Sabtu, November 29, 2008

PERTEMUAN KE-10

PENDEKATAN INTERDISIPLINER

Petunjuk Kelas Biologi
Baca pointers di bawah ini, tentang pendekatan interdisipliner dalam kajian Islam. Kemudian, buatlah satu contoh kasus yang dapat dipecahkan dengan beberapa pendekatan. Beri alasan mengapa memilih pendekatan tertentu untuk membahas persoalan tersebut! [lihat contoh kemacetan jalan raya di bawah]

RASIONAL
Rumitnya pemaknaan terhadap ajaran Islam tersebut mengharuskan sebuah kajian terhadap Islam dari berbagai sudut pandang keilmuan. Ia tidak mungkin didekati dari satu disiplin keilmuan saja, namun harus ada banyak pendekatan. Pendekatan yang dimaksud bisa berupa sosiologi dan sejarah, filologi dan antropologi, dan sebagainya.

PENGERTIAN
•Pendekatan interdisipliner adalah cara pandang terhadap fenomena Islam dengan menggunakan lebih dari satu pendekatan seperti normatif, sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi, fenomenologi, filologi, filsafat, ekonomi, dan hukum
•Penggunaan pendekatan tersebut bisa hanya dua saja atau lebih bergantung pada persoalan yang dikaji

MANFAAT
•Lebih komprehensif
•Banyak alternatif penyelesaian
•Melibatkan banyak tokoh/pakar
•Kolaborasi dan sinergi antar disiplin ilmu
•Tidak terjadi ego sektoral keilmuan

CARA KERJA
•Masalah diidentifikasi
•Pendekatan dipilih
•Setiap ahli mengkaji persoalan sesuai pendekatan yang dikuasai
•Hasil pengkajian dibahas bersama-sama
•Ada keputusan dan solusi bersama
•Penerapan

CONTOH PERSOALAN
•Kemacetan lalulintas [pendekatan ekonomi: pertumbuhan ekonomi menyebabkan kemakmuran masyarakat sehingga pendapat meningkat, pendekatan sosiologi: terjadinya kemacetan jalan raya menyebabkan mobilitas masyarakat mengalami peningkatan, arus urbanisasi meningkat, kadang muncul gesekan antar kepentingan antar pengguna jalan raya, pendekatan psikologi: kemacetan lalulintas menyebabkan meningkatnya gejala stres bagi pengguna jalan karena berpacu dengan waktu untuk sampai ke tempat kerja, pendekatan kesehatan: kemacetan menyebabkan polusi udara karena kendaraan banyak berhenti sementara asap dari knalpot terus keluar mengotori udara]
•Trafficking [ekonomi, budaya, psikologi, politik, hukum]
•Fenomena prostitusi [normatif, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi]
•Pengangguran [sosiologi, ekonomi, budaya]
•Kemiskinan [sosiologi, ekonomi, budaya]
•Kebodohan [sosiologi, ekonomi, budaya]

REFERENSI
•Akbar S. Ahmed, Postmodernism and Islam, London: Routledge, 1992.
•Azyumardi Azra, ‘‘Contemporary Islamic Renewal in Indonesia,’’ dalam Al-Jami’ah, No. 59/1996 : 41-58.
•Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos, 1999.
•Bassam Tibi, “Islam and Arab Nationalism,” dalam Barbara F. Strowasser (ed.), The Islamic Impulse, London, 1987: 59-74.
•Bassam Tibi, Islam and the Cultural Accomodation of Social Change, Boulder: Westview Press, 1991.
•Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition, Chicago: University of Chicago Press, 1982.
•Greg Barton, “Indonesia’s Nurcholish Madjid and Abdurrahman Wahid as Intellectual ‘Ulama’: The Meeting of Islamic Traditionalism and Modernism in Neo-Modernist Thought”, Studia Islamika: Indonesian Journal for Islamic Studies, Vol. 4, No. 1, 1997.
•LANJUTAN
•Greg Barton, “Neo-Modernism: A Vital Synthesis of Traditionalist and Modernist Islamic Thought in Indonesia”, Studia Islamika: Indonesian Journal for Islamic Studies, Vol. 2, No. 3, 1995.
•M. Amin Abdullah, Dinamika Islam Kultural, Bandung: Mizan, 2000.
•M. Atho’ Mudzhar, “Islam in Indonesia (The Politics of Recycling and the Collapse of a Paradigm),” dalam Al-Jami’ah, No. 64/XII/1999: 1-23.
•M. Dawam Rahardjo (ed.), Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: LP3ES, 1980.
•Mohammed Arkoun, “The Concept of Authority in Islamic Thought: La Hukma illa Lillah,” dalam C.E. Bosworth (ed.), The Islamic World: From Classical to Modern Times, Princeton, 1989: 31-54.
•Nurcholish Madjid, “The Islamic Concept of Man and Its Implications for the Muslims’ Appreaciation of the Civil and Political Rights,” dalam Al-Jami’ah, No. 65/XII/2000: 39-64.
•Richard C. Martin, Mark R. Woodward and Dwi S. Atmaja, “Harun Nasution and Modern Mu’tazilism,” dan “Mu’tazilism and (Post)Modernity,” dalam Defenders of Reason in Islam Mu’tazilism from Medieval School to Modern Symbol, Oxford: Oneworld, 1997: 119-198; 199-229.
•Richard P. Mitchell, “The Islamic Movement: Its Current Condition and Future Prospects,” dalam Barbara F. Strowasser (ed.), The Islamic Impulse, London, 1987: 75-86.

Selasa, November 18, 2008

PENDEKATAN HISTORIS

PENDEKATAN SEJARAH

PENGERTIAN SEJARAH
lKata sejarah berasal dari kata syajaratun, yang berarti pohon. Makna kata pohon dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja atau dinasti tertentu
lDalam bahasa Indonesia, sejarah mengandung tiga pengertian. Pertama, sejarah adalah silsilah atau asal-usul. Kedua, sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Ketiga, sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau
lMenurut Kamus Indonesia-Inggris, kata "sejarah" diterjemahkan sebagai history, yang mengandung beberapa arti.
lhistory merupakan kumpulan peristiwa masa lalu.
lhistory merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi berturut-turut dari masa lalu sampai masa sekarang dan bahkan sampai masa depan.
lhistory merupakan suatu catatan atau deskripsi naratif dari peristiwa-peristiwa masa lalu.
lhistory merupakan disiplin ilmu yang mencatat dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa masa lalu yang mencakup manusia.
lhistory merupakan semua yang diingat tentang masa lalu dalam bentuk tulisan
lAristoteles: sejarah berbeda dengan puisi dan filsafat. Sejarah bersifat partikular dan aktual sudah terjadi. Sementara puisi dan filsafat bergelut dengan yang universal dan dengan apa yang ada dan mungkin ada.
lFrancis Bacon:, sejarah berbeda dengan disiplin ilmu yang lain berdasarkan materi pokoknya. Sejarah mempelajari apa yang berkisar dalam waktu dan tempat, dengan menggunakan ingatan sebagai instrumen esensialnya.
lVico: sejarah adalah disiplin ilmu pertama manusia. Manusia hanya dapat mengerti apa yang sudah dibuatnya sendiri. Sejarah menjadi pusat pengertian manusia, karena manusia menciptakan sejarah
lIbn Khaldun [al-Muqaddimah] yang menjadi pengantar [Kitab al-'Ibar wa Diwan al-Mubtada wa al-Khabar]: definisi sejarah dari dua sisi. Pada sisi eksternal, sejarah tidak lebih dari penginformasian mengenai peperangan, negara-negara dan masyarakat pada masa silam. Pada sisi internal (batin) sejarah merupakan observasi, analisis, dan kajian secara cermat terhadap prinsip-prinsip semesta dan sebab-sebab yang mendasarinya.
lSejarah adalah pengetahuan tentang proses-proses berbagai realitas dan sebab-musababnya secara mendalam
lCollingwood: sejarah merupakan ilmu atau suatu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menaruh perhatian terhadap tindakan manusia pada masa lalu yang diperoleh melalui interpretasi bukti-bukti sejarah dan demi self-knowledge manusia. Dengan pengertian ini, manusia berkepentingan melihat masa lalunya sendiri dengan kaca mata sekarang.
lKuntowijoyo: sejarah berarti sebuah rekonstruksi masa lalu. Sejarah menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis dan unik. Sejarah itu diakronis karena sejarah memanjang dalam waktu. Sejarah bersifat ideografis, karena sejarah bersifat menggambarkan, memaparkan dan menceritakan sesuatu. Sejarah bersifat unik karena sejarah melakukan penelitian tentang hal-hal yang unik dan secara khas hanya berlaku pada sesuatu, di situ dan waktu itu.
lEdward Hallett Carr: sejarah adalah sebuah proses interaksi secara terus-menerus antara sejarawan dengan fakta-faktanya. Interaksi ini merupakan wujud sebuah dialog tanpa akhir antara masa sekarang ketika sejarawan hidup dengan masa lalu, yaitu fakta itu sendiri.

SEJARAH SEBAGAI PERISTIWA, KISAH, ILMU, SENI
lSejarah sebagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau; melihat sejarah sebagaimana terjadinya (histoire realite) yang berhubungan dengan manusia; bersifat obyektif
lSejarah sebagai kisah merupakan narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi pada waktu lampau; bersifat subyektif
lSejarah sebagai ilmu positif (Leopold von Ranke): sejarawan agar menulis apa yang sesungguhnya terjadi. Dengan menulis apa yang sesungguhnya terjadi, sejarah akan menjadi objektif. Dengan melihat manusia tertentu, sejarah berbeda dengan filsafat yang abstrak dan spekulatif
lSejarah sebagai seni karena sebagaimana seni, sejarah juga membutuhkan intuisi, emosi dan gaya bahasa

JENIS SEJARAH
lSejarah ekonomi: studi sejarah tentang usaha-usaha manusia untuk menyediakan barang dan jasa bagi dirinya, institusi-institusi dan hubungan antar manusia yang diakibatkan oleh usaha tersebut, teknik-teknik dan cara pandang yang berubah karena perkembangan ekonomi serta keberhasilan dan kegagalan mereka. Contoh: Rostow
lSejarah politik: tentang rentetan peristiwa politik, seperti masa pemerintahan seorang raja, kejatuhan seorang raja dari tampuk kekuasaannya dan pemberontakan yang terjadi pada masa seorang raja memerintah. Contoh: Donald K. Emmerson
lSejarah sosial meneliti masyarakat secara total dan global, tema-tema seperti sejarah pada sebuah kelas sosial sepanjang tetap merupakan sejarah pada sebuah unit masyarakat dengan ruang lingkup dan waktu tertentu, akan menjadi fokus dari sejarah sosial. Tokoh: Lucien Febvre dan March Bloch
lSejarah kebudyaan dipelopori Burckhardt dan Huizinga. Burckhardt: sejarah kebudayaan mendahului bermacam jenis penulisan sejarah sesudahnya. Menurutnya, pendekatan sejarah kebudayaan bersifat sinkronis, sistematis, dan tanpa kesalahan kronologis. Bagi Huizinga: sejarah kebudayaan terkait tentang struktur yang dapat melihat gejala-gejala yang mempunyai makna jelas dalam dirinya. Tugas sejarah kebudayaan adalah mencari pola kehidupan, kesenian dan cara berpikir bersama-sama dalam suatu zaman

PERIODESASI DAN KRONOLOGI
lMakna periodesasi berhubungan dengan generalisasi. Generalisasi adalah upaya penyimpulan dari yang khusus kepada yang umum. Ada dua tujuan generalisasi. Pertama, untuk saintifikasi, bahwa sebagaimana ilmu-ilmu yang lain, sejarah juga melakukan penyimpulan umum. Kedua, untuk simplifikasi atau penyederhanaan
lSalah satu generalisasi sejarah adalah generalisasi periodik atau periodisasi. Periodisasi merupakan pengklasifikasian peristiwa-peristiwa sejarah dalam tahapan atau pembabakan tertentu
lPeriodisasi dapat dilakukan berdasarkan perkembangan politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan agama
lKronologi adalah ilmu untuk menentukan waktu terjadinya suatu peristiwa dan tempat peristiwa tersebut secara tepat berdasarkan urutan waktu.
lTujuan kronologi: untuk menghindari anakronisme atau kerancauan waktu dalam sejarah. Dengan konsep kronologi, peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu dapat direkonstruksi kembali secara tepat berdasarkan urutan waktu terjadinya.
lDengan kronologi, kita dapat melihat kaitan sebuah peristiwa sejarah yang terjadi di belahan bumi yang satu dengan peristiwa yang terjadi di belahan bumi yang lain.

PENDEKATAN DALAM SEJARAH
lPendekatan sejarah dari bawah menekankan bahwa sejarah tidak hanya perlu menyoroti para tokoh besar atau elit saja, tetapi juga orang-orang kebanyakan di masa lalu
lMicrostoria atau sejarah mikro sebagai usaha mempelajari masa lalu pada level komunitas kecil, baik itu berupa desa, jalan, keluarga, atau bahkan individu yang memungkinkan pengalaman konkret kembali memasuki sejarah sosial
lPendekatan altagsgeschichte atau sejarah keseharian merupakan pendekatan yang bisa menembus pengalaman manusia dan membawanya ke sejarah sosial
lHistory de l'immaginaire atau sejarah mentalitas dapat dilihat sebagai versi sehari-hari sejarah intelektual atau sejarah ide-ide

KEGUNAAN SEJARAH
lSecara intrinsik, sejarah berguna sebagai ilmu, sebagai cara mengetahui masa lampau, sebagai pernyataan pendapat dan sebagai profesi
lSementara itu, secara ekstrinsik, sejarah dapat digunakan sebagai liberal education. Sejarah mempunyai fungsi pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, keindahan dan ilmu bantu

LANGKAH PENELITIAN SEJARAH
lKontinuitas dan diskontinuitas sejarah dapat dilihat melalui proses penelitian sejarah. Menurut Kuntowijoyo penelitian sejarah mempunyai lima tahapan. Kelima tahapan itu adalah pemilihan topik, heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sejarah dan keabsahan sumber), interpretasi (analisis dan sintetis) serta historiografi (penulisan sejarah).

PEMILIHAN TOPIK
lDalam pemilihan topik, ada dua hal yang mempengaruhi kita, yaitu kedekatan emosional dan intelektual terhadap topik yang dipilih.
lDalam memulai pemilihan topik penelitian, kita dapat berpegang pada empat perangkat pertanyaan. Pertama, perangkat pertanyaan yang bersifat geografis (Dimana?). Kedua, perangkat pertanyaan yang bersifat biografis (Siapa?). Ketiga, perangkat pertanyaan yang bersifat kronologis (Bilamana?). Keempat, perangkat pertanyaan yang bersifat fungsional atau okupasional (Apa? Atau lingkungan manusia mana yang paling menarik?)
Untuk memilih topik hindari hal-hal berikut:
lKesalahan Baconian: sejarah adalah ilmu empiris. Metode satu-satunya yang tepat adalah metode induksi, yaitu dari pengetahuan tentang hal-hal yang khusus dapat disimpulkan sebagai pengetahuan yang umum. Sejarawan melakukan kesalahan Baconian ketika ia beranggapan bahwa tanpa teori, konsep, ide, paradigma, praduga, hipotesis, atau generalisasi yang lain, penelitian sejarah dapat dilakukan.
lKesalahan terlalu banyak pertanyaan. Pertanyaan yang terlalu banyak membuat titik pembicaraan akan hilang.
lKesalahan pertanyaan yang bersifat dikotomi. Sejarawan kadang-kadang berpikir bahwa hitam-putih suatu peristiwa atau tokoh sejarah seolah-olah hanya mempunyai dua kemungkinan. Topik seperti Diponegoro: Pemberontak atau Pejuang?

HEURISTIK
lHeuristik merupakan istilah yang digunakan untuk pengumpulan informasi mengenai topik penelitian sejarah. Kata heuristik berasal dari kata Yunani, heureskien yang berarti menemukan
lHeuristik menekankan agar para sejarawan selalu mengingat bibliografi singkat mengenai buku-buku yang pasti diperlukan untuk penelitian yang serius, di antaranya adalah bibliografi yang sesuai dengan subjek penelitian, katalog, ensiklopedia, kamus biografi, kamus sejarah yang baik, kamus tematis yang baik seperti kamus ekonomi atau kamus sosiologi, lalu kamus yang baik mengenai asas-asas sejarah, buku sejarah umum, majalah sejarah, serta dokumen-dokumen yang diterbitkan. Sejarawan tidak hanya bekerja dengan buku-buku, ia juga harus menggunakan materi yang tidak terdapat di dalam buku itu, seperti bahan-bahan arkeologis, epigrafis, numismatis, dokumen resmi dan dokumen pribadi
Untuk mengetahui dokumen yang penting, ingat empat aturan umum berikut.
lSemakin dekat waktu pembuatan dokumen dengan peristiwa yang direkamnya, maka semakin baik dokumen tersebut bagi tujuan sejarah,
lSemakin serius pengarang membuat rekaman peristiwa, dokumennya akan semakin dapat dipercaya sebagai sebuah sumber sejarah.
lSemakin sedikit segmen pembaca yang dirancang untuk sebuah dokumen (misalnya semakin besar sifat rahasianya), maka semakin besar kemungkinannya bahwa dokumen itu bersifat murni.
lSemakin tinggi tingkat keahlian si penyusun laporan pada bidang yang dilaporkannya, maka laporan itu akan semakin dapat dipercaya
Ada beberapa kesalahan yang harus dihindari dalam pengumpulan sumber:
lKesalahan holisme: kesalahan yang terjadi karena memilih satu bagian yang penting, dan menganggap pemilihan bagian tersebut dapat mewakili keseluruhannya.
lKesalahan pragmatis: sumber dipilih untuk tujuan tertentu. Pengumpulan sumber seperti ini sering tidak utuh.
lKesalahan ad hominem. Kesalahan ini muncul karena dalam pengumpulan sumber sejarah orang memilih orang, otoritas, profesi, pangkat atau jabatan tertentu. Untuk menghindarinya, perlu dilakukan pengumpulan data dari tiga sumber, yaitu dari pihak yang berkaitan dengan peristiwa, pihak yang saling bertentangan dan saksi mata yang tidak terlibat sama sekali.

VERIFIKASI
lVerifikasi: proses pengujian terhadap data-data sejarah. Cara pengujiannya antara lain dengan mengajukan sejumlah pertanyaan logis berkaitan dengan peristiwa sejarah tersebut atau dengan membandingkan dan menghadirkan sejumlah data lain yang berkaitan dengan peristiwa sejarah yang sama.
lFungsi verifikasi sering disebut sebagai kritik sejarah. Salah satu bentuk verifikasi adalah verifikasi otentisitas sumber atau kritik ekstern.
Naskah kadang dipalsukan karena alasan tertentu, seperti:
luntuk mendukung suatu klaim yang palsu. Contohnya, Donasi Konstantinus yang pernah dikutip untuk mendukung teori bahwa Paus mempunyai klaim teritorial yang luas di barat. Pada tahun 1440, Lorenzo Valla memperlihatkan anakronisme dalam dokumen itu yang membuktikan bahwa dokumen itu palsu.
luntuk mengejar keuntungan. Misalnya, Robert Spring seorang pedagang ortografi pernah membuat ratusan pemalsuan surat-surat untuk memenuhi permintaan para kolektor.
ldemi kepentingan propaganda politik. Misalnya, "The Protocolt of the Elders of Zion" merupakan suatu dokumen yang berpretensi untuk mengungkapkan komplotan Yahudi yang nekad menguasai dunia.
Alasan dokumen dipalsukan:
luntuk menyesatkan dengan tujuan agar isi dokumen itu diperhatikan oleh pembacanya. Misalnya, surat pernyataan yang berisi wishful thinking dari beberapa pelarian Perancis seolah-olah merupakan pendapat dari Maharaja Leopold II tentang revolusi Perancis. Hal ini merupakan dokumen yang menyesatkan pembacanya karena pengarang surat itu sebenarnya bukan Maharaja Leopold II. Maharaja Leopold II ditetapkan sebagai pengarang supaya surat itu dibaca.
luntuk menyesatkan (misrepresentasi) dengan tujuan agar pengarang yang sebenarnya tidak diketahui. Hal ini kerap kali terjadi pada saat sensor dapat mengutuk isi karya tulis seorang pengarang dan pengarangnya sendiri. Pengutukan ini diikuti dengan pembakaran naskah dan pemenjaraan pengarangnya. Untuk menghindari hal ini, banyak pengarang yang memalsukan namanya. Misalnya, sulit bagi kita untuk mengetahui apakah masih terdapat buku-buku karangan Voltaire yang masih dianggap ditulis oleh orang lain.
Cara mengecek otentisitas sumber:
lMenguji kesesuaian tanggal pembuatan dokumen dengan isi dokumen. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat apakah pada dokumen itu ada materi yang anakronistis.
lMenyelidiki tinta yang dipakai untuk melihat apakah komposisi kimia tinta tersebut tidak anakronistis.
lMengidentifikasi pengarangnya dan tulisan tangan, tanda tangan, materai dan jenis huruf yang digunakan oleh pengarangnya.
lMenyelidiki apakah dalam dokumen itu ada langgam bahasa, seperti penggunaan idiom, orthografi atau pungtuasi yang anakronistis.
lMenyelidiki apakah referensi pada peristiwa-peristiwa atau penanggalan dokumen bersifat anakronistis
Untuk menjaga objektivitas sejarah yang harus dihindari:
lKesalahan pars pro toto. Anggapan bahwa bukti yang hanya berlaku untuk sebagian dianggap berlaku untuk keseluruhan. Misalnya, dalam karya Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini mengeluh bahwa wanita Jawa selalu dipingit. Keluhan ini hanya benar untuk anak-anak gadis bangsawan, tidak dialami oleh gadis desa dan pesantren.
lKesalahan totem pro parte. Kebalikan dari pars pro toto, di mana sejarawan mengemukakan keseluruhannya, padahal yang dimaksudkan adalah bukti untuk sebagian. Misalnya, semua orang yang bersekolah di Negeri Belanda digambarkan seolah-olah menjadi orang barat yang berpikir dan berbicara seperti orang Belanda, padahal Sosrokartono menjadi mistikus, atau Hamengkubuwono IX yang menjadi seorang reformis.
lKesalahan menganggap pendapat umum sebagai fakta. Hal ini sering terjadi. Misalnya, orang Cina dianggap pandai berdagang. Anggapan ini mendorong berdirinya koperasi-kopersi Syarikat Islam padahal ada Cina di Bangka yang menjadi pembantu rumah tangga

INTERPRETASI
lAda dua macam interpretasi, yakni analisis dan sintetis.
lAnalisis berarti menguraikan. Dalam analisis, beberapa kemungkinan yang dikandung oleh suatu sumber sejarah coba untuk dilihat. Misalnya, dalam suatu dokumen yang ditemukan, ada suatu daftar anggota wajib militer suatu negara. Dari daftar tersebut terlihat sejumlah nama yang menunjukkan kekhasan daerah-daerah tertentu yang berbeda-beda. Dari daftar tersebut diketahui bahwa anggota wajib militer itu terdiri dari beraneka ragam suku bangsa.
lSintetis berarti menyatukan. Dalam sintetis, beberapa data yang ada dikelompokkan menjadi satu dengan generalisasi konseptual. Misalnya, ada data tentang pertempuran, rapat-rapat, mobilisasi massa, penggantian pejabat, pembunuhan, orang-orang yang mengungsi, penurunan dan pengibaran bendera. Pengsintetisan data-data tersebut menghasilkan fakta bahwa telah terjadi revolusi
Untuk menghindari kesalahan interpretasi, ingat berikut ini:
lSejarawan harus dapat membedakan antara alasan, sebab, kondisi dan motivasi. Dalam kasus revolusi Indonesia. Alasan utama revolusi adalah kekejaman Jepang. Sebab revolusi adalah keadaan kekosongan kekuasaan setelah Jepang menyerah kepada sekutu. Kondisinya dapat ditelusuri di dalam gerakan nasionalisme. Sementara itu, motivasi bersifat teleologis. Artinya, untuk apa peristiwa itu terjadi?
lSejarawan harus menghindari kesalahan pos hoc, propter hoc (setelah ini maka ini). Kesalahan ini terjadi ketika seorang sejarawan menunjukkan bahwa karena peristiwa A lebih dahulu dari peristiwa B, maka B disebabkan oleh A.
lSejarawan harus menghindari kesalahan reduksionisme dengan cara menyederhanakan gejala-gejala yang sebenarnya kompleks.
lSejarawan harus menghindari kesalahan pluralisme yang berlebihan. Pluralisme yang berlebihan dapat muncul ketika sejarawan mencoba menghindari reduksionisme. Akan tetapi akibatnya, sejarawan sering tidak menjelaskan apa-apa. Sejarawan tidak menyebutkan faktor yang menentukan.

PENULISAN SEJARAH
lMenurut cara penyampaiannya, penulisan sejarah dibedakan menjadi dua, yaitu penulisan sejarah naratif dan penulisan sejarah strukturalis.
lPenulisan sejarah naratif merupakan penulisan sejarah dengan pendekatan sejarah sebagai rekaman peristiwa dan tindakan aktor sejarah secara individual yang berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Sejarah naratif ditandai dengan penggambaran pergumulan hidup manusia yang berhadapan dengan perjalanan nasibnya.
lPenulisan sejarah strukturalis sering disebut sebagai sejarah sosial. Penulisan sejarah dengan pendekatan ini memahami sejarah sebagai rekaman peristiwa struktural yang berupa proses dan corak perubahan masyarakat, bangsa, dan dunia.
lDalam penulisan sejarah, fakta-fakta sejarah harus diseleksi dan disusun dengan baik. Dalam menyeleksi fakta sejarah, masalah relevansi harus mendapat perhatian. Artinya, dalam penyelesaian, fakta-fakta sejarah yang akan digunakan adalah fakta-fakta sejarah yang berkaitan dengan topik penelitian.
lAda empat aspek yang menjadi ukuran bagi relevansi, yaitu aspek biografis, aspek geografis, aspek kronologis dan aspek fungsional
lPenyusunan fakta sejarah yang paling masuk akal adalah penyusunan secara kronologis dalam periode-periode waktu.
lPenyusunan fakta sejarah dapat juga dilakukan berdasarkan sudut pandang geografis di mana sejarah sedang terjadi, dan berdasarkan tokoh pelaku, baik orang maupun kelompok orang
Hasil penelitian sejarah ditulis dalam tiga bagian besar:
lPengantar. Dalam pengantar antara lain berisi permasalahan, latar belakang, historiografi dan pendapat penulis tentang tulisan orang lain, pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian, teori dan konsep yang digunakan, dan sumber-sumber sejarah.
lHasil penelitian. Dalam bagian ini disajikan hasil penelitian penulisan. Pertanggungjawaban penulis diperlihatkan dengan menampilkan catatan dan lampiran karena setiap data yang ditulis harus disertai dengan data yang mendukung.
lKesimpulan. Dalam kesimpulan dikemukakan generalisasi dari uraian yang disajikan pada bagian sebelumnya. Selain itu, disajikan juga social significance. Dalam generalisasi ini akan tampak apakah penulis melanjutkan, menerima, memberi catatan atau menolak generalisasi yang sudah ada

SUMBER, BUKTI DAN FAKTA SEJARAH
lSumber sejarah dapat dilihat dari bahan maupun urutan penyampaiannya.
lBerdasarkan bahannya, sumber sejarah berupa sumber tertulis dan tidak tertulis, atau dokumen dan artefak.
lSumber tertulis berupa tulisan yang memuat informasi sejarah secara jelas sebagai hasil atau rekaman suatu peristiwa. Misalnya, prasasti, konstitusi, naskah, surat ataupun buku harian.
lSumber tidak tertulis atau artefak berupa benda-benda kebudayaan yang berhasil ditemukan mulai dari peralatan rumah tangga seperti gerabah sampai alat transportasi seperti pesawat luar angkasa.
lSelain kedua sumber ini ada juga sumber lisan. Sumber lisan berupa keterangan lisan yang langsung didapat dari pelaku ataupun saksi peristiwa yang terjadi di masa lalu.
lBerdasarkan urutan penyampaiannya, sumber sejarah berupa orang atau dengan alat mekanis seperti diktafon, yakni orang atau alat yang hadir pada saat peristiwa yang dikisahkan terjadi.
lSumber primer dihasilkan oleh orang yang sezaman dengan peristiwa yang dikisahkan, seperti naskah asli Proklamasi Indonesia tahun 1945.
lSumber sekunder adalah benda atau bahan yang telah diolah dan ditafsirkan oleh para ahli sejarah
lBukti dan fakta sejarah dipilih berdasarkan tingkat keberartiannya dan kaitannya dengan proses sejarah tertentu.
lFakta sejarah terdiri atas fakta mental dan fakta sosial. Fakta mental adalah gambaran tentang alam pikiran, pandangan, pendidikan, perasaan, dan sikap tokoh sejarah itu berada, seperti suasana zaman, lingkungan, dan masyarakatnya. Sebuah fakta sejarah seperti fakta mental belum tentu objektif. Hal ini sedikit banyak tergantung pada kedekatan pembuat dokumen sejarah dari peristiwa sejarah baik dalam arti geografis maupun kronologisnya, dan keadaan fisik atau psikis pembuat dokumen seperti daya ingat dan daya perhatian.
lSuatu fakta dapat dikategorikan sebagai peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi dapat diketahui dari bukti sejarah yang diperoleh bukti sejarah dapat berupa bukti tertulis, seperti prasasti dan dapat pula berupa bukti tidak tertulis seperti cerita atau tradisi.

Minggu, Oktober 26, 2008

PENGANTAR KAJIAN ISLAM

ISLAM SEBAGAI OBYEK KAJIAN

Pengertian
•Islam normatif adalah agama islam yang tercermin dari sumber ajaran utamanya, yaitu al-Qur’an dan al-Hadis (al-islam yuktabu fi al-nusus al-qur’an wa al-sunnah qabla tafhim wa tatbiq fil-waqi’)
•Islam historis adalah agama islam yang sudah dipahami dan dilaksanakan oleh umat Islam dalam konteks menyejarah sejak agama ini diturunkan Allah kepada Muhammad berdasarkan dua sumber utamanya, al-Qur’an dan al-Hadis
Karakter Islam Normatif
•Tertuang dalam al-Qur’an dan al-Sunnah
•Belum ditafsirkan oleh umat Islam
•Belum bersentuhan dengan realitas-kontekstual-empirik
•Bersifat ideal
•Misalnya: al-islam rahmatan lil-’alamin, al-islam ya’lu wa-la yu’la ‘alaih, kuntum khayr ummah, al-nazafah min al-iman
•Yang paling tahu hanyalah Allah semata
•Diperjelas oleh Muhammad saw (wa-ma yantiqu ‘an al-hawa in-huwa illa wahyuy-yuha)
•Bersifat tunggal

Karakter Islam Historis
•Islam yang dipahami dan ditampilkan oleh umat Islam berdasarkan rujukan al-Qur’an dan al-Sunnah
•Dapat diklasifikasikan menjadi Islam sebagai gejala sosial, gejala budaya, dan gejala kealaman
•Terikat oleh pemahaman umat Islam (ingat: al-islam syay’un wal-muslimun syay’un al-akhar). Abduh: al-islam mahjub bil-muslimin
•Karena itu tergantung konteks sosial, budaya, dan kualitas manusia
•Bersifat majemuk-heterogen

Gejala Budaya
•Bersifat unik, partikular, berbeda antara satu gejala dengan gejala lain
•Bersumber dari hasil cipta, rasa, dan karsa manusia meskipun untuk memahami ajaran Islam
•Misalnya: tradisi sekaten, tari seudati [sama-sama memahami ajaran syahadat], bentuk masjid, tradisi syawalan, dan seterusnya.

Gejala Sosial
•Bersifat empirik
•Berkaitan dengan aksi dan reaksi (interaksi) antara satu orang/komunitas dengan orang/komunitas lain
•Interaksi dapat bersifat positif [saling menguntungkan] seperti kerjasama, kontrak, peran, pengaruh; dan negatif [merugikan] misalnya konflik, dendam, pembalasan
•Contoh: interaksi antar umat Islam di desa, kota, awam, elit agama; pendukung partai, organisasi masa, komunitas budaya, dan sebagainya
Gejala Kealaman
•Bersifat ajeg, sama antara satu tempat dengan tempat lain, satu masa dengan masa berikutnya. Misalnya, air mengalir ke tempat yang lebih rendah
•Dapat diteliti untuk menemukan teori ilmiah (sains)

Obyek Kajian
•Teks (Scripture/buku)
•Pemeluk Agama
•Organisasi
•Ritual
•Alat Ibadah

RUMPUN BURHANI

Rumpun Burhani dalam Studi Islam

Pengertian
lBurhan jamaknya barahin
lArtinya bukti, argumen

Sumber
lrealitas (al-waqi') baik dari alam, sosial, dan humanities.
lKarena itu, lebih sering disebut sebagai al-'ilm al-husuli. Yaitu, ilmu yang dikonsep, disusun dan disistematisasikan lewat premis-premis logika atau al-mantiq, bukannya lewat otoritas teks atau intuisi.
lPremis ini disusun lewat kerjasama antara proses abstraksi dan pengamatan inderawi yang sahih atau dengan menggunakan alat-alat yang dapat membantu dan menambah kekuatan indera seperti alat-alat laboratorium, proses penelitian lapangan dan penelitian literer mendalam. Peran akal dalam nalar epistemologi sangat besar sebab ia diarahkan untuk mencari sebab akibat

Peran Akal
luntuk mencari sebab musabab yang terjadi pada peristiwa alam, sosial, kemanusiaan dan keagamaan,
lMaka, akal pikiran tidak memerlukan teks-teks keagamaan.
lUntuk memahami realitas sosial keagamaan akan lebih tepat jika menggunakan pendekatan semacam antropologi, sosiologi, kebudayan, dan sejarah.
lFungsi akal lebih pada analisa dan menguji secara terus-menerus kesimpulan-kesimpulan sementara dan teori yang dirumuskan lewat premis-premis logika keilmuan.
lFungsi akal yang lebih bersifat heuristik ini dengan sendirinya akan membentuk budaya kerja penelitian, baik yang bersifat eksplanatif, eksploratif atau verifikatif

Pendekatan
lPendekatan nalar ini adalah filosofis dan saintifik.
lNalar ini lebih menekankan pada pemberian argumen dalam mencermati berbagai fenomena empirik sekaligus memberikan alternatif pemecahan.
lFenomena sosial dan alam tidak sekedar diterima sebagai hukum sunnatullah yang tiada makna, namun ia menuntut kreatifitas manusia untuk merenungkan tentang tujuan ia diciptakan dan apa manfaat yang dapat diambil oleh manusia.
lKarena itu, diperlukan pemikir yang berteologi qadariyah dengan pandangannya yang bebas, kreatif dan bertanggung jawab, bukan teologi jabariyah yang berpandangan bahwa manusia ibarat wayang yang cenderung kurang aktif memikirkan fenomena alam

Jenis Argumen
lJenis argumen dalam nalar burhani adalah demonstratif, baik secara eksploratif, verifikatif, dan eksplanatif.
lDalam nalar ini, lebih banyak dituntut untuk menunjukkan bukti dan penjelasan tentang suatu pemahaman atau fenomena.
lNalar ini dipenuhi dengan argumen yang bersifat pembuktian, deskripsi dan elaborasi tentang sesuatu.

Prinsip Dasar
lidrak al-sabab (nizam al-sababiyah al-thabit), prinsip kausalitas;
lal-hatmiyah (kepastian, certainty);
lal-mutabaqah bayn al-'aql wa al-nizam al-tabi'ah.
lPrinsip-prinsip tersebut berpandangan bahwa apa yang terjadi dalam realitas empirik dan fenomena alam pada dasarnya berlaku hukum sebab akibat.
lUntuk itu, untuk memahaminya diperlukan upaya untuk mencari akar penyebab dengan mengkaji penyebab dan akibat sekaligus, sebab akibat yang sama belum tentu penyebabnya sama. Sebaliknya, sebab yang sama belum tentu menyebabkan akibat yang sama

Disiplin Ilmu
lfalsafah,
lilmu-ilmu alam seperti fisika, matematika, biologi, dan kedokteran,
lilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi, dan sejarah.

Implikasi Berpikir
lsistematis,
lobyektif,
lkritis,
lproaktif,
llogis

RUMPUN BAYANI

Rumpun Bayani dalam Studi Islam

Pengantar
•Klasifikasi keilmuan dalam Islam menurut al-Ghazali dalam al-Risalah al-Laduniyyah-nya: fard ’ain dan fard kifayah
•al-Khawarizmi dalam Mafatih al-'Ulum-nya: maqalah satu, al-fiqh, al-kalam, al-nahw, al-kitabah, al-syi’r wa’l-’arudl, al-akhbar; dan maqalah dua, al-falsafah, al-mantiq, al-tibb, al-aritmatiqi, al-handasah, ’ilm al-nujum, al-musiqi, al-hail, al-kimiya
•Ibn Nadim dalam al-Fihrist berisi indeks ilmu yang ada pada abad keemasan.
•Konferensi Internasional tentang pendidikan Islam di Pakistan, Makkah dan Jakarta menyepakati mengelompokkan ilmu dalam Islam menjadi dua kategori, yaitu ilmu yang diwahyukan (revealed knowledge) dan ilmu yang diperoleh atau dikembangkan oleh nalar manusia (acquired knowledge).
•Muhammad Abed al-Jabiri, pemikir muslim kontemporer asal Maroko membuat klasifikasi ilmu dalam Islam secara epistemologis, yaitu epistemologi bayani, 'irfani, dan burhani. Pemikiran al-Jabiri tersebut dituangkan dalam karyanya Takwin al-'Aql al-'Arabi.

Pengertian Bayani
•Bayani (explanatory), secara etimologis, mempunyai pengertian penjelasan, pernyataan, ketetapan. Sedangkan secara terminologis, Bayani berarti pola pikir yang bersumber pada nash, ijma`, dan ijtihad

Disiplin Ilmu
•filologi,
•ilmu hukum (fikih),
•ulum al-Qur'an (interpretasi, hermeneutika, dan eksegesis),
•teologi dialektis (kalam) dan
•teori sastra nonfilosofis.

Sumber dan Pendekatan
•sumber epistemologi bayani adalah nas atau teks.
•Dengan kata lain, corak berpikir ini lebih mengandalkan pada otoritas teks, tidak hanya teks wahyu namun juga hasil pemikiran keagamaan yang ditulis oleh para ulama terdahulu.
•Pendekatan yang digunakan dalam nalar bayani ini adalah lughawiyah

Prinsip Bayani
•infisal (diskontinu) atau atomistik,
•tajwiz (tidak ada hukum kausalitas), dan
•muqarabah (keserupaan atau kedekatan dengan teks).

Kerangka & Proses Berpikir
•Kerangka berpikir cenderung deduktif, yaitu berpangkal dari teks.
•Dalam keilmuan fikih menggunakan qiyas al-'illah sementara dalam disiplin kalam menggunakan qiyas al-dalalah.
•Selain itu, corak berpikir bayani cenderung mengeluarkan makna yang bertolak dari lafadz, baik yang bersifat 'am, khas, mushtarak, haqiqah, majaz, muhkam, mufassar, zahir, khafi, mushkil, mujmal, dan mutashabih.
•Metode pengembangan corak berpikir ini adalah dengan cara ijtihadiyah dan qiyas. Yang termasuk proses berpikir ijtihadiyah adalah istinbatiyah, istintajiyah, dan istidlaliyah, sementara yang dimaksud qiyas adalah qiyas al-ghayb 'ala al-ghayb

Fungsi Akal
•Akal berfungsi sebagai pengekang atau pengatur hawa nafsu.
•Akal cenderung menjalankan fungsi justifikatif, repetitif, dan taqlidy.
•Otoritas ada pada teks, sehingga hasil pemikiran apa pun tidak boleh bertentangan dengan teks. Karena itu, dalam penalaran ini jenis argumen yang dibuat lebih bersifat dialektik (jadaliyah) dan al-'uqul al-mutanasifah, sehingga cenderung defensif, apologetik, polemik, dan dogmatik.
•Hal ini antara lain dipengaruhi pola berpikir logika Stoia, bukan logika Aristoteles.
•Yang dijadikan sebagai tolok ukur kebenaran ilmu model bayani adalah adanya keserupaan atau kedekatan antara teks atau nas dengan realitas.

Kelemahan
•Kelemahan nalar epistemologi bayani, yaitu ketika berhadapan dengan teks-teks keagamaan yang dimiliki oleh komunitas, kultur, bangsa atau masyarakat yang beragama lain, biasanya, corak berpikir ini cenderung bersifat dogmatik, defensif, apologetis, dan polemis dengan semboyan kurang lebih "right or wrong is my country."
•Hal ini terjadi karena fungsi akal hanya untuk mengukuhkan dan membenarkan otoritas teks. Padahal, dalam realitasnya, seringkali terjadi ada jurang antara yang terdapat dalam teks dengan pelaksanaannya, sebab akan sangat bergantung pada kualitas pemikiran, pengalaman dan lingkungan sosial tempat teks tersebut dipahami dan ditafsirkan.

Jumat, Oktober 17, 2008

SUMBER AJARAN ISLAM: AL-QUR’AN
Al-Qur’an Sumber Rujukan

  • Fungsi al-Qur’an bagi manusia: sebagai huda, bayyinat min al-huda, furqan dan adz-dzikr.
  • Untuk itu, umat Islam harus menjadikan al-Qur’an sebagai compass dalam hidupnya di setiap aspek kehidupan.
  • Dalam rangka membumikan al-Qur’an diperlukan adanya tafsir oleh para pakar tafsir (mufassir) sebab kandungan al-Qur’an masih bersifat global yang bagi orang awam masih sulit menangkap maksud (pesan) yang terkandung di dalamnya. Hal ini terjadi karena tidak semua individu muslim mampu memahami ‘bahasa langit’, karena itu diperlukan Hermes-hermes yang bisa menghubungkan dengan bahasa bumi.

Alasan Perlunya Tafsir

  • Secara eksplisit ada perintah untuk menyimak dan memahami ayat-ayat-Nya, “Apakah mereka tidak menyimak al-Qur’an? Kalau sekiranya al-Qur’an itu bukan berasal dari sisi Allah, tentulah mereka mendapati pertentangan di dalamnya.” [QS. Al-Nisa (4): 82]. Ayat lain, “Maka apakah mereka tidak menyimak al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci” [QS. Muhammad (47): 24].
  • Secara implisit upaya mencari penafsiran ayat-ayat al-Qur’an, bahwa ia diturunkan oleh Allah untuk menjadi petunjuk [QS. Al-Baqarah (2): 2,97,185; QS. Ali ‘Imran (3): 3,138] dan rahmat [QS. Al-A’raf (7): 51,203; QS. Yunus (10): 57] bagi manusia selaku individu maupun kelompok masyarakat (collective). Agar tujuan ini terwujud dengan baik, maka al-Qur’an yang umumnya berisi konsep dan prinsip pokok yang belum terjabarkan, aturan-aturan yang mansih bersifat umum perlu dijelaskan, dijabarkan dan diaktualisasikan agar dapat dengan mudah diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat.
  • Susunan al-Qur’an yang tidak sistematis sehingga perlu penafsiran dan penggalian terhadap makna ayat-ayatnya yang tidak pernah berakhir (unending task). Jelasnya, selalu diperukan reaktualisasi nilai-nilai al-Qur’an sesuai dengan dinamika masyarakat. Di sinilah letak ke-universalitas-an al-Qur’an.


Faktor Penyebab Keragaman Tafsir

  • perbedaan kecenderungan, interest, motivasi mufassir,
  • perbedaan misi yang diemban,
  • perbedaan kedalaman (capasity) dan ragam ilmu yang dikuasai,
  • perbedaan masa dan lingkungan yang mengitari, perbedaan situation-condition,
  • semua itu menimbulkan berbagai corak penafsiran yang kemudian berkembang menjadi aliran tafsir yang beragam dengan metodenya sendiri-sendiri.

Bagaimana al-Qur’an Berbicara?
Al-Qur’an merupakan respons langit terhadap permasalahan bumi. Ia diturunkan Allah via Muhammad saw sebagai jawaban terhadap problem vertikal [penyimpangan tauhid], dan problem horisontal [penyimpangan sosial, seperti penindasan, ketidakadilan, dan eksploitasi ekonomi]. Rasulullah diutus dalam rangka mendialogkan kedua bahasa yang sangat berbeda itu, yakni bahasa langit (absolut) dengan bahasa bumi yang relatif. Sosok Muhammad sama kedudukannya dengan Hermes dalam mitologi Yunani yang menghubungkan bahasa Dewa dengan manusia. Dalam diri Muhammad ada intervensi wahyu Tuhan. Kandungan al-Qur’an berlaku sepanjang zaman dan makan, meskipun secara lafdziyyah ia banyak menggunakan terma yang familiar di Jazirah Arab [al-’ibrah bi-’umumi lafdz, la bi-khusus al-sabab].

Metode Penafsiran

  • Terma metode dalam bahasa Arab berkaitan dengan istilah thariqah, manhaj, ittijah dan lawn.
  • Menurut Hans Wehr thariqah (jamak: thara’iq) berarti cara (manner), mode, alat (means), jalan (way), metode (method), prosedur (procedure) dan sistem (system); manhaj (jamak: manahij) berarti terbuka (open), dataran (plain), jalan mudah-tol (easy road), cara (manner), prosedur (procedure), metode (method) dan program (programme); ittijah (jamak: ittijahat) berarti arah (direction), kecenderungan/kecondongan (inclination), aliran (trend) orientasi (orientation), tendency dan course; dan lawn (jamak: alwan) berarti warna (color), mewarnai (coloring, tinge), corak (hue), macam (kind) dan contoh (sample).
  • Kata thariqah dan manhaj mempunyai pengertian sama yaitu metode, sedangkan kata ittijah berarti kecenderungan dan arah, dan kata lawn lebih bermakna corak dan warna
  • Dalam penerapannya di bidang penafsiran contoh manhaj dan thariqah adalah metode tahlily, muqarin, ijmaly dan mawdlu’y.
  • Sedangkan ittijah berarti arah atau kecenderungan seorang mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an misalnya seorang faqih cenderung menafsirkan ayat al-Qur’an ke arah fiqh. Seorang filosof ke arah filsafat, dan seterusnya.
  • Adapun lawn dalam penafsiran berartoi corak, warna dan macam dari penafsiran itu sendiri, misalnya seorang filosof tentu saja dalam menafsirkan suatu ayat Al-Qur’an lebih banyak diwarnai dengan penggunaan corak rasio, seorang sufi akan menafsirkan ayat al-Qur’an dengan corak tasawwuf. Argumen-argumen yang digunakan masing-masing mufassir akan menentukan corak tafsirannya

Metode Tahlily

  • Tafsir dengan metode tahlily adalah tafsir yang berusaha untuk menerangkan arti ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya, berdasarkan urutan-urutan ayat atau surah dalam mushhaf, dengan menonjolkan kandungan lafadz-lafadznya, hubungan ayat-ayatnya, hubungan surah-surahnya, sebab-sebab turunnya, hadis-hadis yang berhubungan dengannya, pendapat-pendapat para mufassir terdahulu dan mufassir itu sendiri yang tentunya diwarnai oleh latar belakang pendidikan dan keahliannya.
  • Metode tahlily banyak dipergunakan oleh ulama pada masa-masa dahulu, akan tetapi di antara mereka ada yang mengemukakan kesemua hal tersebut di atas dengan panjang lebar (ithnab), seperti al-Alusy, al-Fakhr al-Razy, al-Qurthuby, dan Ibn Jarir al-Thabary; ada yang mengemukakannya dengan singkat (ijaz), seperti Jalal al-Din al-Suyuthy, Jalal al-Din al-Mahally dan as-Sayid Muhammad Farid Wajdy; dan ada pula yang mengambil langkah pertengahan (musawah), tidak ithnab dan tidak pula ijaz, seperti Imam al-Baidlawy, Syaikh Muhammad ‘Abduh, al-Naisabury dll. Sekalipun mereka sama-sama menafsirkan al-Qur’an dengan metode tahlily, akan tetapi corak atau warna tahlily masing-masing berbeda.
  • Corak Metode Tahlily
    l Tafsir bi’l-ma’tsur
    l Tafsir bi’l-ra’y
    l Tafsir bi’l-fiqhy
    l Tafsir bi’l-shufy
    l Tafsir bi’l-falsafy
    l Tafsir bi’l-’ilmy
    l Tafsir bi’l-adaby-ijtima’y

Tafsir bil-Ma’tsur

  • Tafsir ma’tsur adalah menafsirkan al-Qur’an berdasarkan nash-nash, baik dengan ayat-ayat a-Qur’an sendiri, dengan hadis-hadis Nabi, dengan aqwal (perkataan) sahabat, maupun dengan aqwal tabiin. Pendapat (aqwal) tabiin masih kontroversi dimasukkan dalam tafsir bil Ma’tsur sebab para tabiin dalam memberi penafsiran ayat-ayat al-Qur’an tidak hanya berdasarkan riwayat yang mereka kutip dari Nabi lewat sahabat tetapi juga memasukkan ide-ide dan pemikiran mereka (melakukan ijtihad).
  • Tafsir ma’tsur yang paling tinggi peringkatnya adalah tafsir yang bersandarkan ayat Al-Qur’an yang ditunjuk oleh Rasulullah. Peringkat kedua adalah tafsir ayat dengan hadis. Di bawahnya adalah tafsir ayat dengan aqwal sahabat dan peringkat terakhir adalah tafsir ayat dengan aqwal tabiin
  • Kelebihan: keterbatasan dari interpretasi akal dan ide mufassir serta adanya kemudahan untuk mengetahui maksud sesuatu ayat. Apalagi tafsir ayat dengan ayat berdasarkan petunjuk Rasulullah yang tentunya memiliki tingkat validitas yang sangat tinggi, sesudah itu adalah Rasul sebagai mufasir pertama dan utama dari Al-Qur’an.
  • Kelemahan: terbatasnya persediaan riwayat yang merupakan tafsir ayat-ayat Al-Qur’an sehingga tidak terlalu banyak diharapkan untuk menjawab berbagai problema yang dihadapi masyarakat dari masa ke masa. Selain itu hadis-hadis yang ada pun masih memerlukan pneltian yang cermat untuk mengetahui kadar kesahihannya. Antara lain banyak riwayat demikian bercampur dengan israiliyat, suatu noda yang menonjol pada jenis tafsir ini.
  • Contoh kitab tafsir ma’tsur : Jami al-Bayan fi Tafsiri Al-Qur’an karangan Imam Ibn Jarir al-Thabary (w. 510 H), Ma’alim al-Tanzil yang terkenal dengan Al-Tafsir bi al-Manqul karangan Imam al-Baghawy (w. 516 H), Al-Durr al-Mantsur fy al-Tafsir bi al-Ma’tsur, karya Jalal al-Din al-Suyuthy (w. 911 H), Tanwir al-Miqyas min Tafsir Ibn Abbas, karangan al-Fayruz Abady, Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim karya Abu al-Fida’ Ismail Ibn Katsir (w. 774) dan Al-Bahr karangan Al-‘Allamah Abu al-Layts al-Samarqandy.

Tafsir bir-Ra’yi

  • Tafsir ra’y adalah tafsir ayat-ayat al-Qur’an yang didasarkan pada ijtihad mufasirnya dan menjadikan akal fikiran sebagai pendekatan utamanya.
  • Menurut Adz-Dzahaby, syarat-syarat diterimanya tafsir ra’y yaitu, bahwa penafsirnya: a) benar-benar menguasai bahasa Arab dengan segala seluk beluknya, b) mengetahui asbabun nuzul, nasikh mansukh, ilmu qiraat dan syarat-syarat keilmuan lain, c) tidak menginterpretasikan hal-hal yang merupakan otoritas Tuhan untuk mengetahuinya, d) tidak menafsirkan ayat-ayat berdasarkan hawa nafsu dan interes pribadi, e) tidak menafsirkan ayat berdasarkan aliran atau paham yang jelas bathil dengan maksud justifikasi terhadap paham tersebut, f) tidak menganggap bahwa tafsirnya itulah yang paling benar dan yang dikehendaki oleh Tuhan tanpa argumentasi yang pasti.
  • Tafsir ra’y yang tertolak karena tidak memenuhi kriteria di atas disebut al-tafsir bi al-ra’y al-madzmumah dan yang memenuhi tersebut al-tafsir bi al-ra’y al-mahmudah.
  • Contoh kitab-kitab tafsir ra’y antara lain: al-Tafsir al-Kabir Mafatih al-Ghaib karangan Al-Ustadz al-Fakhr al-Razi (w. 606 H), Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil karya Al-Ustadz Al-Baidhawy (w. 691 H), Madarik al-Tanzil wa Haqaiq al-Ta’wil karangan Al-Ustadz Mahmud al-Nasafy (w. 701 H), Lubab al-Ta’wil fy Ma’any al-Tanzil karangan Al-Ustadz Al-Khazin, Irsyad al-‘Aql al-Salim ila Mazaya al-Kitab al-Karim oleh Abu Su’ud (w. 982) dan Al-Kasyaf oleh Mahmud bin Umar al-Zamakhsari (w. 538 H).

Tafsir bish-Shufy

  • Tafsir shufy adalah tafsir yang berusaha menjelaskan maksud ayat-ayat al-Quran dari sudut esoterik atau berdasarkan isyarat-isyarat tersirat yang tampak oleh seorang sufi dalam suluknya
  • Tafsir jenis ini ada dua macam yaitu: a) tafsir shufy nazhari (teoritis) yang cenderung menafsirkan al-Qur’an berdasarkan teori-teori atau paham-paham tasawuf yang umumnya bertentangan dengan makna lahir ayat dan menyimpang dari penafsiran bahasa, b) tafsir shufy praktis (‘amali) yaitu menakwilkan ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan isyarat-isyarat tersirat (samar) yang tampak oleh sufi dalam suluknya.
  • Tafsir sufi yang kedua di atas, oleh para pengamat tafsir juga disebut tafsir ‘isyari yang bisa diterima dengan syarat-syarat berikut: a) tidak bertentangan dengan lahir ayat, b) mempunyai dasar rujukan dari dasar agama yang sekaligus berfungsi sebagai penguatnya, c) tidak bertentangan dengan ajaran agama atau akal d) tidak menganggap bahwa penafsiran itulah yang paling benar dan dikehendaki oleh Tuhan.
  • Di antara kitab-kitab tafsir shufy ialah tafsir al-Qur’an al-‘Adhim karya al-Tsauri (w. 283 H), Haqaiq al-Tafsir karangan al-Sulami (w. 412 H), dan ‘Arais al-Bayan fy Haqaiq al-Qur’an oleh al-Syirazy (w. 606 H)


Tafsir bil-Fiqhi

  • Tafsir fiqhy adalah tafsir yang menitikberatkan bahasan dan tinjauannya pada aspek hukum dari al-Qur’an.
  • Tafsir fiqhy pada mulanya lahir bersamaan dengan tafsir ma’tsur khususnya di masa Rasululah dan sahabat. Akan tetapi pada masa tabiin dan sesudahnya tafsir jenis ini lebih banyak diwarnai oleh corak ra’y, terutama karena istinbath-istinbath hukum dari al-Qur’an dan hadis dilakukan secara ijtihad.
  • Pada perkembangan selanjutnya, tafsir fiqhy ini memperlihatkan corak mazhab seiring dengan timbulnya mazhab-mazhab fiqih. Dikenalkan kemudian tafsir fiqhy yang bercorak khawarij, zhahiry, sunny, syi’i dsb. Sesuai dengan latar belakang mazhab fiqih yang dianut oleh para mufasirnya.
  • Keistemawaan tafsir tipe ini adalah karena menolong kita untuk mendapatkan rujukan-rujukan yang berharga dalam bidang hukum Islam. Sedangkan kekurangannya, di samping bersifat sektarian juga cenderung melihat hukum Islam secara legal-formal yang tidak memperlihatkan segi-segi dinamika dari hukum Islam itu sendiri.
  • Kitab-kitab tafsir fiqhy yang terkenal antara lain: Ahkam al-Qur’an oleh Al-Jashshash (w. 370 H), Ahkam al-Qur’an karangan al-‘Araby (w. 543), Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an karya Imam al-Qurtuby (w. 671 H).

Tafsir bil-Falsafy

  • Tafsir falsafy adalah penafsiran ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan pendekatan-pendekatan filosofis, baik yang berusaha untuk mengadakan sintesis dan sinkretisasi antara teori-teori filsafat dengan ayat-ayat al-Qur’an maupun yang berusaha menolak teori-teori filsafat yang dianggap bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur’an.
  • Timbulnya penafsiran jenis ini tidak terlepas dari perkenalan umat Islam dengan filsafat Helenisme yang kemudian merangsang mereka untuk menggelutinya kemudian menjadikannya sebagai alat untuk menganalisis ajaran-ajaran Islam khususnya al-Qur’an.
  • Segi positif dari tafsir jenis ini adalah karena berusaha mengkaji secara filosofis ajaran-ajaran al-Qur’an yang dapat dikonsumsi oleh kaum cendekiawan, sekaligus memperlihatkan ketinggian dan kedalaman dari ajaran tersebut. Dengan demikian dapat memperdalam keyakinan dan keimanan. Akan tetapi segi negatifnya adalah terjadinya kemungkinan pemaksaan ayat-ayat al-Qur’an untuk disesuaikan atau dicocok-cocokkan dengan suatu teori atau faham filsafat yang ada. Padahal faham-faham kefilsafatan tersebut spekulatif yang tak dapat dibuktikan kebenarannya.
  • Contoh kitab tafsir falsafi adalah al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghayb karya al-Fakhr al-Razi (w. 606 H)

Tafsir bil-‘Ilmy

  • Tafsir ‘ilmy adalah menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan pendekatan ilmiah, atau menggali kandungannya berdasarkan teori-teori ilmu pengetahuan yang ada.
  • Sikap ulama terhadap tafsir ‘ilmy berbeda-beda, ada yang menolaknya dengan alasan bahwa teori-teori ilmiah jelas bersifat nisbi (relatif) dan tidak pernah final. Suatu teori ilmiah selalu membuka kemungkinan untuk dikoreksi oleh teori ilmiah lainnya bila terdapat bukti-bukti baru. Padahal ayat-ayat al-Qur’an bersifat mutlak, absolut dan abadi kebenarannya. Oleh karena itu amatlah tidak pantas menafsirkan yang mutlak dengan sesuatu yang nisbi sifatnya. Di samping itu penafsiran ilmiah cenderung hanya berfungsi melegitimasi terhadap teori-teori ilmiah yang ada.
  • Sedangkan sikap ulama yang menerima tafsir ini menjelaskan bahwa ayat-ayat al-Qur’an sendiri justru menggalakkan penafsiran ilmiah. Kita dianjurkan untuk membaca ayat-ayat Tuhan yang diturunkan dan ayat-ayat-Nya yang diciptakan sekaligus. Oleh karena itu penafsiran ilmiah dapat diterima asal memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan. Syarat-syarat tersebut di antaranya: 1) penafsiran ilmiah sedapat mungkin mengikuti pola tafsir mawdlu’y untuk menghindari parsialisasiu, 2) ayat-ayat al-Qur’an tidak hanya berfungsi sebagai justifikasi terhadap teori-teori ilmiah yang ada 3) tidak bertentangan dengan ketentuan bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an.
  • Segi positif penafsiran ‘ilmy adalah memperlihatkan bahwa al-Qur’an sesungguhnya tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, bahkan al-Qur’an mendorong pengembangan ilmu pengetahuan untuk kepentingan manusia. Namunsegi negatifnya tafsir ini cenderung ke arah pemaksaan ayat-ayat al-Qur’an sendiri yang pada gilirannya dapat menimbulkan keraguan terhadap kebenaran al-Qur’an.
  • Contoh tafsir ‘ilmy adalah al-Qur’an-Jawahir fy al-Qur’an karya Syaikh Thanthawi Jawhari, al-Tafsir al-‘Ilmy li al-Ayat al-Kawniyat karangan Hafmi Ahmad Al-Islam fy ‘Ashr al-‘Ilmi karya Dr. Muhammad Ahmad al-Ghamrawy, al-Ghida’ wa al-Dawa karya Dr. jamal al-Din al-Fandy dll.

Tafsir bil-Adabi al-Ijtima’y

  • Tafsir adaby-ijtima’y merupakan tafsir yang menitikberatkan pada penjelasan ayat-ayat al-Qur’an dari segi ketelitian redaksinya, kemudian menyusun kandungan ayat-ayat tersebut dalam suatu redaksi yang indah dengan penonjolan tujuan utama dari tujuan-tujuan al-qur’an yaitu membawa petunjuk dalam kehidupan, kemudian mengadakan penjelasan ayat dengan hukum-hukum yang berlaku dalam masyarakat dan pembangunan.
  • Ada empat yang dapat dianggap sebagai unsur pokok dari tafsir adaby-ijtima’y yaitu: a) menguraikan ketelitian redaksi ayat-ayat al-Qur’an, b) menguraikan makna dan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dengan susunan kalimat yang indah, c) aksentuasi yang menonjol pada tujuan utama diuraikannya al-Qur’an, d) penafsiran ayat dikaitkan dengan sunnatullah yang berlaku dalam masyarakat. Unsur pertama dan kedua memperlihatkan corak adaby, sedangkan unsur ketiga dan keempat memperlihatkan corak ijtima’y.
  • Kitab tafsir yang termasuk dalam kategori ini di antaranya yaitu, Tafsir al-Manar karya Imam Syeikh Muhammad Abduh dan Syeikh Rasyid Ridla (w. 1935 M), Tafsir al-Qur’an oleh Syeikh Ahmad Musthafa al-Maraghi (w. 1945), Tafsir al-Qur’an al-Karim karya Syeikh Mahmud Syaltut dan Tafsir al-Wadlih karangan Syaikh Muhammad Mahmud Hijazy.
  • Segi kelebihan tipe tafsir ini yaitu membumikan al-Qur’an dalam kehidupan manusia, menjadikan ajaran-ajaran al-Qur’an lebih praktis dan pragmatis. Umat dapat terhindar dari pertikaian mazhab dan aliran, mendorong pada semangat obyektifitas dan rasa persatuan serta membangkitkan dinamika umat Islam untuk membangun dunia yang lebih cerah. Sedang kekurangannya adalah adanya kecenderungan untuk melegalisasi masalah-masalah sosial budaya yang timbul seiring dengan perkembangan ilmu. Di samping juga ada (potensi) ke arah pemaksaan ayat-ayat al-Qur’an untuk tunduk pada teori-teori ilmiah

Metode Ijmaly

  • Tafsir ijmaly yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan cara singkat dan global, tanpa uraian panjang lebar. Dengan metode ini mufassir menjelaskan arti dan maksud ayat dengan uraian singkat yang dapat menjelaskan sebatas artinya tanpa menyinggung hal-hal selain arti yang dikehendaki. Hal ini dilakukan terhadap ayat-ayat al-Qur’an, ayat demi ayat dan surat demi surat sesuai dengan urutannya dalam mushhaf setelah ia mengemukakan arti-arti tersebut dalam kerangka uraian yang mudah dengan bahasa dan cara yang dapat dipahami oleh orang berilmu (‘alim, learned), orang bodoh (jahil, ignorant) dan orang pertengahan (mutawasith, intermediate) antara keduanya.
  • Jadi, jenis tafsir ini pun pada dasarnya mengikuti urutan-urutan ayat demi ayat menurut tertib mushhaf, seperti halnya tafsir tahlily. Perbedaannya dengan tafsir tahlily adalah bahwa dalam tafsir ijmaly makna ayatnya diungkapkan secara ringkas dan global tetapi cukup jelas, sedangkan tafsir tahlily makna ayat diuraikan secara terperinci dengan tinjauan berbagai segi dan aspek yang diulas secara panjang lebar.
  • Kelemahan tafsir ini yaitu karena uraiannya yang terlalu singkat sehingga tidak bisa diharapkan untuk menguak maksud ayat secara luas dengan berbagai aspek sesuai dengan perkembangan zaman. Sedangkan keistimewaannya yaitu tafsir ijmaly ini dapat dikonsumsi secara merata oleh berbagai lapisan dan tingkatan kaum muslimin dan bermanfaat untuk mengetahui makna ayat secara global.
  • Di antara kitab-kitab tafsir dengan metode ijmaly yaitu, Tafsir al-jalalayn karya Jalal al-Din al-Suyuthy dan Jalal al-Din al-Mahally, Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim oleh Ustadz Muhammad Farid Wajdy, Shafwah al-Bayan li Ma’any al-Qur’an karangan Syaikh Husananin Muhammad Makhlut, al-Tafsir al-Muyassar karangan Syaikh Abdul al-Jalil Isa dsb.

Metode Muqarin

  • Tafsir al-Muqarin adalah penafsiran sekelompok ayat al-Qur’an yang berbicara dalam suatu masalah dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat atau antara ayat dengan hadis baik dari segi isi maupun redaksi atau antara pendapat-pendapat para ulama tafsir dengan menonjolkan segi-segi perbedaan tertentu dari obyek yang dibandingkan.
  • Dengan menerapkan metode perbandingan dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, maka dapat diketahui beragam kecenderungan dari para mufassir, aliran apa saja yang mempengaruhi mereka menafsirkan al-Qur’an, apakah ahlu sunnah, mu’tazilah, syi’ah dsb. Begitu pula akan diketahui keahlian masing-masing mufassir misalnya theolog, fuqaha, sufi, atau filosof. Yang jelas, penafsir al-Qur’an yang memakai metode muqarin, mufasirnya akan menemukan berbagai ragam penafsiran al-qur’an yang pernah dilakukan oleh ulama-ulama tafsir sejak dulu sampai sekarang.
  • Kelebihan metode ini yaitu dapat mengetahui perkembangan corak penafsiran dari para ulama salaf sampai sekarang sehingga menambah cakrawala berpikir bahwa ternyata ayat al-Qur’an dapat ditinjau dari berbagai aspek sesuai dengan latar belakang dan pendidikan penafsir atau mufassir. Kekurangannya karena sifatnya yang hanya membandingkan sehingga pembahasan ayat kurang mendalam, kurang analitis.
  • Contoh tafsir muqarin ini yaitu, apa yang dilakukan M. Quraish Shihab dalam disertasi doktornya yaitu dengan membandingkan antara lafadz dan kandungan makna ayat 151 dari surat al-An’am dengan ayat 31 surat Al-Isra’, Al-A’rad: 12 dengan Shad: 75 Al-Anfal: 10 dengan Ali ‘Imran: 126. Selain itu juga diperbandingkan berbagai korelasi di antara ayat-ayat, surat-surat dsb. yang sudah didahului al-Biqa’i dengan ulama-ulama tafsir lain seperti Ibn al-Zubayr, al-Razi, al-Naisabury, Abu Hayyan, al-Suyuthy, Abu al-Su’ud, al-Khatib al-Syarbayni, Al-Alusy dan Muhammad Rasyid Ridla

Metode Maudlu’y

  • Metode tafsir mawdhu’y (tematik) yaitu metode yang ditempuh dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang sesuatu masalah atau tema (mawdhu’) serta mengarah kepada suatu pengertian dan satu tujuan, sekalipun ayat-ayat itu (cara) turunnya berbeda, tersebar pada berbagai surat dalam al-Qur’an dan berbeda pula waktu dan tempat turunnya. Kemudian ia menentukan urutan ayat-ayat itu sesuai dengan masa turunnya, mengemukakan sebab turunnya sepanjang hal itu dimungkinkan (jika ayat-ayat itu turun karena sebab-sebab tertentu), menguraikannya dengan sempurna, menjelaskan makna dan tujuannya), mengkaji terhadap seluruh segi dan apa yang dapat di istinbath-kan darinya, segi i’rab-nya, unsur-unsur balaghah-nya, segi-segi i’jaz-nya (kemukjizatannya) dll, sehingga tema itu dapat dipecahkan secara tuntas berdasarkan seluruh ayat al-itu dan tidak diperlukan ayat-ayat lain.
  • Menurut Quraish Shihab, ada dua bentuk penyajian metode mawdhu’y yaitu pertama menyajikan kotak yang berisi pesan-pesan al-Qur’an yang terdapat pada ayat-ayat yang terangkum pada satu surat saja. Biasanya kandungan pesan tersebut diisyaratkan oleh nama surat yang dirangkum padanya selama nama tersebut bersumber dari informasi Rasul. Kedua dari metode mawdhu’y mulai berkembang tahun 60-an. Bentuk kedua ini menghimpun pesan-pesan al-Qur’an yang terdapat tidak hanya pada satu surat saja (seperti pada definisi di atas).
  • Keistimewaan metode tafsir mawdhu’y : 1) merupakan cara terpendek dan termudah menggali hidayah al-Qur’an dibanding metode tafsir lainnya, 2) menafsirkan ayat dengan ayat sebagai cara terbaik dalam tafsir ternyata diutamakan dalam metode mawdhu’y, 3) dapat menjawab persoalan-persoalan hidup manusia secara praktis dan konsepsional berdasarkan petunjuk al-Qur’an, 4) dengan studi mawdhu’y ayat-ayat yang kelihatan bertentangan dapat dipertemukan dan didamaikan dalam satu kesatuan yang harmonis.
  • Kelemahan metode ini yaitu, tidak mudah diterapkan oleh para mufasir sebab metode ini menuntut untuk memahami ayat demi ayat yang berkaitan dengan judul yang diterapkannya. Mufassir dituntut untuk menghadirkan pengertian kosa kata ayat, sebab turunnya, korelasi antar ayat (munasabah) dll.
  • Contoh kitab tafsir yang menggunakan metode mawdhu’y yaitu kitab Al-Bayan fy Aqsam Al-Qur’an karya Al-‘Allamah Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah, kitab Majaz Al-Qur’an karangan Al-‘Allamah Abu Ubaydah ibn al-Mufty, kitab Mufradat Al-Qur’an oleh Al-Raghib Al-Isfahany, kitab Al-Nasikh wa al-Mansukh fy Al-Qur’an karya Al-‘Allamah Abu Ja’far Al-Nuhasy, kitab Asbab al-Nuzul oleh Al-‘Allamah Al-Wahidy dan kitab Ahkam Al-Qur’an karya Al- ‘Allamah Al-Jashshash

Urgensi Tafsir Maudlu’y

  • Metode mawdu’y berarti menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang tersebar pada berbagai surat dalam al-Qur’an yang berbicara tentang suatu tema. Tafsir dengan metode ini termasuk tafsir bi al-ma’thur dan metode ini lebih dapat menghindarkan mufasir dari kesalahan.
  • Dengan menghimpun ayat-ayat tersebut kita dapat menemukan segi relevansi dan hubungan antar ayat-ayat itu.
  • Dengan metode mawdu’y kita mampu memberikan suatu pemikiran dan jawaban yang utuh dan tuntas tentang suatu tema dengan cara mengetahui, menghubungkan dan menganalisis secara komprehensif terhadap semua ayat yang berbicara tentang tema tersebut.
  • Dengan metode ini kita mampu menolak dan menghindarkan diri dari kesamaran-kesamaran dan kontradiksi-kontradiksi yang ditemukan dalam ayat.
  • Metode mawdu’y sesuai dengan perkembangan jaman moderen di mana terjadi diferensiasi pada tiap-tiap persoalan dan masing-masing masalah tersebut perlu penyelesaian secara tuntas dan utuh seperti sebuah sistematika buku yang membahas suatu tema tertentu.
  • Dengan metode mawdu’y orang dapat mengetahui dengan sempurna muatan materi dan segala segi dari suatu tema.
  • Metode mawdu’y memungkinkan kita untuk sampai pada sasaran dari suatu tema dengan cara yang mudah tanpa harus bersusah payah dan menemui kesulitan.
  • Metode mawdu’y mampu menghantarkan kepada suatu maksud dan hakikat suatu masalah dengan cara yang paling mudah terlebih lagi pada saat ini telah banyak bertaburan ‘kotoran’ terhadap hakikat agama-agama sehingga tersebarlah doktrin-diktrin kemanusiaan dan isme-isme yang lain sehingga sulit untuk dibedakan

Memilih Kitab Tafsir

  • Kelebihan tafsir tahlily adalah memiliki keutuhan ruh, setiap ayat yang satu dengan ayat lainnya, antara surat satu dengan surat berikutnya punya jalinan erat. Metode mawdu’y yang mencomot ayat sana-sini sesuai dengan tema yang dikehendakli banyak kehilangan nuansa.
  • Sedangkan kelebihan metode mawdu’y yaitu bisa mendapatkan pemahaman suatu masalah secara mendalam.
  • Kita tidak bisa istighna’ (merasa cukup) dengan salah satu metode tafsir saja. Dalam melakukan penafsiran secara mawdu’y mufasir bekerja dan berdialog aktif dengan al-Qur’an untuk membangun tema yang dikehendaki secara utuh, sementara itu dalam melakukan penafsiran tahlily mufasir lebih bersikap pasif sebab hanya mengikuti urutan ayat dan surat dalam al-Qur’an.
  • Menurut M. Quraish Shihab tidak ada metode tafsir yang terbaik, sebab masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri, kekurangan dan kelebihan serta tergantung kebutuhan mufasir. Kalau kita ingin menuntaskan topik maka jawabnya ada pada metode tafsir mawdu’y, namun bila kita ingin menerapkan kandungan suatu ayat dalam berbagai seginya maka jawabnya ada pada metode tahlily. Di samping itu, ketika kita ingin mengetahui pendapat para mufasir tentang suatu ayat atau surat sejak periode awal sampai periode moderen, maka metode yang tepat adalah muqarin, sedangkan ketika ingin mengetahui arti atau makna suatu ayat secara ringkas dan global, maka metode ijmaly-lah yang tepat.

Selasa, Oktober 14, 2008

KECERDASAN MAJEMUK

CIRI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK

1. Linguistic Intelligence

  • NOVELIST, POET, COPYWRITER, SCRIPWRITER, ORATOR, POLITICAL LEADER, EDITOR, PUBLICIST, JOURNALIST, SPEECH WRITER
  • LIKELY TRAITS: SENSITIVE TO PATTERNS, ORDERLY, SYSTEMATIC, ABILITY TO REASON, LIKES TO LISTEN/READ/WRITE, SPELLS EASILY
  • TO STRENGTHEN: TELL STORIES, PLAY MEMORY GAMES WITH NAMES, PLACES, READ STORIES, JOKES, WRITE STORIES, INTERVIEWING, DO PUZZLES, SPELLING GAMES, EDIT, PRODUCE, SUPERVISE MAGAZINE, DEBATE, DISCUSSION

2. Logical-Mathematical Intelligence

  • MATHEMATICIAN, SCIENTIST, ENGINEER, POLICE INVESTIGATOR, LAWYER, ACCOUNTANT
  • LIKELY TRAITS: LIKES ABSTRACT THINKING, LIKES BEING PRECISE, ENJOY COUNTING, LIKES BEING ORGANIZED, USES LOGICAL STRUCTURE, ENJOYS COMPUTER, ENJOYS PROBLEM SOLVING, ENJOYS EXPERIMENTING IN LOGICAL WAY, PREFERS ORDERLY NOTE-TAKING
  • TO STRENGTHEN: STIMULATE PROBLEM SOLVING, DO MATHEMATICAL GAMES, ANALYZE AND INTERPRET DATA, USE REASONING, ENCOURAGE PRACTICAL EXPERIMENT,USE PREDICTION, USE DEDUCTIVE THINKING

3. Visual-Spatial Intelligence

  • ARCHITECT, PAINTER, SCULPTOR, NAVIGATOR, CHESS PLAYER, NATURALIST, THEORETICAL PHYSUCIST, BATTLEFIELD STRATEGIST
  • LIKELY TRAITS: THINKS IN PICTURE, CREATES MENTAL IMAGES, USES METAPHOR, HAS SENSE OF GESTALT, LIKES DRAWING, PAINTING, SCULPTING, EASILY READS MAP, CHART, DIAGRAM, REMEMBER WITH PICTURE, HAS GOOD COLOR SENSE
  • TO STRENGTHEN: USE PICTURE TO LEARN, CREATE SYMBOL, DRAW DIAGRAM, MAP, USE MIND-MAPPING, DO VISUALIZATION ACTIVITIES, WATCH VIDEO, USE MIME, HIGHLIGHT WITH COLOR

4. Musical Intelligence

  • MUSICAL PERFORMER, COMPOSER, CONDUCTOR, MUSICAL AUDIENCE, RECORDING ENGINEER, MAKERS OF MUSICAL INSTRUMENT, PIANO-TUNER
  • LIKELY TRAITS: SENSITIVE TO PITCH, RHYTHM, TIMBRE, SENSITIVE TO EMOTIONAL POWER OF MUSIC, SENSITIVE TO COMPLEX ORGANIZATION OF MUSIC
  • TO STRENGTHEN: PLAY MUSICAL INSTRUMENT, LEARN THROUGH SONGS, WRITE MUSIC, CHANGE YOUR MOOD WITH MUSIC, USE MUSIC TO RELAXED

5. Bodily-Kinesthetic Intelligence

  • DANCER, ACTOR, ATHLETE, INVENTOR, SURGEON, RACING CAR DRIVER, HANDCRAFT MAKER
  • LIKELY TRAITS: CONTROL OF OBJECTS, TRAINED RESPONSES, GOOD REFLEXES, LIKES TO TOUCH, LIKES TO ACT, MECHANICALLY MINDED
  • TO STRENGTHEN: USE MOVEMENT TO LEARN, USE FIELD TRIP, USE DRAMA, ROLE PLAYING, ACT OUT LEARNING

6. Interpersonal Intelligence

  • POLITICIAN, TEACHER, RELIGIOUS LEADER, COUNSELLOR, SALES PEOPLE, MANAGER, PUBLIC RELATION
  • LIKELY TRAITS: NEGOTIATE WELL, ABLE TO READ OTHERS’ INTENTION, ENJOY BEING WITH PEOPLE, HAS MANY FRIENDS, COMMUNICATE WELL, ENJOY GROUP ACTIVITIES, LIKES TO COOPERATE
  • TO STRENGTHEN: DO LEARNING ACTIVITIES COOPERATIVELY, TAKE LOTS OF BREAKS TO SOCIALIZE USE “PAIR AND SHARE” LEARNING ACTIVITIES, MAKE LEARNING FUN, WORK IN TEAM, TUTOR OTHERS

7. Intrapersonal Intelligence

  • NOVELIST, COUNSELLOR, WISE ELDER, PHILOSOPHER, GURUS, MYSTICS
  • LIKELY TRAITS: SELF-KNOWLEDGE, SENSITIVITY TO ONE’S OWN VALUES, DEEPLY AWARE OF ONE’S OWN FEELING, INTUITIVE ABILITY, SELF-MOTIVATED, VERY PRIVATE PERSON, WANT TO BE DIFFERENT FROM MAINSTREAM
  • TO STRENGTHEN: HAVE PERSONAL “HEART-TO-HEART” TALKS, DEBRIEF ACTIVITIES, TAKE TIME FOR INNER REFLECTION, DO INDEPENDENT STUDY, LISTEN TO YOUR INTUITION, DISCUSS, REFLECT OR WRITE WHAT YOU EXPERIENCED AND YOU FELT, TAKE CONTROL OF OWN LEARNING

Rabu, Oktober 08, 2008

RENUNGAN IDUL FITRI [7]

Pada hari kemenangan ini kita perlu mengingat dua hal dan melupakan dua hal juga. Kita perlu ingat kesalahan yang telah kita perbuat kepada orang lain dan kita ingat juga kebaikan orang lain kepada kita. Di sisi lain kita harus melupakan kebaikan yang pernah kita perbuat untuk orang lain dan kita lupakan kesalahan yang pernah dilakukan orang lain kepada kita. Semoga di Hari Raya Idul Fitri ini kita tidak punya dosa kepada Allah dan tidak lagi mempunyai kesalahan kepada orang lain sehingga benar-benar menjadi orang yang fitri

RENUNGAN IDUL FITRI [6]

Orang yang mempunyai sifat kefitrian seharusnya berbuat baik kepada sesamanya dengan memenuhi kewajiban diri pribadi terhadap pribadi yang lain dan dengan menghormati hak-hak orang lain dalam suatu jalinan hubungan kemasyarakatan yang damai dan terbuka. Kefitrahan juga menjadikan manusia mempunyai sikap-sikap terbuka, lapang dada, penuh pengertian, dan kesediaan untuk senantiasa memberi maaf secara wajar dan pada tempatnya. Inilah ajaran jalan tengah, adil dan wajar yang diajarkan Islam

RENUNGAN IDUL FITRI [5]

Idul Fitri adalah gerak kembali ke asal. Kata id mempunyai akar kata yang sama dengan kata ’awdah, ’adah, dan isti’adah yang mempunyai arti kembali atau terulang. Hari raya disebut id karena ia datang kembali berulang-ulang secara periodik dalam waktu setahun. Sedangkan kata fitri bermakna kejadian asal yang suci atau bahkan kesucian asal. Apakah kita menjadikan Idul Fitri hanya sekedar ritual yang berulang-ulang semata ataukah ada nilai lebih yang menjadikan kita bersih dan suci dari dosa?

RENUNGAN IDUL FITRI [4]

Hari Raya Idul Fitri adalah puncak pengalaman hidup sosial keagamaan rakyat Indonesia. Dapat dikatakan, hampir seluruh kegiatan rakyat selama satu tahun diarahkan untuk dapat merayakan hari kemenangan ini dengan sebaik-baiknya. Kita bekerja dan menabung agar dapat dinikmati pada saat Idul Fitri. Tapi ingat, kita diingatkan oleh Allah agar tidak menjadi teman setan, yaitu sebagai orang yang suka menghambur-hamburkan harta. Jika ini kita lakukan, maka kita perlu merenungkan kualitas puasa selama Ramadhan

RENUNGAN IDUL FITRI [3]

Inti Idul Fitri adalah bersihnya kita dari dosa setelah melaksanakan puasa Ramadhan sebulan penuh dan kita lengkapi dengan memohon maaf kepada sesama. Pada saat inilah kita kembali kepada fitrah dan kita sadar akan tujuan hidup yang sebenarnya. Dengan idul fitri kita menyadari kembali akan perjanjian kita dengan Allah sebelum kita diciptakan, yaitu menjadikan Allah sebagai satu-satunya orientasi hidup. Bukankah Aku ini Tuhanmu? Benar, kami bersaksi

RENUNGAN IDUL FITRI [2]

Idul Fitri adalah siklus tahunan di mana kita umat Islam memulai kembali perjalanan spiritual hidup setahun ke depan dengan semangat baru, yaitu kefitrahan yang ada dalam diri kita. Kefitrahan ini kita peroleh setelah selama sebulan melakukan penyucian diri [tazkiyat al-nafs] dengan berpuasa dan melakukan amal ibadah. Itu sebabnya kita sama-sama mengucapkan ja’alanallu min al-’aidin wa al-fa’izin wa al-maqbulin, semoga Allah menjadikan kita semua kembali ke fitrah kita dan menang melawan dosa kita sendiri serta diterima amal ibadah kita

RENUNGAN IDUL FITRI [1]

Mengapa Hari Raya Idul Fitri disebut juga hari kemenangan? Sebab pada hari ini umat Islam telah memenangkan pertempuran selama satu bulan. Pertempuran melawan hawa nafsu dan menahan diri dari melakukan pelanggaran yang ditetapkan Allah, yaitu tidak makan dan minum serta berhubungan badan bagi suami-isteri mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Lalu, bagaimana cara mengisi hari kemenangan ini? Allah berfirman agar kita bertasbih dengan memuji Allah, beristighfar, dan bertaubat atas semua kesalahan. Bukan mengisi hari kemenangan dengan balas dendam makan dan minum sepuasnya

SELAMAT IDUL FITRI 1429 H

Dengan segala kerendahan hati saya mengucapkan "SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429 H, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN"

Rabu, September 24, 2008

KELOMPOK IBNU SINA [SKI]

HASIL DISKUSI KELOMPOK IBNU SINA
Silahkan komentar di sini!

Desain materi SKI untuk SD dan MI satu semester
- Di SD mulai kelas 1+2 ditentukan pengantar kehidupan Rasulullah
- Materi SD kehidupan Rasulullah
- Keluarga nabi (silsilah)
- Mengenai kota makkah
- Kelahiran nabi
- Kehidupan nabi
- Kehidupan nabi sebelum di angkat
- Assabiguna awwalun
- Hijrah nabi
- Turunnya wahyu
- Peperangan
- Penjanjian khudaibiyah
- Isra’ mi’raj
- Haji wada’

Desain materi SKI untuk Mts dan SMP satu semester
- Referensi Materi MI & SD
- khalifah Abu bakar – seterusnya
- Dinasti Abasiyah
- Dinasti umayyah

Desain materi MA dan Aliyah SKI satu semester
Diberikan dikelas X karena menyambung / melanjutkan materi SKI di Mts dan SMP.
Dianggap memori anak didik kuat.
- Referensi maeri SMP dan Mts
- Dinasti fatimiyah
- Kekuatan politik dan militer
- Pendidikan ilmu pengetahuan agama islam
- Islam modern

Senin, September 22, 2008

KELOMPOK I [SKI]

Konsep Kurikulum SKI Untuk Sekolah Madrasah
Berikan komentar Anda!

Mata pelajaran SKI di Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah ada 18 kali pertemuan tiap semester. Adapun pelajaran SKI di Madrasah Ibtidaiyah dimulai dari kelas III. Diklasifikasikan sebagai berikut:
A. Madrasah Ibtidaiyah (MI)
1. Kelas III
Semester I :
Ø Menceritakan kisah Nabi Adam
Ø Menceritakan kisah Nabi Nuh
Ø Menceritakan kisah Nabi Isma’il
Ø Menceritakan kisah Nabi Yusuf
Ø Menceritakan kisah Nabi Ibrahim
.. Semester II :
Ø Menceritakan kisah Nabi Musa dan Fir’aaun
Ø Mengenalkan masa sebelum Islam
Ø Menjelaskan kehidupan Jahiliyah

2. Kelas IV :
Semester I :
Ø Menceritakan kelahiran Nabi Muhammad
Ø Menceritakan kisah Nabi Muhammad
Ø Menceritakan silsilah Nabi Muhammad
Ø Mengenal kepribadian Nabi Muhammad
Semester II:
Ø Menceritakan kisah pengangkatan Rosulullah
Ø Menceritakan kisah Assabiqunal Awwalun
Ø Menceritakan kisah perjuangan Nabi Di Makkah
Ø Menceritakan kisah Nabi hijrah ke Madinah


3. Kelas V
Semester I:
Ø Menceritakan kisah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad
Ø Menceritakan perang Jamal
Ø Menceritakan perang Shiffin
Ø Menceritakan perang Khandaq
Ø Menceritakan perang Badar
Semester II:
Ø Menceritakan kisah Fathul Makkah
Ø Menceritakan kisah haji wada’
Ø Menceritakan masa wafatnya Nabi

4. Kelas VI
Semester I:
Ø Menjelaskan masa Khulafa Al Rasyiddin
Ø Menjelaskan masa pemerintahan Abu Bakar
Ø Menjelaskan masa pemerintahan Umar
Ø Menjelaskan masa pemerintahan Utsman
Ø Menjelaskan masa pemerintahan Ali
Semester II:
Ø Menjelaskan kemajuan Islam pada masa pemerintahan Abu bakar
Ø Menjelaskan kemajuan Islam pada masa pemerintahan Umar
Ø Menjelaskan kemajuan Islam pada masa pemerintahan Utsman
Ø Menjelaskan kemajuan Islam pada masa pemerintahan Ali

Madrasah Tsanawiyah (Mts)
1. Kelas I
Semester I:
Ø Masa Jahiliyah sebelum Islam datang
Ø Nabi diangkat menjadi Rasul
Ø Masa dakwah nabi di Makkah dan Madinah
Semester II:
Ø Peperangan di masa Rasulullah, diantaranya:
1. Perang jamal
2. Perang Shiffin
3. Perang Khandaq
4. Peristiwa Fatkhul Makkah
Ø Kondisi Islam saat Nabi wafat

2. Kelas II
Semester I:
Ø Masa Khulafa Al Rasyidin
Ø Masa Dinasti Umayyah
Ø Mas dinasti Abassiyah
Ø Masa dinasti Utsmaniyah
Ø Masa dinasti Syafawiyah
Semester II:
Ø Peristiwa yang terjadi setelah Khulafa Al Rasyidin berhenti dalam kepemimpinan Islam
Ø Kekuasaan yang diperoleh dinasti Umayyah
Ø Kekuasaan yang diperoleh dinasti Abbasiyah
Ø Kekuasaan yang diperoleh dinasti Utsmaniyah
Ø Kekuasaan yang diperoleh dinasti Syafawiyah

3. Kelas III:
Semester I:
Ø Usaha pemimpin Islam dalam penyebaran dakwah Islamiyah
Ø Perluasan wilayah islam di Andalusia
Ø Kemajuan yang dicapai Islam di Andalusia
Semester II:
Ø Perluasan wilayah Islam di Indonesia
Ø Kemajuan yang dicapai Islam di Indonesia
Madrasah Aliyah (MA)
1. Kelas I
Semsester I
Ø Masa Rasulullah di Makkah dan Madinah
Ø Masa Khulafa Al Rasyidin beserta kejayaan yang dicapai
Semester II:
Ø Kejayaan Islam pada masa Khulafa Al Rasyidin
Ø Dinasti Bani Umayyah
Ø Dinasti Bani Abasiyyah
Ø Dinasti Ustmaniyah
Ø Dinasti Bani Syafawiyah
Ø Dinasti Mongol

2. Kelas II
Semester I:
Ø Islam masuk di Indonesia
Ø Kisah Wali Songo
Ø Kerajaaan Islam di Indonesia
Semester II:
Ø Pertumbuhan kebudayaan Islam
Ø Kemajuan kebudayaan Islam
Ø Puncak kemajuan pada masa dinasti Bani Abasiyyah
Ø Kejayaan Islam di masa Bani Abasiyyah

3. Kelas III
Semester I
Ø Kebangkitan Islam dan pembaharuan Islam
Ø Penyebaran Islam di Indonesia

Semester II:
Ø Pemikiran moderen Islam di Indonesia
Ø Kontribusi Pemikiran tokoh sejarawan terhadap permasalahan actual di Indonesia

KELOMPOK I :
Agus Suroyo (06410098)
Lina Normawita Risti Z (06410090)
Rima Musnita (06410085)
Diana Kholidah (06410133)
Isna Ferawati (06410114)
Layla Maghfiroh (06410089)
Markhumah Purnaeni (06410095)
Syafitri (06410064)
Diyah Febriani (06410124)
Imroatus Shalihah (06410066)
M. Fauzan (06410120)
Ahmad Syaifuddin (06410062)
Yazid An Nasr (06410065)

KELOMPOK AL-GHAZALY [SKI]

HASIL DISKUSI
Berikan komentar Anda terhadap hasil diskusi kelompok ini!
Kurikulum SKI untuk SD keagamaan / MI
SD keagamaan / MI kelas 1- 6
§ KELAS 1 MI
1. Cerita tentang kelahiran Nabi
2. Menceritakan tentang pasukan Gajah
3. Menceritakan tentang wanita-wanita persusuan Nabi
4. Menceritakan perjalanan Nabi bersama ibunya

§ KELAS 2 MI
1. Menceritakan perjalanan hidup Nabi bersama kakeknya Abdul Muthallib
2. Menceritakan perjalanan hidup Nabi bersama pamannya Sayidina AbuTolib
3. Menceritakan kisah Nabi saat menjadi pengembala domba

§ KELAS 3 MI
1. Menceritakan perjalanan Nabi saat mulai berdagang
2. Menceritakan kisah Nabi tentang peletakan Hajar Aswad dan pendapatan gelar Al-amin
3. Menceritakan kisah Nabi mengikuti perang
4. Menceritakan kisah Nabi bertemu Sayidah Khadijah

§ KELAS 4 MI
1. Menceritakan tentanng pengengkatan Nabi menjadi rasul dan penerimaan wahyu
2. Menerangkan metode dakwah Nabi (sirri, keluarga, jahri)
3. Mengisahkan tentang hijrah Nabi, fathul mekah hingga wafat Nabi

§ KELAS 5 MI
1. Mengisahkan khalifah pengganti Nabi yang pertama (Syaidina Abu Bakar Assiddiq) dan kebijakan yang di tempuh dalam kepemimpinannya
2. Mengisahkan dan menerangkan kholifah ke 2 (Syayidina Uamar Bin Affan) dan kebijakan yang ditempuh dalam masa kepemimpinannya

§ KELAS 6 MI
1. Mengisahkan khalifah ke 3(Syayidina Utsman Bin Affan) dan kebijakan yang ditempuh dalam masa ke khalifahannya
2. Mengisahkan khalifah ke 4 (Syayidina Ali Bin Abi Thalib) beserta kebijakan-kebijakan selama beliau menjadi khalifah

kelas 1- 6 menghabiskan tentang kahidupan Rasul hingga khulafau'rrasyidin

kurikulum MTs / I’dad untuk SKI
Bahasan Materi: Khulafau'rrasyidin sampai Abbasyiyah
§ KELAS MATRIKULASI / I’DADIYAH
1. Mengulas tentanng kelahiran Nabi
2. Mengulas perjalanan Nabi sebelum di angkat menjadi Rasul
3. Meneranngkan tentang pengangkatan Nabi menjadi Rasul
4. Menceritakan perjalanan Nabi menjadi Rasul hingga wafat
5. Menggambarkan tentang kepemimpinan Khulafau'rrasyidin

§ KELAS VII
1. Apersepsi tentang ulasan tentang Khulafau'rrasidin
2. Mengisahkan tentang perang siffin dan terjadinya tahkim da’umatul jandal
3. Merumuskan dan menerangkan sejarah berdirinya Bani Umayah
4. Menjabarkan tentang islam massa Bani Umayah
5. Menerangkan tentang cambuk kejayaan Bani Umayah saat dipimpin oleh khalifah-khalifahnya
6. Menjabarkan tentang struktur kepemimpinan
7. Menceritakan tentang ekspansi yang dilakukan dalam rangka perluasan daerah Islam

§ KELAS VIII
1. Megisahkan tentang kodifikasi hadist
2. Menerangkan kepemimpinan Umar Bin Abdul Aziz Khalifah Bani Umayyah
3. Menceritakan tentang kemunduran hingga kehancuran Bani Abasyiah
4. Kelahiran Bani Abbasyiah
5. Menceritakan tentang struktur kekhalifahan
6. Menjelaskan tentang kemajuan-kemajuan yang di tempuh dalam masanya
7. Menceritakan tentang khalifah yang berperan dalam Bani Abbasyiah

§ kelas IX
1. Menerangkan tentang kemuduran dinasti Abbasyiah
2. Menerangkan tentang terpecahnya dinasti Abbasyiah
3. Munculnya Dinasti-Dinasti Buaihiyah
4. Dinasti Saljuk dan Buaihiyah
5. Dinasti Fatimiyah


kurikulum SKI MA
Materi: Abbasyiah sampai Islam ke Indonesia
§ I’DADIYAH / MATRIKULASI
1. Ulasan tentang kehhdupan Nabi
2. Ulasan tentang khulafaurrasyidin
3. Ulasan tentang dinasti Umayyah
4. Ulasan tentang dinasti Abbasyiah
§ KELAS X
1. Apresiasi tentang dinasti Abbasyiah
2. Penjelasan tentang munculnya dinasti Umayyah III
3. Islam masuk spanyol
4. Penjelasan tentang khalifah- khalifah yang memimpin umayah III
5. Penjelasan tentang kemajuan yang di tempuh oleh Umayah
6. Kemunduran Umayah

§ KELAS XI
1. Penjelasan tentang berdirinya kerajaan Turki Ustmani
2. Penjelasan tentang kemajuan peradaban Turki Ustmani
3. Menganalisa faktor-faktor kemunduran Turki Ustmani
4. Menjabarkan tentang sejarah berdirinya dinasti Shafawiyah
5. Mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang di tempuh
6. Menjelaskan kemunduran Shafawiyah
7. Menjelaskan tentang sejarah berdirinya dinasti Mughol
8. Mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang diraih hingga masa kehancuran Islam

§ KELAS XII
1. Mengidentifikasi sejarah masuknya Islam ke Nusantara
2. Mengisahkan para tokoh-tokoh yang membawa Islam ke Nusantara
3. Menjelaskan tentang sejarah berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
4. Menjabarkan tentang penyebaran Islam di Nusantara, factor pendorong dan factor penghambat

Bahan Pertemuan ke-4 [biologi]

POINTERS TENTANG SUNNAH
Tuliskan komentar Anda sebagai bukti telah membaca bahan ini! Jangan lupa tuliskan nama lengkap Anda!
  • Pengertian sunnah dapat dilihat dari dua hal, yaitu secara etimologi dan terminologi. Secara etimologi, sunnah berarti tata cara.
  • Menurut Lisan al-'Arab, sunnah pada mulanya berati jalan atau cara, yaitu jalan yang dilalui orang-orang dahulu kemudian diikuti oleh orang-orang belakangan.
  • Sementara itu dalam Mukhtar al-Sihah, sebagaimana dikutip oleh Azami, sunnah secara etimologi berarti tata cara dan tingkah atau perilaku hidup, baik perilaku itu terpuji maupun tercela.
  • Sementara itu, terdapat beragam pendapat tentang pengertian sunnah menurut terminologi.
  • Menurut ahli hadis, sunnah berarti sabda, pekerjaan, ketetapan, sifat (watak budi atau jasmani); atau tingkah laku Nabi Muhammad saw, baik sebelum menjadi Nabi maupun sesudahnya. Dalam konteks ini, pengertian sunnah sama dengan hadis.
  • Sementara itu, menurut kalangan ahli usul fiqih, sunnah diartikan sebagai sabda Nabi Muhammad saw yang bukan berasal dari al-Qur'an, pekerjaan, atau ketetapannya. Agak serupa dengan pendapat kedua, menurut ahli fiqih sunnah dimaknai sebagai hal-hal yang berasal dari Nabi Muhammad saw baik berupa ucapan maupun pekerjaan, tetapi hal itu tidak wajib dikerjakan.
  • Dalam al-Qur'an dan sabda Nabi juga terdapat beberapa kata sunnah. Paling tidak ada empat tempat dalam al-Qur'an yang memuat kata sunnah, yaitu Q.S. al-Nisa': 26,[1] Q.S. al-Anfal: 38,[2] Q.S. al-Isra: 77,[3] dan Q.S. al-Fath: 23.[4] Dalam surat al-Nisa, kata sunnah berbentuk jamak, sunan, yang menurut Imam al-Qurtubi memberikan petunjuk tentang tata cara orang-orang saleh sebelum Nabi Muhammad. Ada yang berpendapat bahwa memberikan petunjuk pada ayat ini berarti menerangkan tata cara orang-orang sebelum Nabi Muhammad. Sementara itu, kata sunan dipahami Ibnu Katsir sebagai tata cara yang terpuji dari orang-orang dahulu dan mengikuti syari'at Allah yang disukai dan diridhai.

    [1] Allah hendak menerangkan hukum syariah-Nya kepadamu dan menunjukimu ke jalan (tata cara) orang-orang sebelum kamu (yaitu para nabi dan orang-orang saleh), serta hendak menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
    [2] Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang kafir, apabila mereka menghentikan perbuatannya maka dosa-dosa mereka yang telah lalu akan diampuni, dan apabila mereka tetap kembali untuk melakukan perbuatan itu maka sunnah (aturan) orang-orang dahulu sudah berlaku.
    [3] (kami menetapkan hal itu) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu, dan kamu tidak akan menemukan perubahan dalam ketetapan Kami.
    [4] Sebagai suaytu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, dan kamu tidak akan menemukan perubahan dalam sunnatullah itu.
  • Dalam beberapa kesempatan Nabi Muhammad juga menggunakan istilah sunnah. Hal ini terdapat dalam hadis yang diriwayatkan Abu Said, Anas bin Malik, Ibnu Buraidah, dan Ibnu Abbas.
  • Dari Abu Said, nabi bersabda, "Kamu semua niscaya akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sedepa demi sedepa..." dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, "Apakah kalian tadi yang berkata ini itu? Ingatlah! Demi Allah, saya adalah orang yang paling takut kepada Allah dibanding kalian semua, tetapi saya juga berpuasa dan tidak berpuasa, saya juga melakukan salat malam dan tidur, dan saya menikahi wanita. Barangsiapa tidak suka sunnahku maka berarti ia tidak termasuk golonganku."
  • Ibnu Buraidah mengatakan ia diberitahu oleh Abdullah al-Muzanni bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, "Salatlah kamu sebelum salat maghrib", dan pada ketiga kalinya Nabi menambah kata-kata "bagi yang mau", sebab beliau khawatir kalau hal itu dianggap sunnah oleh orang-orang.
  • Sedangkan dari Ibnu Abbas, Nabi bersabda, "Ada tiga macam manusia yang paling dimurkai Allah, orang yang tidak percaya kepada Allah di Tanah Suci, orang yang menghidupkan kembali (melestarikan) tradisi Jahiliyah dalam Islam, dan orang yang menuntut nyawa orang lain tanpa ada hak yang membolehkan."
  • Berdasarkan hadis-hadis tersebut, Nabi memaknai sunnah untuk menunjuk arti yang harfiyah, yaitu tata cara, meskipun dalam kitab-kitab Hadis ada sepuluh teks yang menyebut sunnah untuk menunjukkan tata cara dan tingkah laku hidup yang menjadi anutan.
  • Kajian tentang Sunnah dapat diklasifikasikan ke dalam dua hal pokok, yaitu tentang sanad dan tentang matan.
  • Kritik tentang sanad dikenal dengan naqd al-khariji (kritik eksternal). Kajian tentang sanad dilakukan karena banyaknya hadis yang lebih bersifat ma'nawi, bukan lafdzi. Satu persoalan yang bersumber dari Rasulullah diriwayatkan secara beragam oleh para perawi hadis, sehingga dari aspek matannya kadang sangat berlainan. Yang menjadi persoalan kemudian adalah melalui siapa hadis tersebut diriwayatkan. Dengan kritik sanad, rantai periwayatan sebuah hadis dikaji, mulai dari siapa perawinya, bagaimana statusnya, baik dalam hal kualitas moral, kekuatan hafalan maupun komentar orang sezaman tentang sang perawi.
  • Untuk melakukan kritik sanad diperlukan banyak penguasaan tentang ilmu hadis seperti asbab al-wurud, al-jarh wa al-ta'dil, tawarikh al-ruwwah, dan 'adalah al-sahabah. Dengan ilmu-ilmu ini status seorang rawi akan diketahui tentang kualitas pribadinya dan jalur-jalur periwayatan sebuah hadis.
  • Selain kritik sanad, kajian tentang matan juga mendapat perhatian dari para pengkaji studi Islam khususnya ilmu hadis. Baiknya sebuah jalur periwayatan tidak menjamin isi hadis juga baik. Sebab, boleh jadi ada matan hadis yang bertentang dengan ajaran al-Qur'an. Menurut Muhammad al-Ghazali, paling tidak ada tiga syarat yang perlu diperhatikan sebelum menerima matan hadis sebagai pegangan, yaitu kesesuaian dengan isi al-Qur'an, tidak bertentangan dengan pemikiran ilmiah, dan tidak bertentangan dengan fakta sejarah

Selasa, September 16, 2008

KELOMPOK MELATI

PERINTAH:
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada web ini!

KELOMPOK TERATAI

PERINTAH:
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada web ini!

KELOMPOK ANGGREK

PERINTAH:
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada web ini!

KELOMPOK TULIP

PERINTAH:
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada web ini!

KELOMPOK BUGENVILE

PERINTAH:
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada web ini!

Senin, September 15, 2008

KELOMPOK "TANPA NAMA"

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK BUTTERFLY

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

TRAGEDI PASURUAN

Sungguh memilukan! Karena berdesak-desakan untuk mendapatkan uang sedekah di Pasuruan 21 orang tewas dan sekitar 13 orang luka-luka pada Senin kemarin. Maksud baik tidak selalu menghasilkan yang baik. Agaknya hal ini berlaku di dalam tragedi ini. Maunya berbagi dengan sesama untuk menolong meringankan beban, eh..malah berakhir dengan penderitaan orang yang akan dibantu. Apa pelajaran yang dapat kita ambil? Niat baik harus dikelola dengan baik. Cara membantu tidak harus dengan ditunjukkan secara ramai-ramai, tapi bisa dikelola dengan model berantai atau pendelegasian, atau model secara bertahap. Kurangnya koordinasi dengan berbagai pihak juga berakibat fatal. Setelah peristiwa naas terjadi baru sadar kalau ternyata bekerjasama dengan pihak lain diperlukan. Mudah-mudahan kejadian ini tidak terulang lagi di masa mendatang. amin

KELOMPOK ZAHRA

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK ESA

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK MATABINNAR

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK SAIFULLAH

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK HARUN NASUTION

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK F-DIFFERENT

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK HIDAYAH

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK AR-RASYID

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK SWEETY

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK PERBEDAAN ANTAR TAFSIR

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK CUTE COMMUNITY

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK HAMBA ALLAH

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK AL-AMIN

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK ANNISA'

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK SUNRISE

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

KELOMPOK AZ-ZAHRA

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbedaan kitab tafsir sesuai dengan kelompok Anda!

Jumat, September 12, 2008

PEMBAGIAN TUGAS I BIOLOGI

KETENTUAN UMUM
1. Tugas ditulis secara individual, meskipun kitab yang dicari sama
2. Tugas dikirim melalui email dengan alamat masing-masing, tidak dititipkan
3. Baca Surat al-Fatihah, buat ringkasan dan berikan komentar terhadap kitab tersebut terutama komentar terhadap penafsiran Surat al-Fatihah
4. Tugas dikirim maksimal tanggal 18 September 2008 jam 24.00
5. Pembagian Tugas sebagai berikut:
a. Tafsir Jalalain [Nomor Presensi 1 s.d. 5]
b. Tafsir Al-Azhar [Nomor Presensi 6 s.d. 10]
c. Tafsir Al-Manar [Nomor Presensi 11 s.d. 15]
d. Tafsir Al-Thabary [Nomor Presensi 16 s.d. 20]
e. Tafsir Al-Ibriz [Nomor Presensi 21 s.d. 25]
f. Tafsir UII, Tim Universitas Islam Indonesia [Nomor Presensi 26 s.d. 30]
g. Tafsir Ibn Katsir [Nomor Presensi 31 s.d. 34]
h. Tafsir Al-Maraghi [Nomor Presensi [35 s.d. 38]
i. Tafsir The Holy Qur'an Yusuf Ali [Nomor Presensi 39 s.d. 43]

PEMBAGIAN TUGAS I PAI A/B

KETENTUAN UMUM
1. Tugas ditulis secara individual, meskipun kitab yang dicari sama
2. Tugas dikirim melalui email dengan alamat masing-masing, tidak dititipkan
3. Baca Surat al-Fatihah, buat ringkasan dan berikan komentar terhadap kitab tersebut terutama komentar terhadap penafsiran Surat al-Fatihah
4. Tugas dikirim maksimal Kamis, tanggal 18 September 2008 jam 24.00
5. Pembagian Tugas sebagai berikut:
a. Tafsir Jalalain [Nomor Presensi 1 s.d. 5]
b. Tafsir Al-Azhar [Nomor Presensi 6 s.d. 10]
c. Tafsir Al-Manar [Nomor Presensi 11 s.d. 15]
d. Tafsir Al-Thabary [Nomor Presensi 16 s.d. 20]
e. Tafsir Al-Ibriz [Nomor Presensi 21 s.d. 26]
f. Tafsir UII, Tim Universitas Islam Indonesia [Nomor Presensi 27 s.d. 32]
g. Tafsir Ibn Katsir [Nomor Presensi 33 s.d. 38]
h. Tafsir Al-Maraghi [Nomor Presensi [39 s.d. 44]
i. Tafsir The Holy Qur'an Yusuf Ali [Nomor Presensi 45 s.d. 50]

Rabu, September 10, 2008

PEMBAGIAN TUGAS I PAI-F [PSI]

KETENTUAN UMUM
1. Tugas ditulis secara individual, meskipun kitab yang dicari sama
2. Tugas dikirim melalui email dengan alamat masing-masing, tidak dititipkan
3. Baca Surat al-Fatihah, buat ringkasan dan berikan komentar terhadap kitab tersebut terutama komentar terhadap penafsiran Surat al-Fatihah
4. Tugas dikirim maksimal tanggal 16 September 2008 jam 24.00
5. Pembagian Tugas sebagai berikut:
a. Tafsir Jalalain [M. Aziz A., Asep FN, M. Fauzan, Yusuf R, Rina K]
b. Tafsir Al-Azhar [Habib R., R. Anis F., Irfan N., Luk Luk J., Riaqon F.]
c. Tafsir Al-Manar [Wahyu I., Ja'far S., Ahmad C., Nur Lailatul M., Khusnul I.]
d. Tafsir Al-Thabary [M. Luqman H., Lailatus S., Yusuf AM., Jahid QM., J. Himmah]
e. Tafsir Al-Ibriz [Andikasaputra, Zuhad NR., Egi AF., Khazmillabib, Efa H.]
f. Tafsir UII, Tim Universitas Islam Indonesia [Wahudi, C. Ulfah, Fatkhurrokhim, Danang FR, Eko FB.]
g. Tafsir Ibn Katsir [Evayuni L., Nasrul AR., Ayu F., Afrinaldi, Septirusli H., M. Fathul M.]
h. Tafsir Al-Maraghi [Siti NI., Rahmat K., Catur WI., Ahmad K., Diyah A., Irma WP.]
i. Tafsir The Holy Qur'an Yusuf Ali [Mardanis, Fauzan NH., Ambar DK., Khamim, Nurhidayat, Azam]

Selasa, September 09, 2008

PEMBAGIAN TUGAS KELAS KHUSUS [PAI-PGMI]

KETENTUAN UMUM
1. Tugas ditulis secara individual, meskipun kitab yang dicari sama
2. Tugas dikirim melalui email dengan alamat masing-masing, tidak dititipkan
3. Baca Surat al-Fatihah, buat ringkasan dan berikan komentar terhadap kitab tersebut terutama komentar terhadap penafsiran Surat al-Fatihah
4. Tugas dikirim maksimal tanggal 15 September 2008 jam 24.00
5. Pembagian Tugas sebagai berikut:
a. Tafsir Jalalain [Nomor Presensi 1 s.d. 2]
b. Tafsir Al-Azhar [Nomor Presensi 3 s.d. 4]
c Tafsir Ibn Katsir [Nomor Presensi 5 s.d. 6]
d. Tafsir Al-Maraghi [Nomor Presensi [7 s.d. 8]
e. Tafsir The Holy Qur'an Yusuf Ali [Nomor Presensi 9 s.d. 11]

PEMBAGIAN TUGAS I PGMI-B

KETENTUAN UMUM
1. Tugas ditulis secara individual, meskipun kitab yang dicari sama
2. Tugas dikirim melalui email dengan alamat masing-masing, tidak dititipkan
3. Baca Surat al-Fatihah, buat ringkasan dan berikan komentar terhadap kitab tersebut terutama komentar terhadap penafsiran Surat al-Fatihah
4. Tugas dikirim maksimal tanggal 14 September 2008 jam 24.00
5. Pembagian Tugas sebagai berikut:
a. Tafsir Jalalain [Nomor Presensi 1 s.d. 5]
b. Tafsir Al-Azhar [Nomor Presensi 6 s.d. 10]
c. Tafsir Al-Manar [Nomor Presensi 11 s.d. 15]
d. Tafsir Al-Thabary [Nomor Presensi 16 s.d. 20]
e. Tafsir Al-Ibriz [Nomor Presensi 21 s.d. 25]
f. Tafsir UII, Tim Universitas Islam Indonesia [Nomor Presensi 26 s.d. 30]
g. Tafsir Ibn Katsir [Nomor Presensi 31 s.d. 35]
h. Tafsir Al-Maraghi [Nomor Presensi [36 s.d. 40]
i. Tafsir The Holy Qur'an Yusuf Ali [Nomor Presensi 41 s.d. 45]

PEMBAGIAN TUGAS I PGMI-A

KETENTUAN UMUM
1. Tugas ditulis secara individual, meskipun kitab yang dicari sama
2. Tugas dikirim melalui email dengan alamat masing-masing, tidak dititipkan
3. Baca Surat al-Fatihah, buat ringkasan dan berikan komentar terhadap kitab tersebut terutama komentar terhadap penafsiran Surat al-Fatihah
4. Tugas dikirim maksimal tanggal 14 September 2008 jam 24.00
5. Pembagian Tugas sebagai berikut:
a. Tafsir Jalalain [Nomor Presensi 1 s.d. 5]
b. Tafsir Al-Azhar [Nomor Presensi 6 s.d. 10]
c. Tafsir Al-Manar [Nomor Presensi 11 s.d. 15]
d. Tafsir Al-Thabary [Nomor Presensi 16 s.d. 20]
e. Tafsir Al-Ibriz [Nomor Presensi 21 s.d. 25]
f. Tafsir UII, Tim Universitas Islam Indonesia [Nomor Presensi 26 s.d. 30]
g. Tafsir Ibn Katsir [Nomor Presensi 31 s.d. 35]
h. Tafsir Al-Maraghi [Nomor Presensi [36 s.d. 40]
i. Tafsir The Holy Qur'an Yusuf Ali [Nomor Presensi 41 s.d. 44]

Minggu, September 07, 2008

KESADARAN PROFETIK

Muhammad Iqbal dalam salah satu karyanya, Javid Nama, kurang lebih pernah mengatakan "Kesadaran profetik [prophetic consciousness] adalah cakrawala larut dalam diri kita, kesadaran mistik [mystical consciousness] adalah kita larut dalam cakrawala." Makna dari bahasa Iqbal itu adalah bahwa orang yang mempunyai kesadaran kenabian mampu menentukan arah sejarah. Ini berarti dia mampu membaca realitas dengan berbagai permasalahannya dan mampu mencari alternatif pemecahan. Orang dengan tipe ini proaktif membaca realitas. Hal ini sesuai dengan Nabi Muhammad SAW yang proaktif memecahkan persoalan sekitar. Sebaliknya, kesadaran mistik adalah ketika orang larut dalam cakrawala. Dia terombang-ambing oleh tuntutan realitas dan tidak mampu menawarkan solusi dari persoalan realitas. Dalam bahasa Iqbal, orang yang berkesadaran mistik larut dalam tasbih mengejar kesalehan individu sementara dia justru dihidupi oleh orang lain.