat bibliografi singkat mengenai buku-buku yang pasti diperlukan untuk penelitian yang serius, di antaranya adalah bibliografi yang sesuai dengan subjek penelitian, katalog, ensiklopedia, kamus biografi, kamus sejarah yang baik, kamus tematis yang baik seperti kamus ekonomi atau kamus sosiologi, lalu kamus yang baik mengenai asas-asas sejarah, buku sejarah umum, majalah sejarah, serta dokumen-dokumen yang diterbitkan. Sejarawan tidak hanya bekerja dengan buku-buku, ia juga harus menggunakan materi yang tidak terdapat di dalam buku itu, seperti bahan-bahan arkeologis, epigrafis, numismatis, dokumen resmi dan dokumen pribadi
Untuk mengetahui dokumen yang penting, ingat empat aturan umum berikut.
lSemakin dekat waktu pembuatan dokumen dengan peristiwa yang direkamnya, maka semakin baik dokumen tersebut bagi tujuan sejarah,
lSemakin serius pengarang membuat rekaman peristiwa, dokumennya akan semakin dapat dipercaya sebagai sebuah sumber sejarah.
lSemakin sedikit segmen pembaca yang dirancang untuk sebuah dokumen (misalnya semakin besar sifat rahasianya), maka semakin besar kemungkinannya bahwa dokumen itu bersifat murni.
lSemakin tinggi tingkat keahlian si penyusun laporan pada bidang yang dilaporkannya, maka laporan itu akan semakin dapat dipercaya
Ada beberapa kesalahan yang harus dihindari dalam pengumpulan sumber:
lKesalahan holisme: kesalahan yang terjadi karena memilih satu bagian yang penting, dan menganggap pemilihan bagian tersebut dapat mewakili keseluruhannya.
lKesalahan pragmatis: sumber dipilih untuk tujuan tertentu. Pengumpulan sumber seperti ini sering tidak utuh.
lKesalahan ad hominem. Kesalahan ini muncul karena dalam pengumpulan sumber sejarah orang memilih orang, otoritas, profesi, pangkat atau jabatan tertentu. Untuk menghindarinya, perlu dilakukan pengumpulan data dari tiga sumber, yaitu dari pihak yang berkaitan dengan peristiwa, pihak yang saling bertentangan dan saksi mata yang tidak terlibat sama sekali.

VERIFIKASI
lVerifikasi: proses pengujian terhadap data-data sejarah. Cara pengujiannya antara lain dengan mengajukan sejumlah pertanyaan logis berkaitan dengan peristiwa sejarah tersebut atau dengan membandingkan dan menghadirkan sejumlah data lain yang berkaitan dengan peristiwa sejarah yang sama.
lFungsi verifikasi sering disebut sebagai kritik sejarah. Salah satu bentuk verifikasi adalah verifikasi otentisitas sumber atau kritik ekstern.
Naskah kadang dipalsukan karena alasan tertentu, seperti:
luntuk mendukung suatu klaim yang palsu. Contohnya, Donasi Konstantinus yang pernah dikutip untuk mendukung teori bahwa Paus mempunyai klaim teritorial yang luas di barat. Pada tahun 1440, Lorenzo Valla memperlihatkan anakronisme dalam dokumen itu yang membuktikan bahwa dokumen itu palsu.
luntuk mengejar keuntungan. Misalnya, Robert Spring seorang pedagang ortografi pernah membuat ratusan pemalsuan surat-surat untuk memenuhi permintaan para kolektor.
ldemi kepentingan propaganda politik. Misalnya, "The Protocolt of the Elders of Zion" merupakan suatu dokumen yang berpretensi untuk mengungkapkan komplotan Yahudi yang nekad menguasai dunia.
Alasan dokumen dipalsukan:
luntuk menyesatkan dengan tujuan agar isi dokumen itu diperhatikan oleh pembacanya. Misalnya, surat pernyataan yang berisi wishful thinking dari beberapa pelarian Perancis seolah-olah merupakan pendapat dari Maharaja Leopold II tentang revolusi Perancis. Hal ini merupakan dokumen yang menyesatkan pembacanya karena pengarang surat itu sebenarnya bukan Maharaja Leopold II. Maharaja Leopold II ditetapkan sebagai pengarang supaya surat itu dibaca.
luntuk menyesatkan (misrepresentasi) dengan tujuan agar pengarang yang sebenarnya tidak diketahui. Hal ini kerap kali terjadi pada saat sensor dapat mengutuk isi karya tulis seorang pengarang dan pengarangnya sendiri. Pengutukan ini diikuti dengan pembakaran naskah dan pemenjaraan pengarangnya. Untuk menghindari hal ini, banyak pengarang yang memalsukan namanya. Misalnya, sulit bagi kita untuk mengetahui apakah masih terdapat buku-buku karangan Voltaire yang masih dianggap ditulis oleh orang lain.
Cara mengecek otentisitas sumber:
lMenguji kesesuaian tanggal pembuatan dokumen dengan isi dokumen. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat apakah pada dokumen itu ada materi yang anakronistis.
lMenyelidiki tinta yang dipakai untuk melihat apakah komposisi kimia tinta tersebut tidak anakronistis.
lMengidentifikasi pengarangnya dan tulisan tangan, tanda tangan, materai dan jenis huruf yang digunakan oleh pengarangnya.
lMenyelidiki apakah dalam dokumen itu ada langgam bahasa, seperti penggunaan idiom, orthografi atau pungtuasi yang anakronistis.
lMenyelidiki apakah referensi pada peristiwa-peristiwa atau penanggalan dokumen bersifat anakronistis
Untuk menjaga objektivitas sejarah yang harus dihindari:
lKesalahan pars pro toto. Anggapan bahwa bukti yang hanya berlaku untuk sebagian dianggap berlaku untuk keseluruhan. Misalnya, dalam karya Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini mengeluh bahwa wanita Jawa selalu dipingit. Keluhan ini hanya benar untuk anak-anak gadis bangsawan, tidak dialami oleh gadis desa dan pesantren.
lKesalahan totem pro parte. Kebalikan dari pars pro toto, di mana sejarawan mengemukakan keseluruhannya, padahal yang dimaksudkan adalah bukti untuk sebagian. Misalnya, semua orang yang bersekolah di Negeri Belanda digambarkan seolah-olah menjadi orang barat yang berpikir dan berbicara seperti orang Belanda, padahal Sosrokartono menjadi mistikus, atau Hamengkubuwono IX yang menjadi seorang reformis.
lKesalahan menganggap pendapat umum sebagai fakta. Hal ini sering terjadi. Misalnya, orang Cina dianggap pandai berdagang. Anggapan ini mendorong berdirinya koperasi-kopersi Syarikat Islam padahal ada Cina di Bangka yang menjadi pembantu rumah tangga

INTERPRETASI
lAda dua macam interpretasi, yakni analisis dan sintetis.
lAnalisis berarti menguraikan. Dalam analisis, beberapa kemungkinan yang dikandung oleh suatu sumber sejarah coba untuk dilihat. Misalnya, dalam suatu dokumen yang ditemukan, ada suatu daftar anggota wajib militer suatu negara. Dari daftar tersebut terlihat sejumlah nama yang menunjukkan kekhasan daerah-daerah tertentu yang berbeda-beda. Dari daftar tersebut diketahui bahwa anggota wajib militer itu terdiri dari beraneka ragam suku bangsa.
lSintetis berarti menyatukan. Dalam sintetis, beberapa data yang ada dikelompokkan menjadi satu dengan generalisasi konseptual. Misalnya, ada data tentang pertempuran, rapat-rapat, mobilisasi massa, penggantian pejabat, pembunuhan, orang-orang yang mengungsi, penurunan dan pengibaran bendera. Pengsintetisan data-data tersebut menghasilkan fakta bahwa telah terjadi revolusi
Untuk menghindari kesalahan interpretasi, ingat berikut ini:
lSejarawan harus dapat membedakan antara alasan, sebab, kondisi dan motivasi. Dalam kasus revolusi Indonesia. Alasan utama revolusi adalah kekejaman Jepang. Sebab revolusi adalah keadaan kekosongan kekuasaan setelah Jepang menyerah kepada sekutu. Kondisinya dapat ditelusuri di dalam gerakan nasionalisme. Sementara itu, motivasi bersifat teleologis. Artinya, untuk apa peristiwa itu terjadi?
lSejarawan harus menghindari kesalahan pos hoc, propter hoc (setelah ini maka ini). Kesalahan ini terjadi ketika seorang sejarawan menunjukkan bahwa karena peristiwa A lebih dahulu dari peristiwa B, maka B disebabkan oleh A.
lSejarawan harus menghindari kesalahan reduksionisme dengan cara menyederhanakan gejala-gejala yang sebenarnya kompleks.
lSejarawan harus menghindari kesalahan pluralisme yang berlebihan. Pluralisme yang berlebihan dapat muncul ketika sejarawan mencoba menghindari reduksionisme. Akan tetapi akibatnya, sejarawan sering tidak menjelaskan apa-apa. Sejarawan tidak menyebutkan faktor yang menentukan.

PENULISAN SEJARAH
lMenurut cara penyampaiannya, penulisan sejarah dibedakan menjadi dua, yaitu penulisan sejarah naratif dan penulisan sejarah strukturalis.
lPenulisan sejarah naratif merupakan penulisan sejarah dengan pendekatan sejarah sebagai rekaman peristiwa dan tindakan aktor sejarah secara individual yang berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Sejarah naratif ditandai dengan penggambaran pergumulan hidup manusia yang berhadapan dengan perjalanan nasibnya.
lPenulisan sejarah strukturalis sering disebut sebagai sejarah sosial. Penulisan sejarah dengan pendekatan ini memahami sejarah sebagai rekaman peristiwa struktural yang berupa proses dan corak perubahan masyarakat, bangsa, dan dunia.
lDalam penulisan sejarah, fakta-fakta sejarah harus diseleksi dan disusun dengan baik. Dalam menyeleksi fakta sejarah, masalah relevansi harus mendapat perhatian. Artinya, dalam penyelesaian, fakta-fakta sejarah yang akan digunakan adalah fakta-fakta sejarah yang berkaitan dengan topik penelitian.
lAda empat aspek yang menjadi ukuran bagi relevansi, yaitu aspek biografis, aspek geografis, aspek kronologis dan aspek fungsional
lPenyusunan fakta sejarah yang paling masuk akal adalah penyusunan secara kronologis dalam periode-periode waktu.
lPenyusunan fakta sejarah dapat juga dilakukan berdasarkan sudut pandang geografis di mana sejarah sedang terjadi, dan berdasarkan tokoh pelaku, baik orang maupun kelompok orang
Hasil penelitian sejarah ditulis dalam tiga bagian besar:
lPengantar. Dalam pengantar antara lain berisi permasalahan, latar belakang, historiografi dan pendapat penulis tentang tulisan orang lain, pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian, teori dan konsep yang digunakan, dan sumber-sumber sejarah.
lHasil penelitian. Dalam bagian ini disajikan hasil penelitian penulisan. Pertanggungjawaban penulis diperlihatkan dengan menampilkan catatan dan lampiran karena setiap data yang ditulis harus disertai dengan data yang mendukung.
lKesimpulan. Dalam kesimpulan dikemukakan generalisasi dari uraian yang disajikan pada bagian sebelumnya. Selain itu, disajikan juga social significance. Dalam generalisasi ini akan tampak apakah penulis melanjutkan, menerima, memberi catatan atau menolak generalisasi yang sudah ada

SUMBER, BUKTI DAN FAKTA SEJARAH
lSumber sejarah dapat dilihat dari bahan maupun urutan penyampaiannya.
lBerdasarkan bahannya, sumber sejarah berupa sumber tertulis dan tidak tertulis, atau dokumen dan artefak.
lSumber tertulis berupa tulisan yang memuat informasi sejarah secara jelas sebagai hasil atau rekaman suatu peristiwa. Misalnya, prasasti, konstitusi, naskah, surat ataupun buku harian.
lSumber tidak tertulis atau artefak berupa benda-benda kebudayaan yang berhasil ditemukan mulai dari peralatan rumah tangga seperti gerabah sampai alat transportasi seperti pesawat luar angkasa.
lSelain kedua sumber ini ada juga sumber lisan. Sumber lisan berupa keterangan lisan yang langsung didapat dari pelaku ataupun saksi peristiwa yang terjadi di masa lalu.
lBerdasarkan urutan penyampaiannya, sumber sejarah berupa orang atau dengan alat mekanis seperti diktafon, yakni orang atau alat yang hadir pada saat peristiwa yang dikisahkan terjadi.
lSumber primer dihasilkan oleh orang yang sezaman dengan peristiwa yang dikisahkan, seperti naskah asli Proklamasi Indonesia tahun 1945.
lSumber sekunder adalah benda atau bahan yang telah diolah dan ditafsirkan oleh para ahli sejarah
lBukti dan fakta sejarah dipilih berdasarkan tingkat keberartiannya dan kaitannya dengan proses sejarah tertentu.
lFakta sejarah terdiri atas fakta mental dan fakta sosial. Fakta mental adalah gambaran tentang alam pikiran, pandangan, pendidikan, perasaan, dan sikap tokoh sejarah itu berada, seperti suasana zaman, lingkungan, dan masyarakatnya. Sebuah fakta sejarah seperti fakta mental belum tentu objektif. Hal ini sedikit banyak tergantung pada kedekatan pembuat dokumen sejarah dari peristiwa sejarah baik dalam arti geografis maupun kronologisnya, dan keadaan fisik atau psikis pembuat dokumen seperti daya ingat dan daya perhatian.
lSuatu fakta dapat dikategorikan sebagai peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi dapat diketahui dari bukti sejarah yang diperoleh bukti sejarah dapat berupa bukti tertulis, seperti prasasti dan dapat pula berupa bukti tidak tertulis seperti cerita atau tradisi.