Selasa, April 12, 2011

TUGAS REKONSTRUKSI SPI PAI-D

Khusus Anda yang berada di Kelas PAI-D, lakukan rekonstruksi berdasarkan data sejarah Pendidikan Islam Era Abbasiyah tentang persoalan, "Penguasa [Pemerintah dan DPR] yang tidak konsen terhadap persoalan pendidikan"! [tuliskan dalam "komentar"!]

46 komentar:

Dedi Wahyudi mengatakan...

Nama : Dedi Wahyudi
NIM : 08410153
E-Mail : dedi_wahyudi1991@yahoo.co.id
Homesite :
www.podoluhur.blogspot.com (Pendidikan Agama Islam Online)
Komentar :

Pembahasan pembangunan gedung baru DPR yang diperkirakan memakan banyak sekali dana anggaran negara oleh pemerintah dan anggota DPR banyak menuai kritik dari masyarakat. "Berapa hektar sawah yang bisa diari dengan anggaran sebesar ini? Berapa banyak TKI yang bisa diasuransikan? Berapa banyak anak jalanan yang bisa disekolahkan? Berapa banyak mahasiswa dan dosen yang bisa kuliah gratis?"

Belum mampu memenuhi kewajibannya tetapi justru ingin mengenyangkan lapar materialismenya. Memang sekarang ini sedang tren ‘mempercantik diri’ yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah dengan membangun gedung-gedung pemerintahan baru yang memberi kesan ‘mewah nan indah’. Gelombang protes keras dari berbagai pihak, tetap tidak menyurutkan niat membangun gedung tersebut, baik dengan desain dan anggaran sekarang ataupun dengan desain dan anggaran yang direvisi. Hendaknya upaya ‘mempercantik diri’ secara fisik-eksternal ala penyelenggara pemerintahan ini disertai juga dengan upaya ‘mempercantik diri’ secara kinerja-internal mereka.

Mari kita lihat pada zaman Daulah Abbasiyah terutama masa khalifah pertama dan kedua (Abdul Abbas As Shaffah dan abu jakfar al mansur), pembangunan gedung pemerintahan atau istana yang megah sangat pesat yang tidak diimbangi dengan pembangunan dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan. Hasilnya ilmu pengetahuan tidak bisa berkembang. Bandingkan dengan periode Harun ar Rasyid dan al Ma'mun yang memperhatikan segi keilmuan dan pendidikan sehingga menghasilkan sebuah kemakmuran dan kedamaian di negerinya. Kenapa pemerintah tidak bisa mengambil ibrah dari sejarah ini. Padahal kunci sukses adalah kemauan untuk belajar.

Memang untuk sebuah perubahan diawali dari diri sendiri jangan saling menyalahkan. Pemerintah, Anggota DPR dan masyarakat dalam memajukan pendidikan mempunyai peran yang sama-sama pentingnya. Munculkan dulu semangat memperbaiki pendidikan disetiap diri warga negara kita kemudian pemerintah memfasilitasinya.

vischa mengatakan...

Nama : Dwi Rangga Vischa Dewayanie
NIM : 08410190

Pada masa bani Abasiyah tidak memfokuskan pada perluasan wilayah, melainkan melakukan pembangunan-pembangunan kota Baghdad dengan mendirikan sarana-sarana ibadah, pendidikan, dan ilmu pengetahuan. Sistem pendidikan Islam pada zaman Abbasiyyah bermula pada peringkat rendah hingga ke peringkat menengah dan seterusnya universiti, ini sudah diterapkan di Indonesia. Kemajuan ilmu dan sistem pendidikan Islam amat maju. Madrasah, masjid, khuttab dan istana telah dijadikan institusi Islam yang utama. Di samping pusat-pusat pengajian ini telah dilengkapi dengan kemudahan-kemudajan seperti perpustakaan, asrama, bilik makmal, dan lain-lain. Khalifah ar-Rashid juga telah membina sebuah perpustakaan yang terbesar di mana kegiatan penterjemah besar-besaran telah diadakan disitu.

Perkembangan pendidikan Islam pada zaman ini lebih pesat dan berkembang luas. Ini kerena sikap khalifah-khalifah itu sendiri. Mereka secara aktif turut berbincang di dalam majlis-majlis ilmu yang dihadiri oleh sarjana-sarjana yang berkaliber dan termasyhur sama ada di dalam kesusasteraan Arab, akidah, falsafah, matematik, fizik, astrologi, dan sebagainya.

Seperti halnya di kepemerintahan Indonesia sekarang ini terjadi perombakan besar-besaran dalam pembangunan. Tetapi hal tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan taraf pendidikan, yang terjadi adalah kesenjangan. Kesenjangan tersebut kurang bijaknya pihak pemerintah sendiri, yaitu:
1. Kurang memperhatikan tingkat kesejahteraan guru sehingga berpengaruh pada kualitas pendidikan di Indonesia.
2. Realisasi anggaran pendidikan yang masih sedikit sekitar 20% dari APBN dan anggaran itupun tidak terealisasikan dengan baik, dan masih banyak lagi.

Angaran-angaran yang ada di Indonesia itupun banyak terfokuskan pada pembangunan yang kurang bermanfaat, misal: biaya operasional kunjungan diplomasi lintas negara, biaya pembangunan infrastruktur, untuk gaji wakil rakyat yang berlebihan serta memanjakan pejabat pemerintah, dan lain-lain. kalupun alokasi dana tersebut diberikan untuk tanbahan dana pendidikan dan pemerintah lebih memperhatikan terhadap pendidikan tidak menutup kemungkinan pendidikan di Indonesia ini lebih maju.

Rhe Ny mengatakan...

Rekonstruksi Pendidikan Di Masa Bani Abasiyah
Oleh: Reni Susanti
08410202
Dewasa ini pemerintahan Indonesia di media baik itu media elektronik, maupun media massa sedang naik daun tentang pembangunan gedung DPR yang mencapai 1,6 M. fenomena ini sangat unik sekali ketika rakyat Indonesia sedang risau dengan mutu pendidikan yang semakin menurun sedangkan pemerintahnya malah sibuk sendiri dengan urusan “gedungnya”. Padahal gedung yang dahulu masih layak dipakai, kenapa pemerintah kita tidak mengalokasikan dana pembuatan gedung baru itu untuk pendidikan saja?????
Masalah pemerintah Indonesia yang semakin lama seperti “cacing gundet”, hingga tak tau harus bagaimana memperbaikinya dan mengidentifikasi dimana kesalahannya…
Jika kita menilik pemerintahan di masa pemerintahan bani Abassiyah khususnya pemerintahan Harun Ar-Rasyid dan anaknya Al-makmun, pendidikan berkembang dengan pesat. Ini dikarenakan pemerintahan pada saat itu sangat memperhatikan pendidikan, dana banyak yang dilokasikan untuk pendidikan bukan untuk kepentingan diri pribadi pemerintah. Sebagai buktinya Al-Makmun mengubah Baitul Hikmah yang hanya sebagai perpustakaan saja di berikan fasilitas untuk menjadi tempat diskusi para ilmuwan, selain itu pemerintah juga tidak mau mereka berdiskusi tanpa pembimbing, pemerintah mengundang ilmuwan-ilmuwan baik itu dari dalam negeri ataupun luar negeri. Mereka diajarkan untuk translasi (menerjemahkan kedalam bahasa arab), deskripsi, sintesis, kreasi dan kemudian di inovasi.. perhatian pemerintah inilah yang dapat membuat masyarakatnya semangat dan mau belajar dan berkreasi untuk mengaktualisasikan diri.
Dari data pada masa bani abassiyah kita seharusnya dapat mencontoh apa yang dilakukan oleh pemerintah pada saat itu untuk memajukan pendidikan. Semua ini bisa kita aplikasikan minimal pada diri kita sendiri untuk bisa memanfaatkan fasilitas perpustakaan UIN SUKA agar bisa lebih berguna.

yuli nur kholid mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
yuli nur kholid mengatakan...

NAMA :YULI NUR KHOLID
NIM: 08410155
E-MAIL: kholid_djone@yahoo.com
webite :smaniszone.blogspot.com

Value historis dari masa keemasan dinasti abbasiyah sekiranya tepat untuk ditawarkan untuk meronstruksi peradaban bangsa kita.
lebih menfokuskan diri pada upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga masa pemerintahandinasti abbasiyah ini dikenal sebagai masa keemasan peradaban Islam . Meraka memberikan fasilitas berupa materi atau finansial dan tempat untuk terus melakukan berbagai kajian ilmu pengetahuan malalui bahan-bahan rujukan yang pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat sebelumnya. Kebijakan tersebut ternyata membawa dampak yang sangat positif bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan sains yang membawa harum dinasyi ini.
Sekilas itu tadi adalah gambaran dinasti Abbasiyah, selanjutnya membahas konteks bangsa kita,
rencana pembangunan gedung DPR yang anggaranya 1,6 trilyun sangat tidak logis untuk direalisasikan. menilik motif dari rencana tersebut tampaknya menurut hemat komentator tidak ada argumen yang dapat dibenarkan.
Mengingat kalimat “mencerdaskan kehidupan bangsa” pada pembukaan UUD 45 yang merupakan tujuan disusunnya sebagai landasan bangsa, semestinya anggota DPR lebih pandai memahaminya untuk melaksanakan consensus dan amanah luhur bangsa tersebut. Tidak kok malah bersikap seperti anak-anak yang manja.
Sikap kekanak kanakan itu berimplikasi pada kebijakan yang dihasilkan, sebagai contoh nyata pembangunan gedung baru yang mewah nan megah. Keinginan itu dalam kondisi bangsa yang seperti saat ini sangat tidak bijaksana untuk dimengerti, dan belum tepat untuk direalisasikan. Mementingkan hal yang tidak prioritas atas alasan materialism, glamorism, manjaism itu bukti bahwa pola fikir anggota DPR yang tidak berwawasan visioner dan jauh bijaksana. Tugas mulia yang mustinya diemban sebagai wakil rakyat ternyata tidak direpresentasikan dengan kebijakan yang sesuai landasan bangsa UUD 45 dan tidak berdasar pada pemikiran demokrasi “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”, justru ditampilkan dalam bentuk kemanjaan, kekanak-kanakan, keglamoran, yang tidak melihat kondisi dan situasi rakyat.
Sepertinya kita perlu mengingat kembali pernyataan Guru bangsa K.H. Gus Dur yaitu “DPR seperti anan TK”, bahkan beliau sempat mengeluarkan dekrit pembubaran DPR karena kondisi DPR yang sangat memperihatinkan.
Terlepas dari kritik tersebut, Menurut hemat komentator,
Merekonstruksi dari masa zaman pemerintah abbasiyah yang kebijakan politiknya sangat visioner, sekiranya perlu ditawarkan kembali untuk mensikapi kondisi pendidikan bangsa kita. Perlu ada political will dari petinggi negara yang dalam hal ini legeslatis untuk perhatian terhadapat pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Seharusnya anggota DPR bersikap arif dalam mensikapi hal-hal yang prioritas dalam rangka pembangunan bangsa dari segala aspek yang kuncinya terletak pada pendidikan.
Dengan Sedikit sikap “tirakat” yang dipesankan gugu-guru kita, menanggalkan keinginan pembangunan gedung yang bernilai 1,6 trilyun sekiranya dapat dialihkan untuk hal-hal prioritas yaitu memberikan perhatian, dorongan,fasilitas terhadap pendidikan, kesejahteraan masyarakat, menghidupkan ekonomi rakyat, mengentaskan kemiskinan, dan hal-hal lain yang logis, realistis dan bermanfaat untuk dilaksanakan.
Sikap “tirakat”/ kesungguhan disini merupakan solusi yang ditawarkan komentator yang direkonstruksi dari kejayaan dinasti Abbasiyah yang memprioritaskan perkembangan ilmu pengetahuan sebagai salah satu indicator kemajuan suatu peradaban. Para kholifah dimasa abbasiyah bertirakat untuk tidak ekspansi namun bersungguh-sungguh perduli terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Adjie_MaSunu mengatakan...

NAMA : SUNU PRASETYO N
NIM : 08410162

Pada masa Al-Ma’mun inilah Bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan, kekota inilah para pencari datang berduyun-duyun, dan pada masa ini pula kota Bagdad dapat memancarkan sinar kebudayaan dan peradaban islam keberbagai penjuru dunia. Bangunan-bangunan atau sarana untuk penndidikan pada masa
Abbasiyah yaitu:
• Madrasah yang terkenal ketika itu adalah madrasah Annidzamiyah, yang didirikan oleh seorang perdana menteri bernama Nidzamul Muluk (456-486 M). Bangunan madrasah tersebut tersebar luas di kota Bagdad, Balkan, Muro, Tabaristan, Naisabur dan lain-lain.
• Kuttab, yakni tempat belajar bagi para siswa sekolah dasar dan menengah.
• Majlis Munadharah, tempat pertemuan para pujangga, ilmuan, para ulama, cendikiawan dan para filosof dalam menyeminarkan dan mengkaji ilmu yang mereka geluti.
• Darul Hikmah, gedung perpustakaan pusat
Semuanya itu Sebagai buktinya Al-Makmun mengubah Baitul Hikmah yang hanya sebagai perpustakaan saja di berikan fasilitas untuk menjadi tempat diskusi para ilmuwan, selain itu pemerintah juga tidak mau mereka berdiskusi tanpa pembimbing, pemerintah mengundang ilmuwan-ilmuwan baik itu dari dalam negeri ataupun luar negeri. Mereka diajarkan untuk translasi (menerjemahkan kedalam bahasa arab), deskripsi, sintesis, kreasi dan kemudian di inovasi.. perhatian pemerintah inilah yang dapat membuat masyarakatnya semangat dan mau belajar dan berkreasi untuk mengaktualisasikan diri.
Seharusnya, Para pengusaha melihat pemerintahan Bani Abbasiyah untuk diterapkan pada saat ini karena Kita liat realita saat ini, banyak pro kontra akan dibangunnya gedung baru DPR yang memakan biaya yang tak murah itu padahal gedung DPR yang lama masih layak pakai. Setidaknya pembangunan gedung DPR diimbangi dengan pembangunan pendidikan di Indonesia ini seharusnya para penguasa memahami hal ini. Akan tetapi mereka lebih mementingkan kepentingan sendiri dari pada kepentingan orang lain, Well,, kalau memang nanti para penguasa setelah gedung itu berdiri dengan megah dan membuktikan akan memajukan sector pendidikan dan lainnya di Indonesia ini maka kita patut bangga dengan mereka tapi jika memang yang demikian itu tidak terlaksana maka kita sebagai penerus bangsa harus melakukan perubahan dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada disekitar kita untuk kita manfaatkan sebaik mungkin dengan mendatangi perpustakaan, berdiskusi, dan lain sebagainya.
Karena Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Barang kali dengan mengubah paradigma yang ada di Indonesia sehingga kita akan merubah Indonesia ini menjadi maju dan berkembang seperti yang diinginkan semua orang.

ONEPIECE mengatakan...

Nama : Wisnu Heri Sasono
NIM : 08410171
Pada masa bani abbisayah adalah masa kejayaan islam, yang pada masa ini mulai berkembangnya pendidikan dan peradapan islam. Dan dalam masa ini juga system pememerintahan sangat structural. Karena pada masa ini, pemerintahan dibnetuk semcam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat wazir sebagai koordinator dari kementrian yang ada, Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara disamping membenahi angkatan bersenjata.
Dia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.
Apabila direkonstruksikan pada masa sekarang, hampir sama system pemerintahan Indonesia. Tetapi dikaitkan dengan dengan Negara Indonesia tentang DPR, sebenarnya tugas DPR itu sudah terlaksakah, inilah menjadi pertanyaan kita semua. Contohnya saja tentang rencana pembangunan gedung DPR, menurut penulis bahwa pembanguna gedung DPR itu tidak efektif, mending dana yang akan digunakan dalam pembangunan gedung DPR digunakan untuk kesejahteraan rakyat, pendidikan atapun membantu msyarakat miskin.
Utnuk solusinya, seharusnya anggota DPR harus menjalankan amanah yang ada di pundaknya masing. Jangan memikirkan diri sendiri ataupun organisasi lain tetapi DPR harus memikirkan apakah rakyat. Apakah rakyat sudah sejahtera, sudah mendapatkan pendidikan dll. Bisa kita lihat bahwa bani abbsiyah hancur karena penguasa mementingkan diri sendiri dan kemegahan.

Titi Fathiyatul Fadilah mengatakan...

PENJELASAN Menteri Pendidikan Nasional mengenai Rencana Strategis Pembangunan (renstra) pembangunan pendidikan nasional dan renstra kementerian pendidikan nasional 2010-2014 pada Rabu (01/09) di Gedung dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dinilai tidak konsisten. Hal itu disampaikan Ferdiansyah, anggota Komisi X dari Fraksi Partai Golkar.

Ferdiansyah, pertama membahas mengenai permintaan dana tambahan dari Kementrian Pendidikan Nasional sebesar 3. 85 trilyun rupiah diluar dana yang dialokasikan dari APBN 2010 yakni sebesar 50.3 triliun. Mendiknas dalam laporannya menegaskan kekurangan dana tersebut terutama diperuntukkan kepada DIKTI, sebagai dana untuk pemanfaatan riset dan beasiswa.

“Yang perlu dipertanyakan di sini adalah dampak atas kinerjanya bagaimana? Jangan fokus pada mutu dulu, tetapi akses. Misalnya, mengenai usia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang mesti terakses 75 persen hingga target 2015. kenyataannya, kan belum semuanya terakses hingga 75 persen,” ia menjelaskan usai rapat kerja antara Kementerian Pendidikan Nasional dengan Komisi X DPR RI.

Selain mengkritisi masalah akses yang kurang, Ferdiansyah juga mengkritisi wajib pendidikan 9 tahun yang menurutnya belum tuntas di seluruh Indonesia. Misalnya seperti angka partisipasi kasar (APK) SD yang belum mencapai 100 persen.

“Perlu adanya politik anggaran dan fokus pada bidang tertentu, sehingga lebih terarah.”

Fokus menurutnya juga harus diterapkan pada pendidikan vokasi, yakni dengan menaruh spesialisasi pada beberapa bidang yang bisa langsung menghasilkan jasa seperti mesin.

“Mengenai pendidikan vokasi ini aneh. Apalagi penerapan target 70:30 untuk SMK dan SMA. Semestinya ada peningkatan kualitas lulusan SMK dari menambah jumlah SMK secara keseluruhan. Dari awal saya sudah menentang.”

Terakhir, ia menyoroti permasalahan kesenjangan mengenai alokasi dana untuk pendidikan menengah dan perguruan tinggi. Dalam laporan anggaran, Mendiknas mengatakan bahwa alokasi dana pendidikan untuk pendidikan menengah sebesar 6 persen sementara perguruan tinggi 47 persen.

“Ini kan tidak logis. Masa perbandingannya terlalu jauh. Semestinya bisa lebih proporsional perbandingannya,” ia menutup wawancara. Utami Diah

weni nurdiana mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
weni nurdiana mengatakan...

NAMA : WENI NURDIANA
NIM : 08410089

sekilas kita dapat melihat perkembangan pendidikan pada masa bani abbasiyah dari berapa peninggalan nya itu sperti halnya bangunan-bangunan atau sarana untuk penndidikan pada masa
Abbasiyah yaitu:
• Madrasah yang terkenal ketika itu adalah madrasah Annidzamiyah, yang didirikan oleh seorang perdana menteri bernama Nidzamul Muluk (456-486 M). Bangunan madrasah tersebut tersebar luas di kota Bagdad, Balkan, Muro, Tabaristan, Naisabur dan lain-lain.
• Kuttab, yakni tempat belajar bagi para siswa sekolah dasar dan menengah.
• Majlis Munadharah, tempat pertemuan para pujangga, ilmuan, para ulama, cendikiawan dan para filosof dalam menyeminarkan dan mengkaji ilmu yang mereka geluti.
• Darul Hikmah, gedung perpustakaan pusat
Semuanya itu Sebagai buktinya Al-Makmun mengubah Baitul Hikmah yang hanya sebagai perpustakaan saja di berikan fasilitas untuk
menjadi tempat diskusi para ilmuwan, selain itu pemerintah juga tidak mau mereka berdiskusi tanpa pembimbing, pemerintah mengundang
ilmuwan-ilmuwan baik itu dari dalam negeri ataupun luar negeri. Mereka diajarkan untuk translasi (menerjemahkan kedalam bahasa arab),
deskripsi, sintesis, kreasi dan kemudian di inovasi.. perhatian pemerintah inilah yang dapat membuat masyarakatnya semangat dan mau
belajar dan berkreasi untuk mengaktualisasikan diri.
saat kita melihat begitu semangatnya pemerintah untuk memajukan pendidikan pada saat itu patut kita acungkan jempol.
di sisi lain kita dapat melihat perkembangan pendidikan di indonesia , memank bisa di katakan maju pesat, tapi apa? kemajuan itun hanya dapat di rasakan oleh mereka kaum orang kaya yang hidup dengan kemewahan, disisi lain apa imbalan kemajuan negara untuk rakyatnuya yang miskin..
Seperti halnya di kepemerintahan Indonesia sekarang ini terjadi perombakan besar-besaran dalam pembangunan. Tetapi hal tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan taraf pendidikan, yang terjadi adalah kesenjangan. Kesenjangan tersebut kurang bijaknya pihak pemerintah sendiri, yaitu:
1. Kurang memperhatikan tingkat kesejahteraan guru sehingga berpengaruh pada kualitas pendidikan di Indonesia.
2. Realisasi anggaran pendidikan yang masih sedikit sekitar 20% dari APBN dan anggaran itupun tidak terealisasikan dengan baik, dan masih banyak lagi.

Angaran-angaran yang ada di Indonesia itupun banyak terfokuskan pada pembangunan yang kurang bermanfaat, misal: biaya operasional kunjungan diplomasi lintas negara, biaya pembangunan infrastruktur, untuk gaji wakil rakyat yang berlebihan serta memanjakan pejabat pemerintah, dan lain-lain. kalupun alokasi dana tersebut diberikan untuk tanbahan dana pendidikan dan pemerintah lebih memperhatikan terhadap pendidikan jika tidak seperti itu, maka apa yang akan terjadi terhadap indonesia?n entahlah......

udin mengatakan...

Nama : Akhmad Zaenudin
Nim : 08410124
Kelas : PAI D
No : 19

Rekontruksi bani Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah adalah dinasti yang paling lama berkuasa,dan dinasti yang maju peradabannya,baik dalam bidang ekonomi,social,maupun pendidikan.Kemajuan yang paling menonjol adalah ketika tampu kekuasaan dipegang oleh Harun Ar-Rasyid dan Al-Ma’mun.Pada masa itu ilmu pengetahuan berkembang pesat sekali,banyak ilmuan yang dilahirkan pada masa itu,bahkan Abbasiyah pada masa itu menjadi kiblat pendidikan bagi bangsa-bangsa lain.Semua tu terjadi karena adanya beberapa factor,diantaranya yaitu :
• Adanya semangat yang kuat dari setiap masyarakat untuk melakukan pendidikan dan ini sudah menjadi budaya masyarakat yamg sering disebut dengan learning society (adanya masyarakat pembelajar).
• Adanya dukungan dari pemerintah untuk memajukan pendidikan,hal itu terjadi karena pemimpin pada masa itu cinta akan ilmu pengetahuan.
Dari sedikit uraian diatas dapat kita ambil suatu nilai cinta akan ilmu pengetahuan,hal ini dapat kita rekontruksi ulang ke masa sekarang mengenai realita yang sedang terjadi di bangsa kita yaitu kurang konsennya pemimpin dan DPR kita dalam persoalan pendidikan.Hal ini terbukti dengan minimnya anggaran dana pendidikan yang diberikan oleh pemerintah,sehingga tidak khayal lagi jika masih banyak masyarakat bangsa kita yang tidak mampu mengenyam dunia pendidikan.Serta adanya kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang hanya lebih mengutamakan kepentingan sepihak tanpa memperhatikan kepentingan masrakakat banyak,terutama dalam hal pendidikan.Hal yang masih hangat diperbincangkan adanya oknum anggota DPR kita yang tertangkap basah dalam siding menonton film yang tidak layak untuk dilihat,apalagi mengingat ia sebagai wakil rakyat yang seharusnya menjadi contoh dan panutan mayrarakat.Semua itu bisa terjadi karena minimnya kecintaan pemimpin-pemimpin kita akan dunia pendidikan.Untuk itu perlu kita teliti ulang sebelum kita memilih mereka menjadi pemimpin-pemimpin kita.Perlu kita tanamkan cinta akan ilmu pengetahuan kepada generasi-generasi muada,agar nantinya jika mereka menjadi seorang pemimpin diharapkan akan lebih memperhatikan,dan mengembangkan ilmu pengetahuan daripada kepentingan-kepentingan pribadi atau sepihak.Karena untuk memajukan suatu ilmu pegetahuan hal yang paling pertama dilakukan, kita harus mencintai dulu ilmu pengetahuan itu.jika kita sudah cinta maka rintanga apapun akan dihadapi,untuk itu tidak mustahil lagi pendidikan bangsa kita akan berkembang pesat seperti bangsa-bangsa lain,jika rasa cinta akan ilmu pengetahuan sudah tertanam dalam jiwa setiap masyarakatnya,terutama pada jiwa para pemimpin-pemimpin kita.Semoga hal ini bukan menjadi angan-angan belaka,suatu saat nanti aan ada pencerahan dari pemimpin-pemimpin kita yang sangat dinanti-nantikan oleh setiap mayarakat.

encip mengatakan...

Nama : SUCIPTO
NIM : 08410189
Email : en_cipto@yahoo.com
My comment:
Sangat menarik ketika membahas masalah pendidikan dan dikaitkan pemerintahan di Indonesia saat ini. Ibaratkan bumi dan langit. Pendidikan Indonesia masih merangkak di “tanah”, sedang pemerintah, dalam hal ini DPR, terbang di “langit”. Bagaimana tidak, kondisi saat ini yang sudah kita ketahui bersama, bahwa DPR sedang merencanakan membangun gedung baru senilai 1,2 Triliun..dengan biaya tiap ruangan mencapai 800 juta….woouwww!!! FANTASTIS! Bisa kita hitung dengan dana sebesar itu: berapa ratus sekolah yang bisa dibangun? Berapa ratus gedung sekolah yang bisa diperbaiki? Berapa ratus guru honorer yang bias disejahterakan? Berapa ribu anak-anak miskin bisa disekolahkan? Kemudian yang ingin saya tanyakan kepada “mereka” (anggota DPR) adalah, tidak ingatkah mereka dari mana dulu di belajar? Tidak ingatkah mereka siapa yang dulu mengajar mereka di bangku sekolah? Tidak pedulikah mereka dengan keadaan orang-orang yang sudah membuat mereka menjadi pintar seperti sekarang? Butakah mereka dengan kondisi masyarakat di sekitar mereka?
Miris memang, ditengah pendidikan bangsa yang belum ada kemajuan, ratusan gedung sekolah yang kondisinya memprihatinkan, dana 20% APBN untuk pendidikan yang belum terealisasikan..ee..tiba-tiba anggaran sekian besar di gelontorkan hanya untuk kepentingan segelintir orang dengan mudah terealisasikan. Para pemimpin kita telah kehilangan nurani. Sebagai wakil rakyat mereka tidak peduli pada yang diwakili. Di tengah kehidupan masyarakat yang miskin,mereka bersikap hedonis dan konsumtif. Begitulah wajah para pemimpin negeri ini.
So what can we doing?
Sangat bijak ketika kita mencoba belajar dari para pemimpin Islam pada zaman dahulu, khusus dalam bahasan ini adalah pada zaman Daulah Abassiyah. Zaman keemasan peradaban (pendidikan) Islam yang berlangsung selama kurang lebih lima abad (750-1258 M). Hal ini dibuktikan oleh keberhasilan tokoh-tokoh Islam dalam menjalani keilmuan dan dengan karya-karyanya. Mulai dari aliran fiqih, tafsir, ilmu hadis, teologi, filsafat sampai dengan bidang keilmuan umum seperti matematika, astronomi, sastra sampai ilmu kedokteran.
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun al-Rasyid (768-809 M) dan puteranya al-Ma’mun (813-833 M). Masa pemerintahan Harun al-Rasyid yang 23 tahun itu merupakan permulaan zaman keemasan bagi sejarah dunia Islam bagian timur. Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Al-Ma’mun pengganti al-Rasyid dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa al-Ma’mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Bisa kita ambil pelajaran yang sangat penting dari sejarah tersebut. Khalifah Harun al-Rasyid dan Al Ma'mun adalah sosok pemimpin yang mencintai ilmu, memperhatikan kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan, kekayaan negara dialokasikan untuk kemajuan bangsa. Mereka tidak menggunakan kekayaan untuk kepentingan pribadi. Hasilnya seperti yang kita ketahui, di masa pemerintahan merekalah Islam mencapai puncak kejayaan.
Lalu bagaimanakah dengan pemimpin di negara kita?Dengan meneladani sosok kepemimpinan seperti Harun al-Rasyid dan Al Ma'mun adalah salah satu jawabannya.

daluti mengatakan...

nama: daluti delimanugari
nim: 08410183
rekonstruksi
1. pada masa ini pemerintahan bani abbasiyah sangat perduli dengan pendidikan, terbukti dengan dibangunnya madrasah, universitas, dan ilmu kedokteran, pemerintahnya juga menggalakan penterjemahan buku, bagi mereka jika ingin peradabannya maju maka bangunlah lewaat pendidikan. hal ini jika kita terapkan di negera kita pemerintahannya harus peduli dengan pendidikn jangan hanya memikirkan kepentingan pribadi. pendidikan harus nomer satu dan pemerintah harus menggalakan anak didiknya untuk kutu buku.
2. pemerintahan ini juga sangat menghormati dan menghargai pertanian dengan dibuktikan pajaknya sedikit dan kadang juga tidak menerima pajak. untuk Indonesia sebaiknya mencontoh sebagai negara agraris kita harus peduli pada rakyat bawah khususnya petani yang membangun ekonomi mikro. apalagi negara kita itu adalah negara agraris tetapi malah banyak mengimpor bahan makanan. sebaiknya pendidikan di Indonesia mengarah pada potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia.

Teguhpurnomo mengatakan...

Nama : Teguh Purnomo
Nim : 08410131
No absen : 21
E-Mail :teguhpurnomo11@yahoo.com
komentar :
Berbicara tentang pendidikan pada era abbsiyah dengan pendidikan jaman sekarang sangadlah bertolak belakang,pendidkan pada era abbasiyah yaitu banyak didirikan lembaga-lembaga pendidikan,fasilitas pendidikan seperti dibangunnya perpustakaan, sekolah dan juga pemimpin yang cinta akan ilmu pengetahuan. sedangakan pendidikan pada masa sekarang jauh sangad berbeda dengan pendidan pada era abbasiyah,pada masa sekarang anggota DPR lebih mementingkan pembangunan gudung yang menjulang tinggi dan menghabiskan dana 800 juta per ruang yang itu seharusnya bisa dialokasikan untuk pendidikan yang bukan Cuma hanya 20 % saja dari anggaran belanja Negara,begitu banyak sekolah yang masih tidak layak dan hampir roboh,dibandingkan dengan harus memperbaiki gedung DPR yang masih berdiri kokoh dan belum roboh,alangkah indahnya jika pemimpin kita bisa mencontoh pemimpin pada era abbasyah,pasti kita semua akan bangga bukan Cuma membicarakan gedung baru tetapi bisa membicarakan gedung sekolah yang hampir roboh,sungguh prihatin dengan para pemimpin di Negara Indonesia ini,belum lagi kelakuan anggota DPR yang sangadlah memalukan dan tidaklah patut untuk dicontoh layaknya seorang khalifah yang harusnya menjadi panutan masyarakat semua,lihat saja salah satu anggota DPR yang baru-baru kemaren kepergok dan tertangkap oleh media sedang menonton video porno saat rapat berlangsung. SUNGGUH MEMALUKAN BUKAN??????? TERLALU!!!!!!!!

Chiis Boemen mengatakan...

Nama : Fil Isnaeni
NIM : 08410144
Pemerintah tidak memerhatika Pendidikan di INdonesia, salah satu upaya untuk pembaharuan pendidikan di Indonesia.
Pendidikan Islam merupakan upaya sadar, terstruktur, terprogram, dan sistematis yang bertujuan untuk membentuk manusia yang berkarakter (khas) Islami. Antara lain:
Pertama, berkepribadian Islam (shaksiyah islamiyah). Ini sebetulnya merupakan konsekuensi keimanan seorang Muslim. Intinya, seorang Muslim harus memiliki dua aspek yang fundamental, yaitu pola pikir (’aqliyyah) dan pola jiwa (nafsiyyah) yang berpijak pada akidah Islam.Untuk mengembangkan kepribadian Islam, paling tidak, ada tiga langkah yang harus ditempuh, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw., yaitu:
1. Menanamkan akidah Islam kepada seseorang dengan cara yang sesuai dengan kategori akidah tersebut, yaitu sebagai ‘aqîdah ‘aqliyyah (akidah yang muncul dari proses pemikiran yang mendalam).
2. Menanamkan sikap konsisten dan istiqâmah pada orang yang sudah memiliki akidah Islam agar cara berpikir dan berprilakunya tetap berada di atas pondasi akidah yang diyakininya.
3. Mengembangkan kepribadian Islam yang sudah terbentuk pada seseorang dengan senantiasa mengajaknya untuk bersungguh-sungguh mengisi pemikirannya dengan tsaqâfah islâmiyah dan mengamalkan ketaatan kepada Allah SWT.
Kedua, menguasai perangkat ilmu dan pengetahuan (tsaqâfah) Islam. Islam telah mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu. Berdasarkan takaran kewajibannya, menurut al-Ghazali, ilmu dibagi dalam dua kategori, yaitu:
1. Ilmu yang termasuk fardhu ‘ain (kewajiban individual), artinya wajib dipelajari setiap Muslim, yaitu tsaqâfah Islam yang terdiri dari konsepsi, ide, dan hukum-hukum Islam; bahasa Arab; sirah Nabi saw., Ulumul Quran, Tahfizh al-Quran, ulumul hadis, ushul fikih, dll.
2. Ilmu yang dikategorikan fadhu kifayah (kewajiban kolektif); biasanya ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi serta ilmu terapan-keterampilan, seperti biologi, fisika, kedokteran, pertanian, teknik, dll.
Ketiga, menguasai ilmu kehidupan (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni/IPTEKS). Menguasai IPTEKS diperlukan agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan baik. Islam menetapkan penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu jika ilmu-ilmu tersebut sangat diperlukan umat, seperti kedokteran, kimi, fisika, industri penerbangan, biologi, teknik, dll. Begitu pula dengan penguasaan terhadap seni, dimana seni merupakan sesuatu yang dibutuhkan pula baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menyelaraskan teknologi dengan fitrah manusia yang menyenangi keindahan (sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan syara’).
Keempat, memiliki keterampilan yang memadai. Penguasaan ilmu-ilmu teknik dan praktis serta latihan-latihan keterampilan dan keahlian merupakan salah satu tujuan pendidikan Islam, yang harus dimiliki umat Islam dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT. Sebagaimana penguasaan IPTEKS, Islam juga menjadikan penguasaan keterampilan sebagai fardlu kifayah, yaitu jika keterampilan tersebut sangat dibutuhkan umat, seperti rekayasa industri, penerbangan, pertukangan, dan lainnya.

Nasikhun Amin mengatakan...

Nama : Nasikhun Amin
NIM : 08410096
Kelas : PAI D

Wakil rakyat, hmmmm nama yang tak asing lagi terdengar di telinga kita, tetapi selama ini yang sering terdengar ditelinga kita adalah kejelakan para wakit yakyat yang mulia itu. Mulai dari terpegoknya menonton video porno oleh wartawan, tertangkap oleh “jaring” KPK, pengusulan kenaikan gaji (padahal belum ada prestasi yang mencolok), hingga isu terbaru adalah rencana pembangunan gedung DPR baru yang ditaksir menghabiskan dana 1,2 trilyun.

Dipikir dengan akal jongkok saja, tingkah para wakil rakyat benar- benar lucu. Tugas mereka sebenarnya sebagai wakil aspirasi suara rakyat, tetapi kenyataanya telinga mereka “tuli” akan tangisan para akar rumput. Rakyat kecil yang serba kekurangan akan kebutuhan untuk survive, untuk mengenyam pendidikan, tetapi para yang mulia diistana malah menuntut penambahan, penggantian fasilitas yang sudah ada.

Diharapkan para pemimpin dan wakil rakyat yang mulia di sana bisa meniru gaya kepemimpinan masa abbasiyah saat di pimpin Khalifah Harun al-Rasyid yang selain melakukan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah yang memang sudah luas juga. Beliau sangat memikirkan pendidikan dengan mendirikan tempat belajar yang di fasilitasi oleh negara secara penuh berupa baitul hikmah yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan pendidikan pada masa itu.

Dalam hal ini para wakil rakyat dan pemimpin bisa meniru sacercak hak yang telah dilakukan Khalifah Harun Ar- Rasyid yang memperjuangkan pendidikan dengan memberikan fasilitas yang memadahi untuk pendidikan.

GuaRd anGels mengatakan...

Nama: AISYIYAH
NIM : 08410154
E-Mail: aisyiyahpunya@yahoo.com
Homesite: www.angelspunya.blogspot.com

komentar:
Pemerataan pendidikan di Indonesia belumlah sempurna,apanila di bandingkan dengan era Abbasiyah, yang begitu memperhatikan tentang pendidikan..
apalagi dengan rencana DPR untuk membangun gedung mewah, yang jelas-jelas memakan biaya tidak sedikit. pemerintahan sekarang lebih cenderung memperkaya diri sendiri dan bersifat egois yang tidak perduli dengan nasib rakyat...
padahal kewajiban pemerintah adalah dari rakyat, untuk rakyat..jadi apapun kebutuhan rakyat harus dilayani dengan baik dan maksimal.seharusnya pemerintah lebih memikirkan nasib rakyat, yang dijaman sekarang masih hidup dalam kemiskinan dan tidak mengenyam pendidikan yang layak, padahal siatu bangsa itu dikatakan berhasil apabila seluruh rakyatnya dapat mengenyam pendidikan di segala sektor pendidikan, sehingga menciptakan lapangan kerja yang continue. bukan memperindah sutu sektor saja, hanya cover saja dalam pemerintahan,yang menghabiskan dana jor-joran untuk membangun suatu gedung, yang tidak ada manfaat nya bagi orang banyak. padahal uang begitu banyaknya dapat memperbaiki pendidikan yang terpuruk dan memberi bantuan kepada fakir miskin yang nyata-nyata nya dapat bermanfaat.
jadi pemerintah jangan hanya menutup mata dan acuh tak acuh terhadap rakyatnya, serta minim prestasi kinerja pemerintah tetapi memaksimalkan tanggungjawab sebagai tugas pemerintah

mumuno mengatakan...

Nama : Munifah Ahmad
NIM : 08410013

Sangat miris sekali melihat fenomena mengenai rencana pembangunan gedung DPR di negara kita ini. Karena selama ini pemerintah belum optimal dalam menyelesaikan berbagai macam probematika di negara ini, terutama dalam bidang pendidikan. Dengan adanya pembangunan gedung DPR merupakan salah satu bentuk ketidakseriusan pemerintah dalam mengelola pemerintahannya. Andaikan saja biaya pembangunan gedung DPR yang mencapai angka “wow” dialokasikan untuk memperbaiki dan mengembangkan kebutuhan pada sektor pendidikan, maka tak ayal pendidikan di negara Indonesia dapat berkembang sesuai tuntutan zaman.

Fenomena di negara ini dapat kita lihat juga pada masa dinasti Abbasiyah. Peradaban Dinasti Abbasiyah sangat berkembang dengan pesat, terutama pada bidang pendidikan. Banyak madrasah, perpustakaan dan tempat peribadatan dibangun disertai dengan pendidik yang berkompeten dibidangnya. Beberapa pembangunan fisik yang dilakukan oleh para Khalifah Bani Abbasiyah antara lain :
a.Kuttab, yaitu tempat belajar dalam tingkatan pendidikan rendah dan menengah.
b. Majlis Muhadharah,yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
c.Darul Hikmah, Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar.
d. Madrasah, Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang mula-mula mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada sampai sekarang ini, dengan nama Madrasah.
e.Masjid, Biasanya dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus.

Namun semua itu tidak diimbangi dengan sistem pemerintahan yang kuat. Maka semakin lama dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran dan kehancuran. Hal ini bisa menjadi sebuah value untuk negara Indonesia, agar pembangunan dalam bidang apapun tidak luput diimbangi dengan pembangunan dalam bidang pendidikan, baik fisik maupun non fisik. Tak lupa pertahanan negara perlu dikembangkan dan dipertahankann untuk menghadapai arus globalisasi.

anift.com mengatakan...

Nama : Anifatul Musarofah
NIM : 08410036
Pembangunan gedung DPR di negara kita terkesan hanya memperkaya diri, karena membangun gedung bertrilyun-trilyun namun tidak melihat warga yang tinggal di kolong jembatan. Dapat dikatakan bahwa pemimpin itu pintar, cerdas tapi tidak punya iman, tidak berhati. Coba biaya pembangunan gedung di alokasikan dan dananya buat sekolah gratis atau beasiswa kuliah, pasti akan lebih bermanfaat. Maslakhah walmursalah. Pemimpin rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Demokrasi pemilu di Indonesia belum berjalan. Hanya dari rakyat, oleh rakyat untuk penguasa.
Hal tersebut dapat kita lihat pada masa Daulah Abbasiyah yang menganut sistem desentralisasi. Segala bentuk pembangunan digerakkan langsung oleh pemerintahan. Banyak pembangunan fisik yang ditujukan untuk memenuhi sarana-prasarana pendidikan maupun non pendidikan. Namun pemerintah hanya mementingkan segala aspek pembangunan saja. Sehingga pertahanan negara lalai digerakkan dan dipertahankan, dan berujung pada kehancuran Dinasti Abbasiyah.

Hamba Allah mengatakan...

Nama : Halim Nurahman
NIM : 08410174

Assalamualaikum Wr.Wb.

Persoalan mengenai pembangunan gedung DPR yang baru cukup mengundang pro dan kontra dari berbagai kalangan. Dari kalangan pendidikan misalnya, pembangunan tersebut terkesan menghamburkan2 uang, coba digunakan untuk membangun pendidikan lebih maju lagi, coba digunakan untuk membangun sekolah-sekolah yang lebih layak. Karena tidak sedikit sekolah-sekolah yang belum layak disebut sekolah, misal di daerah pelosok. Lalu terkait dengan persoalan mengenai DPR yang belum konsen membangun pendidikan maka kita lihat dulu pada zaman Bani Abassiyah, pada masa itu Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, dan mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.

Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Mengapa pada masa Bani Abassiyah pada zaman khalifah Harun Al-Rasyid dan Al-Ma'mun mengalami puncak kejayaan, ini disebabkan karena Beliau-beliau ini mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik, Harun Al-Rasyid, beliau adalah khalifah yang baik, Beliau walaupun sebagai khalifah tidak pernah sekalipun meninggalkan shalat kecuali ada uzur. dan juga beliau sering bersedekah. Terlebih lagi beliau adalah orang yang mencintai ilmu dan para penuntut ilmu. Al-Ma'mun, beliau adalah khalifah yang memiliki intelektual tinggi dan sangat mencintai ilmu pengetahuan. Tidak heran karena beliau anak dari khalifah Harun Al-Rasyid yang sebagian sifat bapaknya melekat pada dirinya. Dari uraian tersebut kita bisa mengambil nilai bahwa yang perlu diperbaiki dulu adalah akhlak dari para pemimpin kita, apakah mereka benar-benar memiliki jiwa kepemimpinan ataukah hanya memiliki jiwa kepentingan, baik kepentingan pribadi ataupun golongan. Semoga para pemimpin kita sadar bahwa rakyat butuh seorang pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan, yang sadar betul kondisi rakyatnya. dan ada upaya sadar dari pemimpin tersebut.Amiiin......

Wassalamualaikum Wr. Wb.

alfahmi mengatakan...

nama : M. Khodiq Al Fahmi
nim :08410146
e-mail: mamekcuy@yahoo.com
homesite: www.alfahmicrew.blogspot.com
Baru – baru ini kita banyak mendengar tentang kebijakan pemerintah yang dianggap memihak kaum atas atau bisa disebut para pembesar, karena merekalah yang banyak memiliki uang yang banyak, yang melimpah tanpa peduli bagaimana nasib yang di bawah mereka, berita itu semakin terlihat nyata ketika di layar televisi maupun media yang lainnya banyak beredar isu – isu tentang pembangunan gedung DPR yang baru yang sampai bernilai jutaan bahkan milyaran rupiah, dalam pemberitaan berkisar 1,6 milyar rupiah, padahal jika dilihat rakyat di negara ini masih jauh dari kata sejahtera, mereka hanya mementingkan kuantitas bukan kualitas, jika kita tengok dari negara – negara yang maju, atau bisa dikatakan lebih berkembang dari negara kita, mereka mengutamakan sisi pendidikan karena banyak yang berpandangan bahwa negara yang maju adalah negara yang berkembang pendidikannya, kenapa dana yang begitu besar tidak dialokasikan ke bidang pendidikannya, pendidikan di negara ini masih jauh dari berkembang, bahkan cenderung stagnan/berjalan ditempat, karena pemerintah sendiri kurang begitu memperhatian bidang pendidikan, mulai dari fasilitas sekolah, kualitas pengajar, kesejahteraan guru dll. Masalah yang ada pun semakin lama semakin menumpuk hingga tidak tahu masalah apa yang harus di tangani mlah mempercantik diri tapi didalamnya kopong.
Jika kita menengok pada pemerintahan di masa pemerintahan bani Abassiyah khususnya pemerintahan Harun Ar-Rasyid dan anaknya Al-makmun, negara itu sangat berkembang pesat bahkan menjadi sebuah daulah yang di perhitungkan di kancah dunia, banyak negara – negara lain mengiblat daulah tersebut,ini semua disebabkan pendidikan pada zaman itu berkembang dengan pesat karena pemerintahan pada saat itu sangat memperhatikan pendidikan, dana banyak yang dilokasikan untuk pendidikan bukan untuk kepentingan diri pribadi pemerintah. Sebagai buktinya Al-Makmun mengubah Baitul Hikmah yang hanya sebagai perpustakaan saja di berikan fasilitas untuk menjadi tempat diskusi para ilmuwan, selain itu pemerintah juga tidak mau mereka berdiskusi tanpa pembimbing, pemerintah mengundang ilmuwan-ilmuwan baik itu dari dalam negeri ataupun luar negeri. Banyak orang dari negara lain berdatangan untuk manimba ilmu .Mereka diajarkan untuk translasi (menerjemahkan kedalam bahasa arab), deskripsi, sintesis, kreasi dan kemudian di inovasi.. perhatian pemerintah inilah yang dapat membuat masyarakatnya semangat dan mau belajar dan berkreasi untuk mengaktualisasikan diri. Faktor inilah yang menjadikan suatu negara itu berkembang pesat, menjadi central peradaban.
Dari sejarah diatas harusnya pemerintahan kita sadar diri dan mencontoh apa yang di lakukan pada bani abbasiyah, karena dengan begitu bukan tidak mungkin kalau negara kita bisa menjadi central peradaban, dengan memperhatikan bidang pendidikan, atau setidaknya lebih memperhatikan bidang pendidikan yang masih carut marut ini. Tidak lain juga untuk diri kita sendiri dengan sadar diri untuk mau lebih serius dalam mengenyam pendidikan dan terus menggali pendidikan yang ada karena kalu kita hanya mandeg pada suatu pengetahuan atau stagnan maka kita tidak akan berkembang

ufah ieza mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
ufah ieza mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
ufah ieza mengatakan...

Nama : Azizah Ulfayati
NIM : 08410003

Seperti yang kita ketahui, akhir-akhir ini baik di media cetak maupun media elektronik banyak pemberitaan tentang DPR. Diantaranya yaitu tentang rencana pembangunan gedung DPR yang menelan biaya yang tidak murah dan studi banding anggota DPR ke luar negeri dengan dalih untuk meningkatkan kinerja anggota DPR yang juga membutuhkan biaya tidak sedikit. Sebenarnya sah- sah saja apabila DPR ingin studi banding ke luar negeri ataupun membangun gedung DPR yang mewah, jika permasalahan rakyatnya sudah terselesaikan dengan baik dan terbebas dari kemiskinan. Tapi kenyataan yang ada masih banyak masayarakat yang terbelenggu dalam kemiskinan, sehingga masalah pendidikan pun menjadi persoalan utama. Banyak anak-anak di negeri ini yang ingin bersekolah namun apa daya karena keterbatasan biaya keinginan itu hanya menjadi harapan saja.

Sungguh ironis sekali, pemerintah yang seharusnya mengayomi dan memberi kesejahteraan kepada rakyatnya tetapi malah disibukkan dengan studi banding dan pembangunan gedung DPR yang mewah tanpa memikirkan rakyatnya yang belum mengenyam pendidikan dengan layak karena keterbatasan biaya. Dana yang digunakan untuk studi banding ataupun pembangunan gedung DPR lebih baik digunakan untuk rakyat sehingga rakyat dapat hidup layak dan dapat memperoleh pendidikan dengan baik. Seperti yang terjadi pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, dan mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.

Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.Serta puteranya Al-Ma'mun seorang khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Apabila pemerintah di negeri ini mau dan mampu meneladani kekhalifahan pada masa Bani Abbasiyah terutama khalifah Harun Ar-Rasyid dan Al-Ma'mun, maka permasalahan yang terjadi di negeri ini dapat teratasi terutama masalah pendidikan, sehingga tidak ada lagi rakyat yang buta huruf dan buta pengetahuan serta semua lapisan masyarakat dapat mengenyam pendidikan dengan baik.

Iman Perdana mengatakan...

Nama : Ganies Dwi Yuni Putri D
NIM : 08410037

Akhir-akhir ini, pemberitaan di media massa sedang dihebohkan dengan pembangunan gedung DPR baru dengan anggaran senilai Rp 1,138 triliun. Dengan anggaran yang sebesar itu, pembangunan gedung DPR yang baru harus dihentikan. Karena dinilai menambah kerugian rakyat, hal tersebut merupakan pemborosan kas Negara dan DPR lebih mengutamakan kepentingannya sendiri ketimbang kepentingan publik. Biaya 1 triliun lebih sangat kontras dengan kehidupan rakyat yang kenyataannya masih banyak masyarakat miskin di Indonesia. Padahal kebutuhan masyarakat seperti pada sektor pendidikan, kesehatan, dan lain-lain masih sangat membutuhkan perhatian. misal dalam pendidikan, sebaiknya anggaran itu digunakan untuk membangun gedung sekolah atau sarana pendidikan lainnya. Banyak sekolah-sekolah dan fasilitas publik yang rusak, kenapa harus egois dengan membangun gedung DPR yang baru??!?..
Dengan realita tersebut, menunjukkan bahwa pemerintah dan DPR belum konsen terhadap pendidikan. Lalu jika ditarik pada masa zaman bani abbasiyah, pengembangan ilmu pengetahuan pada bani abbasiyah merupakan pengembangan wawasan dan disiplin keilmuwan. Popularitas daulat abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan social. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah Negara islam menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tidak tertandingi. Al-ma’mun pengganti al-rasyid dikenal sebagai khalifah sebagai khalifah cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemah buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemah buku yunani, ia menggaji penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait Al-Hikmah, pusat penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan besar.

Ndhuk Ayu mengatakan...

Nama : Rr. Lis Nugrahani
Nim : o8410038

Harun Ar-Rasyid adalah seorang figur pemimpin yang berada pada pemerintah dinasti abbasyiah, suatu dinasti yang tumbuh dan berkembang setelah dinasti umayyah runtuh pada tahun 132H/750 M.Berdasarkan fakta sejarah, terungkap bahwa pada masa harun ar-Rasyid merupakan masa yang paling gemilang dalam perjalanan peradaban islam. Ketika orag-orang eropa masih berada dalam zaman kegelapan, bagdad yang merupakan ibukota dinasti ini pada masa tersebut justru telah tampil menjadi pusat peradaban, kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cahayanya seluruh dunia.
Kestabilan politik, sosial, dan budaya serta kemampuan ekonomi pada masa tersebut membuat keadaan yang kondusif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan turut membidani lahirnya tokoh-tokoh diberbagai bidang ilmu, seperti jabir ibn hayyan, Ali al-Tabari, al- Razi Ali ibn al-abbas al-Majusi da ibnu sina; pakar-pakar dibidang kedokteran, lalu ibnu rusyd al-Kindi, al- Farabi ibn tufail, para filusuf, maupun tokoh-tokoh dalam bidang hukum (fikih), seperti Imam Abu Hanifah,Imam Malik, Imam Syafi’i dan imam ahmad bin hambal.

Kestabilan politik pada masa sekarang di Indonesia masih kurang begitu stabil, permasalahan-permasalahan datang silih berganti bak jamur di musim hujan. Salah satunya mengenai kontroversi perencanaan pembangunan gedung baru DPR.

Usut punya usut pembangunan gedung baru DPR adalah rekomendasi tim peningkatan kerja anggota dewan. Meski banyak menimbulkan pertentangan di masyarakat, DPR terus mensosialisasi pentingnya gedung baru tersebut. Bangunan senilai Rp 1,6 triliun ini rencananya akan mulai dikerjakan Oktober tahun ini. Dana APBNP 2010 sebesar Rp 250 miliar juga akan segera di gunakan setelah peletakan batu pertama.

Sebelumnya gedung baru DPR disebut mencapai luas 157.000 meter persegi. Masing-masing anggota dewan memiliki ruang kerja seluas 120 meter persegi. Ruang kerja tersebut terdiri dari ruang kerja anggota, ruang staf ahli dan asisten pribadi, ruang rapat kecil, kamar istirahat, kamar mandi, WC, dan ruang tamu. Meskipun sejumlah anggota DPR dari FPD seperti Venna Melinda mendukung pembanguan Gedung Baru DPR yang difasilitasi kolam renang dan Spa.
Tidak mudah memang untuk merubah tatanan yang ada pada sistem pemerintahan. Namun kita bisa memulai dengan perubahan-perubahan kecil di sekitar kita, dimulai dari diri kita sendiri.Mengambil keteladanan pada masa lalu.

pai-d08 mengatakan...

Nama : Joni Wiratama
NIM : 08410159

Salah satu zaman keemasan islam adalah pada era Abbasiyah, walau di katakana termasuk zaman keemasan ternyata tidak sepenuhnya pada era ini mengalami perkembangan, seperti pada masa khalifah pertama dan kedua (Abdul Abbas As Shaffah dan abu jakfar al mansur), pada masa itu pembangunan sangat pesat akan tetapi aspek yang lain tidak begitu di perhatikan, seperti pendidikan dan lain lain, maka terjadilah kepincangan karena hanya aspek pembangunan saja yang di perhatikan
Setelah era penguasa yang mengutamakan pendidikan akhirnya ada penguasa yang memperhatikan aspek pendidikan yaitu khalifah harun ar rosyid dan al makmun, kecintaan ereka terhadap ilmu pengetahuan terbukti dengan adanya Majlis Munadharah, kuttab, dan Darul Hikmah. Pada masa itu terjadi keseimbangan antara pendidikan dan pembangunan sehingga menciptakan arus pusaran kuat yang menarik orang orang dari lain daerah untuk menuntut ilmu di sana.
Melihat dari sejarah abbasiyah seharusnya Negara ini dapat mengambilnya sebagai acuan, daulah bani abbasiyah yang begitu hebatnya ternyata pernah megalami kepincangan karena ketidak seimbangan antara pendidikan dan pembanguan, oleh karena itu Indonesia seharusnya tidak mengulangi masa itu, dan seharunya menggunakan dana pembangunan untuk lebih di investasikan pada pendidikan, karena bangunan di Indonesia sudah cukup bagus dan akan lebih bermanfaat jika pendidikan yang di utamakan karena masih banyak orang yang tidak bisa sekolah dan hanya belajar lewang lingkungan, dengan terciptanya iklim pendidikan yang merata pastilah Indonesia akan menjadi Negara yang makmur. Ini semua juga bukan hanya tugas pemerintah akan tetapi tugas kita bersama, percuma jika hanya pemerintah yang berubah tetapi kita “jangan menunngu pemimpin untuk menjadi baik”, tapi mulailah dari diri kita, kemudian ajak kerabat, teman, dan lingkungan sekitar dan suruh juga mereka untuk mengajak yang lain.
Jika pembangunan besar-besaran di Indonesia untuk mempercantik diri tidak dapat dihindarkan, semoga nantinya dapat menjadi pelajaran, dan semoga muncul pemimpin (satria paninggit) yang benar benar cinta Indonesia yang dapat membawa kemakmuran, lebih dari itu mari tanamkan jiwa satria paningit pada diri kita untuk menuju Indonesia yang lebih baik.

el_kahfi mengatakan...

Nama : M Nailul Furqon
NIM : 08410163

20% APBN sudah secara resmi pemerintah peruntukkan khusus untuk menunjang kebutuhan pendidikan nasional. Namun nyatanya masih banyak anak-anak usia sekolah dengan tanpa beban lebih memilih untuk putus sekolah ketimbang harus melihat orang tua yang kepayahan membanting tulang demi kebutuhan hidup belajar mereka. Pendidikan memang tidak bisa kita pisahkan dengan dorongan ekonomi yang cukup. Selain dua pandangan politik berikut:
a. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia
b. Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya .
yang memihak terciptanya iklim pendidikan yang mumpuni, ternyata pemerintahan daulah bani Abbasyiah pada masa keemasaannya tidak kekurangan akan materi. Atas dasar kemapanan ekonomi itulah mengapa kholifah2 yang memerintah dapat fokus berkonsentrasi pada pengembangan ilmu pengetahuan.
Indonesia sebagai negara yang masih saja ”berkembang”, patut memperhatikan hal ini. Kemapanan ekonomi bukan hanya akan berdampak pada pendidikan saja, namun pastinya pula pada bidang2 lainnya. Dengan gencarnya anggota legislatif menuntut pembangunan gedung DPR yang sekaligus ”apartemen” yang senilai milyaran rupiah itu, hampir semua telinga geram mendengarnya. Bukan berarti tidak boleh melakukan renofasi yang demikian ”untuk ke-efektif dan efisien-an kerja” dalih mereka, namun tengoklah berita beberapa hari yang lalu sebuah bangunan sekolah rubuh dikarenakan usianya sebanding dengan usia penjajahan belanda???? sejatinya mereka pun tahu mana yang penting dan mana yang harus didahulukan.
tak usahlah repot2 membangun citra baik dimata masyarakat, cukup dengan serius menjalankan tugasnya melayani rakyat sebaik2nya, citra tersebut akan terbangun dengan sendirinya...

hendri mengatakan...

Nama : Hendri apri yanto
Nim : 08410046

Pada masa abbasiyah muncul gerakan yang sangat terkenal yaitu kemunculan gerakan intelektual dalam sejarah islam.sehingga pada masa itu dikenal sebagai masa kebangkitan pemikiran dan budaya.
Pendidikan merupakan sarana untuk memajukan peradaban, oleh karenanya pada masa abbasiyah para khalifahnya sangat menjunjung tinggi pendidikan. Nah ini merupakan bahan pemikiran kita tentang dunia pendidikan sekarang ini. Bagaimana pendidikan sekarang bisa belajar dari masa Bani Abbasiyah yang mementingkan pendidikan, terutama para pemimpinnya yang rela mengorbankan tenaga dan kekayaannya untuk meningkatkan pendidikan masyarakat. Karena mereka sadar bahwa, untuk mencerdaskan umat, perlu adanya peran aktif dari pemimpin bangsa untuk mewujudkannya.
Sebuah rencana pembangunan gedung yang tidak rasional ditengah kondisi Bangsa Indonesia yang seperti saat ini, masih banyak gedung-gedung sekolah rusak yang tidak layak lagi, kemiskinan, bayi dengan gizi buruk, serta berbagai fasilitas umum yang tidak memadai, namun pemerintah (anggota DPR) sepertinya menutup mata terhadap realita yang ada.saya meminta rencana pembangunan gedung Dewan Perwakilan Rakyat dihentikan karena melukai hati rakyat yang saat ini banyak infrastuktur pendidikan yang masih buruk juga kemiskinan yang semakin lama bukannya berkurang tapi malah bertambah"Saya minta wakil rakyat memiliki hati nurani dan menghentikan rencana pembangunan gedung DPR yang memakan biaya cukup besar itu," dan ingatlah para anggota DPR kalian dipilih untuk rakyat dan dibayar pun juga oleh rakyat jadi ilingo tugas kalian adalah mensejahterakan rakyat.
Dengan demikian seorang penguasa harus bisa mengerti apa yang menjadi problem masyarakat,dan seorang penguasa juga harus rela berkorban untuk rakyatnya,bukannya memetingkan kepentingan dirinya sendri atupun kelompok. Seharusnya seorang pemimpin bisa mencontoh kepemimpinan pada masa kholifah bani abbasiya, bagaimana seor ang pemimpinnya yang rela mengorbankan tenaga dan kekayaannya untuk meningkatkan pendidikan masyarakat.

kawulo alit mengatakan...

Nama :Khoirul Mustangin
NIM :08410098

Pendidikan bukan hanya menjadi perhatian besar bagi pemerintah Indonesia namun juga menjadi perhatian utama di seluruh dunia. karena pendidikan menjadi dasar dan kunci masa depan bangsa.
masa depan bangsa dipertaruhkan di tangan mereka yang berpendidikan baik, bukan cuma sekedar seberapa banyak titel yang diterima, dan seberapa jauh kita mengenyam pendidikan itu, tetapi apa yang dihasilkan dari pendidikan yang diterima itu bagi kemajuan bangsa dan negara.
jika kita melihat kebelakang pendidikan pada masa bani Abbasiyah sangatlah maju, Padda masa bani Abasiyah tidaklah memfokuskan pada perluasan wilayah tidak seperti pada masa bani Umayah. Pada masa bani Abbasiyah lebih terfokus pada pembangunan wilayah yang sudah dikuasai oleh umat islam seperti Bagdad, disana banyak didirikan sarana-sarana ibadah, tempat pendidikan seperti kutab/ maktab, didirikannya perpustakaan, munculnya pemikir-pemikir baru, dll. Sistem pendidikan pada masa Abbasiyah pendidikan islam sudah maju, jenjang pendidikan dari dasar sampai tingkat universitas sudah ada, kemudian guru diberikan gaji dan di bangunkan sebuah rumah untuk tempat tinggal. Perkembangan pendidikan islam pada zaman ini bisa berkembang pesat karena kebijakan pemerintah yang sangat tanggap terhadap dunia pendidikan. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Sekilas itu tadi adalah gambaran pendidikan pada masa bani Abbasiyah, kemudian bisa kita jadikan cermin untuk memperjuangkan pendidikan di indonesia. Ketika kita melihat pendidikan di indonesia masih banyak kejanggalan yang terjadi dalam dunia pendidikan seperti halnya masih saja menemukan anak-anak yang terkebelakang, bukan cuma pendidikannya namun mental dan moralnya...? apa yang salah dengan pendidikan di negara kita Indonesia ini..? atau apakah, tangan pemerintah masih kurang panjang untuk memperhatikan anak-anak yang adalah calon penerus masa depan bangsa..? atau apakah pemerintah dan semua orang yang ada di pemerintahan terlalu sibuk dengan urusan masing-masing, dan lebih sibuk mengurusi hal-hal yang "tidak terlalu penting" itu sehingga melupakan masalah yang sangat penting ini...?
Disaat banyak sekolah bagi anak cucu kita yang rusak, mereka menggunakan anggaran rakyat triliunan rupiah untuk mempernyaman diri. Betapa tidak masuk akalnya, ketika mereka setuju dengan rencana pemindahan pusat pemerintahan, mereka tetap saja kukuh mempercantik istana gedung DPR di Jakarta. Sungguh paradok negeri ini”
Triliunan rupiah gedung baru DPR pantas ditukar dengan ketercukupan anggaran pendidikan untuk memperbaiki infrastruktur sekolah di seluruh pelosok Ibu Pertiwi. Anggota DPR, penghuni gedung “cangkang hijau” di Senayan harus memperjuangkan kelayakan hunian belajar bagi para siswa untuk menciptakan generasi-generasi penerus bangsa yang unggul. Mereka bersama dengan anggota dewan yang lain di level provinsi dan kabupaten/kota dapat menginspirasi monumen-monumen “sekolah layak” di wilayah atau daerah pemilihan masing-masing. Partai politik sebagai instrumen keterwakilan mandat rakyat yang memiliki struktur dari pusat hingga daerah tidak luput dari tanggungjawab besar tersebut. Bagaimana mendorong alokasi APBD dan DAK yang pro terhadap persoalan perbaikan fasilitas pendidikan, disamping penggalangan sumber-sumber pendanaan lainnya.

Ingatlah wahai pejabat negara sang wakil rakyat,
kau di beri sebuah amanat oleh rakyat untuk memperjuangkan rakyat
jabatan mu bukan untuk bersenang-senang
jalan-jalan ke luar negri
membangun gedung untuk kenyamanan diri sendiri
rakyat berhak mendapatkan kehidupan yang layak
Kekecewaan rakyat terhadap pemerintah saat ini pasti,
namun asa perubahan dan kemajuan yang lebih baik tidak boleh padam
Dan generasi wakil rakyat PASTI BERGANTI
Semoga gerakan pemuda berikutnya yang nantinya MAYORITAS menduduki kursi Senayan lebih berempati kepada masyarakat
“LAWAN PENINDASAN DAN KEBODOHAN”

Fery mengatakan...

Nama : Fery Ade Saputra
NIM : 08410108

mengenai sejarah pendidikan era bani Abbasiyah tentang penguasa yang tidak konsen terhadap persoalan pendidikan, mungkin tidak jauh berbeda dengan keadaan Indonesia saat ini, pemerintah lebih banyak mementingkan kepentingan mereka sendiri dari pada kepentingan masyarakat yang semestinya diperjuangkan. contoh yang paling sering diperdebatkan saat ini adalah tentang pembangunan gedung baru anggota DPR yang menghabiskan dana besar dengan fasilitas mewah yang memanjakan anggota DPR, mereka tidak melihat bahwa di daerah-daerah tertentu masih banyak persoalan pendidikan yang belum terselesaikan, masih banyak bangunan-bangunan sekolah yang rusak, fasilitas yang kurang memadahi, anak-anak yang putus sekolah karena keterbatasan biaya, dan lain sebagainya, akan tetapi pemerintah seperti tutup mata melihat keadaan tersebut. mereka menginginkan kualitas pendidikan di Indonesia bagus, tetapi kenapa dari dulu masalah-masalah pendidikan seperti itu sampai sekarang masih belum terselesaikan juga, kenapa mereka lebih mementingkan diri sendiri padahal mereka adalah wakil rakyat yang seharusnya melayani masyarakat, kenapa mereka seperti acuh tak acuh, ada apakah dengan pemerintah, mau dikemanakankah nasib pendidikan Indonesia saat ini.
seharusnya pemerintah memahami apa yang dibutuhkan rakyat, selesaikan masalah-masalah yang masih terbengkalai, sehingga pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih maju, setelah semua masalah terselesaikan barulah bisa dimaklumi jika mereka ingin membangun gedung baru. dan masyarakat juga diharapkan bisa membantu dalam memperbaiki keadaaan pendidikan di Indonesia, tidak hanya berdiam diri menunggu para wakil rakyat bertindak, terlalu lama jika masyarakat hanya pasrah saja. maka dari itu peran pemerintah dan masyarakat dalam membangun pendidikan amatlah penting. mari bangun pendidikan.

boys before flowers mengatakan...

Nama:Yyang Istiqomah
NIM: 08410178 /PAI D
Sebuah masyarakat (Bani Abbasiyah) yang punya kesadaran yang tinggi akan ilmu, hal ini ditunjukan masyarakat yang sangat antusias dalam mencari ilmu, penghargaan yang tinggi bagi para ulama, para pencari ilmu, tempat-tempat menuntut ilmu, banyaknya perpustakaan-perpustakaan pribadi yang dibuka untuk umum dan juga hadirnya perpustakaan Bayt al-Hikmah yang disponsori oleh khalifah pada waktu yang membantu dalam menciptakan iklim akademik yang kondusif. Tak heran jika kita menemukan tokoh-tokoh besar yang lahir pada masa ini. Tradisi intelektual inilah yang seharusnya kita contoh, sebagai usaha sadar keilmuan kita dalam mengejar ketertinggalan dan ini segera lepas dari keterpurukan.
Pada masa inilah Islam meraih kejayaanya. Banyak kontribusi keilmuan yang disumbangkan. Karya dan tokoh-tokohnya telah menjadi inspirasi dalam pengembangan keilmuan, oleh karena itu masa ini dikatakan sebagai masa keemasan Islam walau akhirnya peradaban Islam mengalami kemunduran dan kehancuran di bidang keilmuan bersamaan dengan berakhirnya pemerintahan Abbasiyah.
Dari kajian ini, diharapkan mampu menyadarkan kita akan pentingnya lingkungan intelektual yang kondusif dan memotivasi untuk mencari ilmu. Belajar sejarah akan tidak ada gunanya jika kita tidak bisa mengambil pelajaran darinya
Membandingkan dengan pendidikan di Indonesia baru- baru ini Kalangan DPR dari lintas fraksi yang tergabung dalam Kaukus Peduli Pendidikan mengancam akan melakukan impeachment terhadap Presiden SBY. Alasannya, pemerintah dinilai telah melakukan pelanggaran amanat UU 45 selama 2005-2007. Yakni, sampai hari ini anggaran pendidikan tidak pernah mencapai angka 20% sebagaimana yang ditetapkan UUD 45. Ini sangat kontras bila dibandingkan dengan keinginan DPR untuk pembangunan gedung baru yang memakai uang rakyat triliyunan rupiyah. Dengan tidak mempedulikan jeritan rakyat mereka ngoyot tetang menuntut fasilitas tetapi kerjanya minus. Apa yang manusia yang mengaku wakil rakyat ketika siding?mereka tidur, bahkan nonton video porno. Yang perlu diperbaiki adalah pendidikan dulu karena jika SDM cerdas, maka Negara pasti cepat berkembang tidak hanya mengirim bahan mentah dan diolah keLuar negeri diimpor lagi dengan harga mahal. Tidak hanya manusia cerdas yang dibutuhkan Indonesia tetapi juga yang berakhlak baik. Karena orang yang cerdas saja biasanya cenderung egois dan tidak berjiwa sosial.

SHARK GAME corporation mengatakan...

Nama : RIDHA EKA NUGROHO
NIM : 08410170
Pada masa bani abasiyah Perkembangan ilmu pengetahuan maju dengan pesat, yakni ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh yang sangat terkenal. Misal. Harun Al-rasyid, pada masa kekhalifahanya dinasti abasiyah mengalami kemakmuran bila dibandingkan sebelumnya. Selain itu bidang ekonomi,social juga mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pada masa tersebut masyarakat lebih aman tentram dan sejahtera, hamper seluruh rakyat mencintai Rasyid. Harun AL-rasyid sendiri adalah khalifah yang mencintai Pengetahuan, hal ini terbukti karena:
• Adanya semangat yang kuat dari setiap masyarakat untuk melakukan pendidikan dan ini sudah menjadi budaya masyarakat yamg sering disebut dengan Budaya belajar.
• pemerintahan Harun Al-rasyid sangat memajukan pendidikan, serta mendukung ilmu pengetahuan.
• Mengalokasikan angggaran Negara untuk kemajuan pendidikan.
Dari hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa harun Al-Rasyid adalah pemimpin yang peduli akan ilmu pengetahuan dan pendidikan di negaranya.
Bila dibandingkan dengan Pemerintahan jaman sekarang, hal tersebut sangat kontras. Para pemimpin dan wakil-wakil rakyat kurang peduli akan pentingnya pendidikan bagi peradaban suatu bangsa, mereka lebih suka menggunakan anggaran Negara hanya untuk kepentingan yang tidak urgen, misal; pemimpin/wakil rakyat lebih tertarik untuk menganggarkan anggran Negara untuk membangun infrastruktur gedung/kantor yang masih terlihat bagus, tetapi di lain sisi masih banyak sekolah-sekolah yang mempunyai gedung yang hampir roboh, Pemimpin/wakil rakyat kurang memperhatikan hal tersebut.
Selain itu para pemimpin/wakil rakyat kurang begitu mementingkan peningkatan mutu pendidikan, mereka terkesan kurang semangat bila membahas peningkatan mutu pendidikan di negaranya.
Dan yang paling di sayangkan adalah, mereka kurang bisa menjadi panutan/teladan bagi rakyatnya karena masih banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran moralitas serta tidak sesuai dengan norma keIndonesiaan yang menjunjung tinggi kesopanan.
Maka dari itu, sudah menjadi hal yang wajar jika pada jaman sekarang rakyat kurang mencintai para pemimpin-pemimpinnya. Jika dalam bidang pendidikan saja mereka kurang respect untuk menjadikan Negara Indonesia sejahtera serta mendapat pendidikan yang layak, yang sesuai dengan amanat UUD 1945.

Erma17.blogspot.com mengatakan...

Nama : Erma Masruroh
NIM ; 08410161

Penguasa (pemerintah dan DPR) memang tidak pernah memperhatikan masyarakat terutama pendidikan. Lihat saja masih banyak anak-anak yang putus sekolah, pemberian bantuan pun tak ada. Masalah-masalah pendidikan lainnya pun masih banyak yang terjadi, misalnya sarana dan prasarana sekolah, tenaga guru.
Apalagi dengan adanya pembangunan gedung DPR yang akan dilasanakan, pentingkah hal ini dilakukan?, kalau memang pekerjaannya itu sudah benar dilakukan mungkin wajar bila hal ini dilakukan. Namun itu menurut saya Cuma membuang-buang anggaran anggaran negara. Kalau mereka sadar, anggaran yang besar itu sebenarnya harus dialokasikan untuk anak-anak yang putus sekolah, anak-anak gelandangan yang tidak mampu membayar uang sekolah, memperbaiki sekolah-sekolah yang sudah tidak layak, kesejahteraan guru, pemberian fasilitas bagi sekolah-sekolah yang belum lengkap sarana dan prasarananya. Tentu saja hal ini harus ada kerja sama dari semua pihak, tidak hanya pihak-pihak tertentu saja.

Muh. Alif Kurniawan mengatakan...

السلام عليكم و.و
Nama: Muh. Alif Kurniawan
NIM: 08410182
Kelas: PAI D
Pemerintah dalam sebuah negara adalah salah satu unsur yang sangat penting. Di mana dengan adanya pemerintahan/ pemerintah suatu negara akan berjalan terstruktur pada suatu tujuan tertentu.
Namun dewasa ini pemerintah yang seharusnya memimpin masyarakat menggapai tujuan sebuah negara sangatlah jauh dari apa yang kita harapkan. Banyak sekali tokoh masyarakat yang memperebutkan kedudukan dikursi pemerintahan, meski mereka harus mengeluarkan "biaya" yang tidak sedikit untuk mendapatkannya. Namun apa hasilnya jika pemerintah sudah seperti itu, pemerintahan seakan hanya uang dan uang meski "banyak hutang". Dapat kita lihat dimanapun yang diprioritaskan adalah uang bahkan sampai ke dunia pendidikan.
Meski demikian tampaknya pendidikan di negara Indonesia belum terlihat "membaik", orang belajar dengan sudah keluar uang banyak ya tetap seperti itu juga, pemerintah juga kurang maksimal memikirkan hal yang demikian, banyak sekolah yang bangunannya sudah tidak memadai namun tidak ada tanggapan sedikitpun dari pihak pemerintah, mereka hanya mementingkan "yang penting tempat kerja sendiri nyaman sudahlah cukup" seperti yang akhir-akhir ini menjadi kontra di negara Indonesia yaitu pembangunan gedung DPR yang perkiraan dananya triliyunan, itu sebagai bukti bahwa ketidak pedulian pemerintah untuk rakyatnya.
Mari sejenak kita tengok pengalaman luar biasa di era Abbasiyah, ketika kholifah pertama yang membangun gedung serta istana seluar biasa mungkin tanpa diimbanginya dengan keilmuan membuat hancur pemerintahan saat itu serta ketidak berkembangnya ilmu pada masa itu. Bandingkan dengan masa kekholifahan yang selanjutnya yang mementingkan ilmu untuk dikembangkan dan hasilnya dari perkambangan ilmu itu adalah kesejahteraan dan kemakmuran yang didapat.
Dapat kita ambil ibrahnya dari sejarah tersebut, betapa pentingnya keilmuan sebagai salah satu tonggak berdirinya sebuah negara. Jika masyarakat Indonesia mau sedikit berubah, dengan lebih serius dalam studi serta mementingkan kepentingan umum dari pada pribadi semata, bisa jadi lima tahun yang akan datang Indonesia menjadi negara yang terpandang oleh negara lain, bukan karena sisi negatifnya namun dari sisi positifnya, mungkin bisa jadi banyak masyarakat asing yang lebih percaya beljar di negara Indonesia dari pada di negara lain. Sudah dari alamnya yang sebenarnya baik dan menarik ditambah lagi dengan keilmuannya.
والسلام عليكم و.و

Galang mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Naely Magfiroh
08410198

Bismillahirrahmanirrahim,,,
Memprihatinkan memang, bila kita mencermati kondisi riil pendidikan masyarakat Indonesia saat ini, apalagi bila dikaitkan dengan perhatian pemerintah terhadap bidang pendidikan.
Disaat pendidikan masih belum bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, justru hal yang tidak logis datang dari para petinggi bangsa ini yang dikatakan telah sangat berpendidikan. Wacana yang sedang hangat dan menjadi kontroversi dikalangan masyarakat secara luas ialah mengenai pembangunan gedung DPR yang menembus biaya “fantastis”,.. 1,16 trilyun!! Biaya yang sangat sangat hebat untuk pembangunan sebuah gedung. Dengan berdalih untuk menunjang kinerja anggota DPR, terutama untuk menjaga kesehatan dan kebugaran, wujud Gedung DPR akan menyerupai mal karena di dalamnya akan disediakan tempat pijat refleksi, pertokoan, koperasi, apotek, dan fasilitas lain yang tersebar di seluruh gedung. Apakah harus dengan hal seperti itu, barulah anggota DPR akan serius bekerja? Bermewah-mewahan menikmati segala fasilitas yang ada?? Tidak terpikirkah di benak mereka akan kondisi rakyat yang masih memprihatinkan, berkubang dalam kemiskinan, infrastruktur yang buruk, pendidikan yang tidak merata? Pertanyaan lanjutannya ialah, apakah mereka masih mempunyai hati nurani???
Pembangunan gedung tersebut hanyalah sebagian dari perilaku bermewah-mewahan anggota DPR. Seperti yang kita ketahui, saat pelantikan pada tahun 2009 lalu mereka menghabiskan biaya hampir RP41 miliar untuk biaya penginapan di hotel mewah dan insentif. Sesudah itu, publik juga dikagetkan dengan pengadaan komputer mahal bagi masing-masing anggota. Ck,,ck,,ck,,sungguh perilaku hedonisme telah merasuki gaya hidup para wakil rakyat kita.
Bagaimana dengan nasib pendidikan bangsa ini? persoalan pendidikan yang masih memprihatinkan, mutu pendidikan yang masih stagnan, pendidikan yang belum bisa diakses oleh seluruh rakyat, rupanya bukanlah menjadi hal yang mendapatkan perhatian serius dan diprioritaskan oleh para pemimpin kita. Terbukti dengan kehidupan hedonisme yang ditampilkan oleh anggota dewan, yang bila saja anggaran pembangunan yang fantastis itu ditekan dan selebihnya untuk kepentingan pendidikan, tentu hal tersebut sangat jauh lebih berguna bagi bangsa ini.
Rupanya kita perlu berkaca dan mengambil value dari zaman kejayaan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan yang terjadi di masa Daulah Abbasiyah, terutama pada masa khalifah Harun al Rasyid dan Al ma’mun. Ilmu pengetahuan berkembang pesat, upaya besar-besaran untuk menerjemahkan manuskrip-manuskrip berbahasa asing, mengembangkan institusi khizanah al-hikmah (perputakaan dan pusat penelitian) menjadi bait al hikmah. Selain dari pemerintah daulah abbasiyah yang cinta akan ilmu pengetahuan, pemerintah juga membangun sarana-sarana untuk keperluan sosial seperti madrasah, pembangunan jalan, rumah sakit, dan lain sebagainya.
Dilihat dari kebijakan-kebijakan yang diambil, khalifah sangat memperhatikan kesejahteraan sosial, kekayaan negara tidak digunakan untuk bermewah-mewahan, namun digunakan untuk suatu hal yang luar biasa yakni untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan untuk kesejahteraan rakyatnya dengan membangun sarana-sarana yang dibutuhkan. Pembangunan lebih difokuskan untuk kemaslahatan dan perkembangan sosial, bukan untuk pribadi dan golongan.
Itulah kiranya, value yang dapat diambil dari masa kejayaan Islam Daulah Abbasiyah yang patut diteladani oleh kita semua, terutama para wakil rakyat negeri ini...

Ahmad_Crew mengatakan...

Nama : Rohmat Wijayanto
Nim : 08410186

Sebelum kita menjawab persoalan tersebut kita merujuk pada masa Dinasti abbasiyah.Pada Masa ini disintegrasi terjadi setelah pemerintahan periode pertama Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya pemerintahan dinasti ini mulai menurun, terutama di bidang politik. Dimana salah satu sebabnya adalah kecenderungan penguasa untuk hidup mewah dan kelemahan khalifah dalam memimpin roda pemerintahan.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat.
Seperti hal nya sistem pemerintahan di Indonesia sekarang banyak mengalami permasalahan dari segala bidang,baik perekonomian,politik maupun dalam segi hukum.Seharusnya para wakil rakyat yang ada di DPR harus lebih dapat memprioritaskan kepentingan utama dari pada yang lain.Melihat realita yang ada kemakmuran rakyat sangat minim,akan tetapi para wakil rakyat lebih mempermasalahkan soal pembangunan gedung DPR,hal ini seharusnya bukan suatu solusi untuk mengatasi masalah.Kunci utama seorang pemimpin harusnya dapat memperhatikan kepentingan rakyat,tanggung jawab terhadap amanat yang diberikan.Sikap bermewah-mewahan ( pembuatan gadung baru ) bukan syarat utama untuk mencapai kemakmuran rakyat.

Galang mengatakan...

Oktaviyan Galang AS (08410138)

Di Indonesia ini memang kenyataan yang terjadi di lingkungan pejabat2 DPR perlu di evaluasi kembali, banyaknya para pejabat2 DPR yang tidak melaksanakan tugasnya sebagai penampung aspirasi rakyat dan menjalankan pemerintahan dg baik. Yang sangat parahnya lagi DPR kurang memperhatikan pada sektor pendidikan, dimana pendidikan merupakan hal yang wajib untuk pembangunan. terbukti masih banyak masyarakat yng kurang menerima pendidikan diakibatkan lemahnya pengawasan pemerintah pada masyarakat yang kurang akan pendidikan. Padahal pendidikan ini merupakan sektor yang paling pemting dalam perkembangan.

Kalau kita lihat pada pemerintahan Daulah Abbasiyah yang mana pada saat itu sangat memperhatikan pendidikan. Banyak dibangunya baitul hikmah untuk belajar, pendidikan gratis untuk orang-orang yang tidak mampu. Denagn adanya ini semua Daulah Abbasiyah terkenal dengan masa keemasan Islam pada saat itu karena pemerintahnya sangt memperhatikan pendidikan.

Rekonstruksi yang dapat ditawarkan yaitu denagn adanya Ibrah yang dapat dicontoh pada masa Dinasti Abbasiyah pemerintah dapat menggunakan apa yang dilakukan oleh Daulah Abbasiyah dengan memperhatikan pendidikan kemudian membangun sekolah-sekolah gratis untuk masyarakat yang tidak mampu dan lain2

ngoookkk nggiiikkk mengatakan...

Nama:Hafif wuryantoko
Nim : 08410126

Dinasti berusia paling panjang dalam sejarah Islam. Muhammad al-Saffah atau Abu Abbas berhasil merebut kekuasaan dari Bani Umayah pada 750 Masehi. Ia memanfaatkan ketidakpuasan orang-orang Islam non-Arab, kalangan Syiah serta keluarganya sendiri, Keluarga Hasyim. Ia membangun kekuasaan itu bersama Abu Muslim dari Khurasan. Maka yang dilakukannya adalah mengurangi pengaruh Arab di pemerintahan. Pada zaman itu juga ilmu pengetahuan sangat di utamakan dan pendidikan sangat berkembang pesat sekali,banyak ilmuan yang dilahirkan pada masa itu,bahkan Abbasiyah pada masa itu menjadi kiblat untuk dunia endidikan dine gara-negara lain.bahkn dinasti abbasiyah masyaraktnya sadar betul tentang pendidikan dan adanya dukungan dri pemerintah oleh karena itu pada masa itu didirikan lah beberapa bangunan missal:
•Madrasah yang terkenal ketika itu adalah madrasah Annidzamiyah, yang
didirikan oleh seorang perdana menteri bernama Nidzamul Muluk (456-486 M). Bangunan madrasah tersebut tersebar luas di kota Bagdad, Balkan, Muro, Tabaristan, Naisabur dan lain-lain.
•Kuttab, yakni tempat belajar bagi para siswa sekolah dasar dan menengah.
•Majlis Munadharah, tempat pertemuan para pujangga, ilmuan, para ulama,
cendikiawan dan para filosof dalam menyeminarkan dan mengkaji ilmu yang
mereka geluti.
•Darul Hikmah, gedung perpustakaan pusat

Dari masa abbsiyah bila dibandingkan dengan pendidikan sekekarang sangat jauh sekali,bahkan anggran untuk pendidikan cumn berapa persen yang dikeluarkan tidak sebanding dengn sekolah yang banyak didirikn di perkotaan.dan itu juga belum tersebar di berbagi pelosok desa.bahkan pemimpin kita yaitu DPR hanya memikirkan dirinya sendiri,hanya janji-janji semata untuk melabuhi masyrakat.mereka mengumpulkan pundi-pundi uang dan dibenamkan di kantong-kantong sendiri tanpa melihat kemajuan negaranya khususnya untuk dunia pendidikan.untuk itu kita sebagai generasi atau calon guru PAI yang akan datang sebaiknya menanmkan nilai-nilai cinta akan pentingya pendidikan agar kelak generasi-genersi yang akan mendatang lebih peduli tentang pendidikan.kalau bisa pendidikan gratis.malah ada kabar tentang adanya pembanguan gedung yang memakan biaya cukup besar,kalau memang mereka peduli mereka akan memintingkan kesejahtraan masyrakatn dan dunia pendidikan.kalau dunia pendidikan majukan enak.uye.Semoga Alloh akan melaknat anggota DPR yang masih egois untuk dirinya sendiri...AMMMMMMMMMIIIINNNNNN.

Eva Yuni Lestari mengatakan...

Nama : Eva Yuni Lestari
NIM : 08410258

Rekonstruksi Era Dinasti Abbasiyah

Pada masa dinasti Abbasiyah mencapai puncak keemasan yaitu pada zaman khalifah Harun Al-Rasyid pada tahun 786-809 Masehi dan putranya Al-Ma’un pada tahun 813-833 Masehi. Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Tingkat kemakmuran paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusateraan berada pada zaman keemasannya.
Pada masa ini lah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. Pada masa kekhalifahan Harun Al-Rasyid lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah yang memang sudah luas.
Al-Makmun, pengganti Harun Al-Rasyid dikenal sebagai khalifah yang cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Ia juga mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait Al-hikmah yaitu pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Makmun ini lah Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Pada masa dinasti Abbasiyah juga ada pergeseran kekuasaan dari sistem sentralistik menjadi sistem desentralistik. Kekuasaan politik Abbasiyah mengalami penurunan terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan negara-negara bagian sudah tidak menghiraukan pemerintah pusat kecuali pengakuan politiknya saja.
Melihat data sejarah pada masa dinasti Abbasiyah di atas, rekonstruksi untuk bangsa Indonesia mengenai masalah pendidikan pada saat sekarang ini yaitu pemerintah lebih mementingkan pendidikan dari pada kepentingan dirinya karena dengan pendidikan yang lebih maju akan membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik dan dengan pendidikan dapat mencetak generasi penerus bangsa yang akan membawa bangsa Indonesia kelak. Pemerintah dalam membuat kebijakan tentang pendidikan hendaknya memakai sistem desentralistik bukan sentralistik karena yang mengetahui keadaan nyata pendidikan adalah para pendidik sehingga harus ada kerjasama dan komunikasi dengan pendidik dalam membuat kebijakan pendidikan, tidak seenaknya sendiri mengganti kebijakan baru padahal tujuan pendidikan yang sedang dilakukan dan dalam proses belum mencapai tujuan yang maksimal.
Anggaran untuk pendidikan hendaknya langsung diberikan kepada lembaga pendidikan yang membutuhkan karena banyak sekali terjadi kecurangan yang harusnya dana untuk pendidikan 20% tapi ternyata tidak 20% yang sampai untuk dana pendidikan. Pemerintah hendaknya lebih mementingkan dana untuk pendidikan dari pada untuk studi banding ke negara-negara lain terkait masalah pengelolaan pemerintahan yang banyak mengeluarkan dana dari negara. Akan lebih efisien jika mengundang orang-orang penting dari negara lain untuk menyampaikan pengelolaan pemerintahan di negaranya itu sehingga dana negara tidak keluar terlalu banyak dan akan lebih bermanfaat jika dana tersebut dialirkan untuk pendidikan.

Anastasia Dansy mengatakan...

Nama : Anastasia Dansy Novitasari
NIM : 09410156
No. Absen : 50

Pada zaman perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam era Abbasiyah, buku mempunyai nilai yang sangat tinggi. Buku adalah merupakan sumber informasi berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikembangkan oleh para ahlinya, orang dengan mudah dapat belajar dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang tertulis dalam buku. Dengan demikian buku merupakan sarana utama dalam usaha pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan.
Pada saat itu berkembang perpustakaan-perpustakaan yang sifatnya umum, yang diselenggarakan oleh pemerintah atau merupakan wakaf dari para ulama dan sarjana. Baitul Hikmah di Bagdad yang didirikan oleh Khalifah Harun Al-Rasyid, adalah merupakan salah satu contoh dari perpustakaan Islam yang lengkap, yang berisi ilmu-ilmu agama Islam dan Bahasa Arab, bermacam-macam ilmu pengetahuan yang telah berkembang pada masa itu, dan berbagai buku-buku terjemahan dari bahasa-bahasa Yunani, Persia, India, Qibty dan Aramy.
Perpustakaan-perpustakaan dalam dunia Islam pada masa jayanya, dikatakan sudah menjadi aspek budaya yang penting, sekaligus sebagai tempat belajar dan sumber pengembangan ilmu pengetahuan.

Di Indonesia,Kita patut bersyukur jika pendidikan dasar sembilan tahun dapat diakses gratis seluruh masyarakat seperti dinyatakan Sekretaris Jenderal Depdiknas (Kompas, 21/2/2009).

Pemerataan pendidikan menjadi salah satu cita-cita bangsa. Berbagai undang-undang disahkan dan dana dialokasikan untuk cita-cita itu. Namun, berbagai pernyataan jaminan negara atas pendidikan itu tak lebih retorika.

Menguatnya komitmen pemerintah dalam pembiayaan pendidikan belum diimbangi langkah nyata meningkatkan pemerataan akses dan mutu yang bebas dari tekanan dan basa-basi politik. Dalam praktek, perwujudan pemerataan pendidikan tidak hanya memerlukan undang-undang dan dana.
Pemerintah daerah

Di sisi lain, pemerataan pendidikan terhambat kesadaran rendah para pemimpin daerah. Otonomi melimpahkan kewenangan dan tanggung jawab besar kepada pemerintah daerah.

UU BHP, misalnya, memberi kewenangan pemerintah daerah mengatur penyelenggaraan SD, SMP, dan SLTA (Pasal 21). Konsekeunsinya, tanggung jawab pembiayaan yang besar juga harus dipikul pemerintah daerah.

Dalam konteks SD-SMP seperti diatur Pasal 41, masih harus ditegaskan berapa yang harus ditanggung pemerintah pusat (60 persen) dan 40 persen pemerintah daerah. Yang jelas, pemerintah daerah juga diwajibkan menanggung minimal 1/3 biaya operasional SLTA.

Itu semua adalah ketentuan di atas kertas. Prakteknya, pewujudan tanggung jawab daerah dalam pembiayaan pendidikan amat tergantung komitmen dan niat pemimpin setempat. Warga Kabupaten Musi Banyu Asin, Kabupaten Jembrana dan Kota Yogyakarta, beruntung karena pemimpin mereka berusaha keras memenuhi tanggung jawab pembiayaan pendidikan.

Namun di berbagai tempat lain, ketentuan dan janji pembiayaan pendidikan justru membuat warga kecewa. Di Papua misalnya, gedung sekolah yang dibangun atas dana pemerintah pusat, selama enam bulan setelah diresmikan masih kosong tanpa kegiatan belajar-mengajar. Menurut pejabat setempat, itu karena pemerintah pusat hanya menyediakan gedung, meja-kursi, dan tidak membayar gaji guru, yang seharusnya ditanggung pemerintah daerah.

My Blog mengatakan...

Nama : Sufiandi (08410104)

Ketika zaman Daulah Abbasiyah terutama masa khalifah pertama dan kedua (Abdul Abbas As Shaffah dan abu jakfar al mansur), pembangunan gedung pemerintahan atau istana yang megah sangat pesat yang tidak diimbangi dengan pembangunan dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan. Hasilnya ilmu pengetahuan tidak bisa berkembang. Bandingkan dengan periode Harun ar Rasyid dan al Ma'mun yang memperhatikan segi keilmuan dan pendidikan sehingga menghasilkan sebuah kemakmuran dan kedamaian di negerinya. Kenapa pemerintah tidak bisa mengambil ibrah dari sejarah ini. Padahal kunci sukses adalah kemauan untuk belajar.
Rekonstruksi terhadap persoalan pendidikan (pemerintah/DPR).
Rencana pembangunan gedung DPR yang anggaranya 1,6 trilyun sangat tidak logis untuk direalisasikan. menilik motif dari rencana tersebut tampaknya menurut hemat komentator tidak ada argumen yang dapat dibenarkan.
Mengingat kalimat “mencerdaskan kehidupan bangsa” pada pembukaan UUD 45 yang merupakan tujuan disusunnya sebagai landasan bangsa, semestinya anggota DPR lebih pandai memahaminya untuk melaksanakan consensus dan amanah luhur bangsa tersebut. Intinya pemerintah zaman sekarang lebih pandai dalam membicarakn masalah korupsi daripada membicarakan pendidikan.

The Greats mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
The Greats mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
The Greats mengatakan...

NAMA : MOH. AHYAN YUSUF SYA'BANI
NIM : 08410100
E-mail : avarrell_254@yahoo.com

masa dinasti abbasiyyah sangat berbeda dengan apa yang dilakukan pada dinasti Umayyah. dinasti abbasiyyah lebih menekankan pada aspek ilmu pengetahuan dan juag pendidikan. hal demikian sangat berbeda dengan apa yang dilakukan dinasti sebelumnya yakni dinasti umayyah yang lebih mementingkan ekspansi teritorialnya pada daerah-daerah lain.
dunia pendidikan era abbasiyyah mengalami peningkatan yang luar biasa terutama saat dipimpin oleh khalifah Harun Al Rasyid dan Al Makmun. saat Harun Al Rasyid memerintah dinasti abbasiyyah mengalami kemajuan yang sangat pesat di segala bidang. bahkan dari sisi kemakmuran kehidupan rakyatnya sudah sangat mapan dan terjamin. terlebih ketika saat dinasti ini dipimpin oleh khalifah Al Makmun dunia pendidikan mengalami kemjuan yang sangat signifikan. perhatian yang serius dari pemerintah sangat dirasakan oleh rakyatnya terhadap dunia pendidikan. kebijakan penerjemahan buku-buku asing dari yunani yang dilakukan khalifah Al Makmun merupakan bukti serius pemerintah dalam memperhatikan dunia pendidikan dan tentunya untuk kemajuan ilmu pengetahuan saat itu. selain itu khalifah Al Makmun membangun pusat kajian ilmu pengetahuan terbesar saat itu yakni Baitul Hikmah sebagai pusat dari segala penerjemahan yang berfungsi sebagai perpustakaan dan juga pusat egala ilmu pengetahuan dan tentu pula pendidikan. itulah beberapa bukti serius pemerintah saat itu dalam memajukan dunia pendidikan.
untuk pemerintahan kita saat ini sangat kontras sekali dengan apa yang pernah dilakukan pemerintah dinasti kerajaan abbasiyyah. saat ini pemerintah kita lebih mengedepankan aspek kepentingan pribadi ketimbang kepentingan bersama untuk memajukan negara ini. dengan adanya rencana pembangunan gedung DPR di tengah ekonomi yang terpuruk ini merupaka suatu kebijakan pemerintah yang tidak peka terhadap permasalahan kehidupan rakyatnya. belum lagi kasus korupsi yang banyak dialami oleh anggota dewan dan juga kasus tenaga kerja kita yang sering dianiaya di negri majikannya. inilah sebagian potret buram dari kinerja pemerintah kita yang tidak serius dalam menyelesaikan persoalan-persoalan baik yang bersifat internal maupun eksternal dalam kehidupna berbangsa dan bernegara.
solusi alternatif dari keterpurukan ini ialah bahwa pemerintah harus merubah sikap dengan lebih serius memperhatikan masalah-masalah yang diderita oleh rakyatnya dan mengesampingkan segla kepentingan pribadi untuk memajukan kepentingan bersama yakni negara kita. pemerintah seharusnya bisa mencontoh berbagai pemerintahan di dunia yang menaruh perhatian serius terhadap permasalahan rakyatnya agar dapat diterapkan dalam pemerintahan negeri sendiri.