Kamis, Januari 08, 2009

RUMPUN IRFANI

Rumpun Irfani dalam Studi Islam

Cara Mendapatkan Ilmu
al-dhawqiyah (al-tajribah al-batiniyah)
al-riyadah,
al-mujahadah,
al-kashfiyah,
al-ishraqiyah,
al-laduniyah,
penghayatan batin/tasawuf.
Karena itu, pendekatan yang digunakan dalam nalar ini adalah psiko-gnosis, intuitif, dhawq, al-la 'aqlaniyah

Sumber dan Dasar
Sumber pengetahuan adalah pengalaman (experience).
Yang termasuk dalam pengalaman adalah al-ru'yah al-mubashirah, direct experience, al-'ilm al-khuduri, preverbal knowledge.
Yang menjadi dasar dari sistem irfani adalah adanya prinsip dikotomi antara zahir dengan batin. Batin mempunyai status lebih tinggi dalam hirarki pengetahuan model epistemologi ini.
Dalam nalar irfani dan bayani sama-sama ada analogi, namun keduanya berbeda. Analogi dalam nalar irfani didasarkan atas penyerupaan, ia tidak terikat oleh aturan, serta dapat menghasilkan jumlah bentuk yang tidak terbatas, sementara dalam nalar bayani didasarkan pada penyerupaan langsung

Fungsi Akal
partisipatif,
al-hads wa al-wijdan,
Bi-la hijab.
Nalar ini lebih menekankan pada pengalaman langsung, sehingga yang lebih banyak terlibat adalah rasa

Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam nalar ini mulai dari yang zahir ke batin, tanzil dan ta'wil, nubuwwah dan wilayah, dan haqiqi dan majazi.
nalar irfani lebih bebas dalam memahami yang tersurat. Imajinasi ranah ini lebih luas dan membuka berbagai kemungkinan secara bebas.
hasil dari nalar ini adalah kreatifitas dalam pencarian makna sebagai hasil berimajinasi yang kadang hasilnya bertolak belakang dengan hasil nalar bayani.
kadang terjadi benturan antara hasil pemahaman bayani dan irfani

Tolok Ukur
perasaan orang lain, simpati, empati.
Keputusan tidak didasarkan pada yang tersurat atau formalitas, namun lebih pada yang tersirat dan apa yang dirasakan pihak lain.
dalam nalar ini tidak muncul judgment (penghakiman) secara satu arah.
Kesimpulan hanya muncul setelah mendengar pemahaman dan perasaan pihak lain

Disiplin Ilmu
tasawuf dan akhlak.
Konsep tentang Tuhan misalnya, tidak sekedar didasarkan ada dasar tekstual dalam nas, namun apa yang dirasakan oleh seorang hamba ketika berhadapan dengan Tuhan. Konsep mendekatkan diri terhadap Tuhan sangat berbeda dengan nalar bayani. Jika dalam bayani mendekatkan diri pada Tuhan lebih didasarkan pada ukuran formal fiqhiyah, sementara pada nalar irfani lebih pada upaya mendekatkan diri secara spiritual dan mental dengan Tuhan, sehingga ukurannya cenderung subyektif meskipun tanpa meninggalkan ajaran formal, namun yang lebih ditekankan adalah aspek esoterik

Tidak ada komentar: