Jumat, Mei 02, 2008

MAKALAH KHAIRUL ANWAR

PENYUSUNAN SILABUS SKI DI MI WAHID HASYIM
PENDAHULUAN
Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah menjadi semakin besar. Lahirnya kedua undang-undang tersebut menandai sistem baru dalam penyelenggaraan pendidikan dari sistem yang cenderung sentralistik menjadi lebih desentralistik.
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan peserta didik, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
Banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian besar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, dan silabus dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi yang ditetapkan dengan Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 dan Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan dengan Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006

PEMBAHASAN

A. Pengertian Silabus
Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut.
1. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).
2. Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari peserta didik untuk mencapai Standar Isi.
3. Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar.
4. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui ketercapaian KD dan SK.
5. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.
6. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu.
7. Sumber Belajar apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar Isi tertentu.

B. Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan Dinas Pendidikan.
1. Sekolah dan komite sekolah
Pengembang silabus adalah sekolah bersama komite sekolah. Untuk menghasilkan silabus yang bermutu, sekolah bersama komite sekolah dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas.
2. Kelompok Sekolah
Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru kelas atau guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan dipergunakan oleh sekolah tersebut
3. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Beberapa sekolah atau sekolah-sekolah dalam sebuah yayasan dapat bergabung untuk menyusun silabus. Hal ini dimungkinkankarena sekolah dan komite sekolah karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan penyusunan silabus. Kelompok sekolah ini juga dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas dalam menyusun silabus.
4 Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing.
Dalam pengembangan silabus ini sekolah, kelompok kerja guru, atau dinas pendidikan dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, atau unit utama terkait yang ada di Departemen Pendidikan Nasional

C. Prinsip Pengembangan Silabus
1. Ilmiah: Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan: Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3. Sistematis: Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten: Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai: Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapain kompetensi dasar.
6. Aktual dan Kontekstual: Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel: Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar ditentukan berdasarkan dan atau memperhatikan kultur daerah masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan peserta didik tidak tercerabut dari lingkungannya.
8. Menyeluruh: Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
D. Komponen Dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus
A. Komponen silabus
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini.
1. Identitas Silabus
2. Standar Kompentensi
3. Kompetensi Dasar
4. Materi Pokok/Pembelajaran
5. Kegiatan Pembelajaran
6. Indikator
7. Penilaian
8. Alokasi Waktu
9. Sumber Belajar
Langkah-langkah Pengembangan Silabus
1. Mengisi identitas Silabus
Identitas terdiri dari nama sekolah, kelas, mata pelajaran, dan semester. Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus.
2. Menuliskan Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi diambil dari Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) Mata Pelajaran.
Sebelum menuliskan Standar Kompetensi, penyusun terlebih dahulu mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD;
b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
Standar Kompetensi dituliskan di atas matrik silabus di bawah tulisan semester.
3. Menuliskan Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi.
Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan Kompetensi Dasar;
b. keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran; dan
c. keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar antar mata pelajaran.
4. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus dipertimbangkan:
a. relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
b. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik;
c. kebermanfaatan bagi peserta didik;
d. struktur keilmuan;
e. kedalaman dan keluasan materi;
f. relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan; dan
g. alokasi waktu.
Selain itu harus diperhatikan:
a. kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji kebenaran dan kesahihannya;
b. tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang benar-benar diperlukan oleh siswa diperlukan oleh siswa;
c. kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya;
d. layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat;
e. menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut
5. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar mereka dapat bekerja dan melaksanakan proses pembelajaran secara profesional sesuai dengan tuntutan kurikulum.
b. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh.
c. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
d. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Guru harus selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa memiliki kompetensi yang telah ditetapkan.
e. Materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
f. Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang harus dikuasai untuk mencapai Kompetensi Dasar.
g. Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting artinya bagi KD-KD yang memerlukan prasyarat tertentu.
h. Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan pembelajaran materi tertentu).
i. Rumusan pernyataan dalam Kegiatan Pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan kegiatan pembelajaran siswa, yaitu kegiatan dan objek belajar.
Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru;
b. mencerminkan ciri khas dalam pegembangan kemapuan mata pelajaran;
c. disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana yang tersedia;
d. bervariasi dengan mengombinasikan kegiatan individu/perorangan, berpasangan, kelompok, dan klasikal; dan
e. memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekonomi, dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa yang bersangkutan.
6. Merumuskan Indikator
Untuk mengembangkan instrumen penilaian, terlebih dahulu diperhatikan indikator. Oleh karena itu, di dalam penentuan indikator diperlukan kriteria-kriteria berikut ini.
Kriteria indikator adalah sebagai berikut.
a. Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.
b. Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
c. Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills).
d. Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor).
e. Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.
f. Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati.
g. Menggunakan kata kerja operasional.
7. Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan (c) contoh instrumen.
8. Menentukan Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian suatu Kompetensi Dasar tertentu, dengan memperhatikan:
a. minggu efektif per semester,
b. alokasi waktu mata pelajaran, dan
c. jumlah kompetensi per semester.
9. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, yang dapat berupa: buku teks, media cetak, media elektronika, nara sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.

Analisis Silabi SKI Di MI Wahid Hasyim
a. sumber dan media
dalam hal ini sekolah ataupun guru hanya terpaku pada sumber yang sifatnya tekstual yaitu buku cetak, padahal jika guru tersebut mau lebih kreatif mengingat bahwa peserta didiknya adalah anak-anak yang rata-rata berumur 8-9 tahun yang notabenenya senang akan bermain, cepat bosan,dll. Guru bisa memakai sumber lain seperti komik, film, dll, karena materi yang disampaikan itu adalah sejarah tentang kelahiran dan kerasulan nabi akan lebih baik jika guru mau mencari film atau VCD discovery tentang perjalanan nabi Muhammad SAW dan saya kira itu akan jauh lebih efektif dan menyenangkan bagi peserta didik dibandingkan dengan hanya mendengarkan ceramah ataupun cerita, walaupun memang anak-anak juga senang mendengarkan cerita akan tetapi biasanya kosentrasi anak tersebut hanya bertahan sebentar, apalagi jika si guru tidak bisa menarik perhatian siswa dengan ceritanya.
b. Penilaian
dalam hal penilaian, semua penilaian disamakan semuanya walaupun indikatornya menuntut hal lain ataupun penilaian lain, yaitu berupa tes lisan dan tes tulis. Misalnya saja, pada indikator (a) menghindari kebiasaan tercela yang dilakukan masyarakat arab pra Islam, (b) menghindari sifat-sifat tercela dari pasukan abrahah, (c) mecontoh ketabahan Muhammad pada masa kanak-kanak. Dalam indikator ini, penialaian yang dipakaipun sama, yaitu berupa tes tulis dan tes lisan. Padahal seharusnya atau yang lebih tepat penilaiannya berupa pengamatan
c. Kompetensi dasar
Pada semester II standar kompetensinya adalah : mampu mengenal sejarah kelahiran dan sejarah kerasulan Nabi Muhammad SAW, serta dapat mengambil ibrahnya dan kompetensi dasarnya adalah mendeskripsikan peristiwa di utusnya nabi Muhammad SAW sebagi Nabi terakhir. Dalam menuliskan KD seharusnya penyusun terlebih dahulu mengkaji SK dan mencari keterkaitannya. Akan tetapi dari KD di atas tadi saya melihat adnya kekurangan, yaitu tidak adanya KD tentang peristiwa kelahiran Nabi akan tetapi langsung pada sejarah kerasulan Nabi. Padahal penyusunan KD itu harus hierarki atau berurutan.
d. Indikator
Dalam indikator jika saya amati saya merasa terlalu berat untuk ukuran anak usia SD atau MI jika tagihannya berupa menjelaskan proses ataupun yang lainnya, karena saya ragu kalau anak seusia mereka mampu menjelaskan proses turunnya wahyu karena taraf berpikirnya belum kearah sana, mungkin jika sebatas menyebutkan, menceritakan,dll itu masih bisa

PENUTUP

Dengan diberikannya kewenagan kepada sekolah untuk bisa mengelola sekolahnya, termasuk didalamnya menyusun kurikulum atau mengembangkannya, diharapkan itu akan membawa sesuatu yang lebih baik dan positif. Walaupun dalam realitasnya banyak guru, sekolah, dll, belum mampu mengembangkan tugasnya dalam hal ini mengembangkan kurikulum, akan tetapi dengan adanya perbaikan-perbaikan dan itu merupakan sebuah proses menuju kearah yang lebih baik, seiringan dengan berjalannya waktu guru,sekolah,dllnya akan mampu jadi lebih baik yang berdampak pada kualitas pendidikan di daerahnya khususnya dan di Indonesia umunya.


DAFTAR PUSTAKA

Sukmadinata, N. Sy. (2004). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
http//www.google.com

16 komentar:

ABAS mengatakan...

Cukup menarik pemaparan yang disampaikan saudara Khairul Anwar, karena dapat menjabarkan semua komponen dalam silabus. namun, dalam makalah ini saya belum menemukan penjelasan tentang alasan kenapa guru di MI tersebut membuat rumusan KD yang oleh pemakalah dirasa ada kekurangan. menurut saya, pemakalah harus menelisik lebih dalam tentang alasan guru (sang pembuat KD/silabus) kenapa membuat silabus/KD seperti itu?.
Kebetulan saya pernah ke MTs Wakhid Hasyim, dan yang saya ketahui bahwa di lingkungan PP Wakhid Hasyim semua lembaga pendidikannya (MI, MTs, dan MA)merupakan milik yayasan, dan kebetulan di MTs Wakhid Hasyim terdapat peralatan multimedia untuk pembelajaran SKI, kenapa yang MI tidak meminjam saja peralatan multimedia milik MTs?toh sama-sama satu yayasan.

agung mengatakan...

nama : Agung Prayoga
nim : 0641092-05
komentar : makalah yang saudara khoirul anwar tulis sangat menarik karena dalam tulisannya memuat pembahasan mengenai pembuatan silabus yang menganut kurikulum KTSP yaitu dari mulai dari pengertian silabus, pengembangan silabus, prinsip pengembnagan silabus, konmponen,dan langkah-langkah pengemangan silabus sampai hal-hal yang perlu diperhatiakan dalam langkah-langkah pengembangan silabus. tapi yang saya gsayangkan saya tidak menemukan pembahasan tenitang hambatan yang dialami oleh MI wahid hasyim dalam pengembangan silabi yaitu seperti biaya untuk pembuatan silabi itu, dan sarana serta prasarana yang mendukung jalanya pembelajaran. dan saya juga tidak menemukan solusi yang mendukung dalam kendala itu

hidup adalah perjuangan mengatakan...

kok nelitinya di wahid hasyim lagi?? yang lain dong! kita kan juga pingin tahu silabus PAI di sekolah umum...

ahmadsafii mengatakan...

setelah ku baca makalahmu, aku menilai cukup bagus, karena di dalamnya uda nyantumin berbagai analisis tentang silabus yang kamu teliti... berbagai masukan juga kamu cantumin... bagus...bagus... tapi silabus yang kamu teliti itu untuk kelas berapa? sesuaikah ide-ide yang kamu paparkan dalam penyusunan silabus itu jika di terapkan pada kelas yang bersangkutan?

machfud mengatakan...

Nama :M. Machfud arif
Kelas/Nim : PAI 3/05410139

Dari apa yang telah dijabarkan oleh mas irul tentang praktek penyusunan silabus SKI di MI Wahid hasyim saya rasa cukup baik dengan mencantumkan beberapa unsur untuk menyusun silabus dari prinsipnya, langkah-lanhkahnya maupun prosedur yang ada didalam silabus tersebut. Akan tetapi mungkin bisa lebih dirinci lagi dalam kajian dimakalah yang ditulis oleh mas irul seperti penelitian tersebut dari kelas berapa agar dalam melakukan analisis tidak asal mengatakan indicator yang ada terlalu berat untuk dipelajari pada taraf anak-anak di MI tersebut, dan mungkin bisa dicantumkan nama guru yang diwawancarai biar lebih jelas dan data lebih valid untuk dijadikan bahan kajian selanjutnya. Masa irul juga sudah baik dengan memberikan soslusi untuk mengembnagankan pembelajaran gar berjalan lebih baik dengan menganjurkan dalam proses pembelajaran tidak harus selalu memaki metode diskusi melainkan bisa memutar VCD maupun alat-alat audio yang lainya.

RIZKA FITRIA SARI mengatakan...

NAMA : Rizka fitria sari
Komentar :

a.Dalam makalah ini belum menggambarkan bagaimana aktifitas pembelajaran SKI di Ponpes Wahid Hasyom.
b.Bentuk penelitian dari makalah ini, dari penilaian belum cukup menyatakan hasil dari dalam komentar pemakalah.
c.Makalah saudara Khoirul Anwar hanya hanya kelemahannya saja yang dikemukakan.
d.Dalam makalah saudara Azhar Muttaqin hanya menguraikan definisi KTSP, belum menyinggung masalah SKInya, dan tidak menggambarkan bagaimana praktek pembelajaran SKI.
e.Dari ketiga pemakalah belum memberikan kontribusi riil bagi lokasi penelitian.
f.Dari ketiga makalah ini menguraikan secara detail definisi KTSP secara keseluruhan.

fuad ilul mengatakan...

buat sobat anwar ni komentar buat loo
"apakah analisis anda berdasarkan wawancara atau hanya telaah dari silabinya saja. kalau wawancara sebaiknya dicantumin dengan jelas nara sumbernya. kemudian yang dianalisis cuma sebagian saja trus analisis yang lainnya kemana?

by Fuad Nailulhuda (05410144)

SiDo RoNDo mengatakan...

Cukup bagus pemjelasan dari saudara khaerul anwar, dalam makalah anda sudah ada penjelasan tentang pengertian, prinsip- prinsip pengembangan silabus hingga sampai pada langkah- langkah penyusunan silabus. Namun dalam makalah anda saya belum menemukan penjelasan tentang :
1. sumber dan alat belajar
mengapa guru – guru di sana tidak menggunakan media elektronik seperti VCD sejarah kisah nabi. Kebetulan saya pernah ke MI wahid hasyim bahwasanya siswa – siswa di sana rata- rata berjumlah 15 anak perkelas. Seharusnya untuk menggunakan media pembelajaran eloktronik lebih terfokus dengan jumlah siswa yang relative sedikit. Anda hanya menjelaskan bahwa guru masih menggunakan media ceramah/cerita. Padahal di MTS wahid hasyim mempunyai banyak jenis media elektronik. Mengapa itu tidak dimanfaatkan.
2. teknik penilaian
kesulitan apa yang dihadapai guru sehingga, teknik penilaiannya hanya menggunakan teknik tes. Dengan jumlah siswa yang relative sedikit tersebut seharusnya dapat juga dimasukkan teknik penilaian non tes seperti : pengamatan, skala sikap, interview, biografi.
Itu saja mungkin yang lainya sudah terwakili oleh teman- teman.

writen by sigit bugiarto/ 05410065

Zaqqi Qudsi Kurniawan mengatakan...

Dari : Zaqqi Qudsi Kurniawan, NIM : 05410098

Dalam makalah Mas Khairul Anwar cukup memberikan gambaran tentang penyusunan silabus SKI di MI Wahid Hasyim, karena dalam makalah Mas Anwar selain dicantumkan teori pengembangan silabus, pada akhir pembahasan diikut sertakan analisis pengembangan silabus yang terdapat di MI Wahid Hasyim dengan mata pelajaran SKI. Dan dalam analisis tersebut menggambarkan bahwa perinsip teori pengembangan silabus belum sepenuhnya terlaksana. Hal tersebut tercermin ketika guru hanya menggunakan sumber belajar buku paket, penilaian tidak sesuai dengan indicator yang ingin dicapai, dan masih ada beberapa hal yang tidak selaras dengan pengembangan silabus.

salwa mengatakan...

nama: miss kadaria waenalai
(sebelumnya maaf, nebeng email teman. hehe... ;) )
anwar, koq simple banget c uraian penelitiaanya? udah gitu langsung nyeletuk salah smua lg...
coba di lampirin format silabusnya dunk, masa bisa kritiknya pedes gt? hehe...

cute mengatakan...

benarkah begitu? jadi penasaran, yuk kapan2 bahas bareng2? ;) hehe

rusmila dewi mengatakan...

Dalam penilaian SKI memang tes tulis atau lisan bukan pengamatan karen SKI adalah mempelajari sejarah. Pasti penilaian testulis atau lisan, tapi kenapa saudara malah mengatakan seharusnya penilaian dengan pengamatan?
Aspek apa yang diamati pada siswa untuk menilai?

Ririn Astuti mengatakan...

Secara keseluruhan makalh yang saudara bwt sudah lumayan baik, karena hasil penelitian mencakup tentang analisis silabus SKI di MI Wahid Hasyim. Tapi kenapa saudara tidak mencantumkan contoh bentuk silabus di MI Wahid Hasyim, supaya lebih jelas dari keterangan analisis anda mengenai silabus SKI. Truz bagaimana dengan proses penyusunan silabus sekolah tersebut apakah silabus dikembangkan oleh MI tersebut taw dikembangkan oleh tim MGMP ? ……..Sukses Ya….!

Paoezan'S mengatakan...

rul anda cerdas juga buat makalh segitu banyak, repfensinya diperbanyak biar analisisnya tajam oke....

Paoezan'S mengatakan...

fauzan s
05410007
hy Bro loe kuat juga buat makalh sebanyak itu, tapi kayaknya referensi yang loe pake cukup minim ya... kalo bisa diperbanyak biar analisisnya kuat oke... sukses buat loe..

ADEabdurrahman mengatakan...

saya juga setuju jika pembelajaran SKI, terutama di SD dengan menggunakan strategi pemutaran film, selain karena efektifitasnya, juga untuk menambah inajinasi anak tentang tempat-tempat yang terkait dengan sejarahnya. akan tetapi, apakah pemutaran film efektif, jika mempertimbangkan alokasi waktu yang diberikan sementar waktunya sangat singkat.
mengenai analisis indikator yang dijelaskan oleh peneliti, dijelaskan bahwa kata "menjelaskan" seharusnya tidak dugunakan untuk anak SD, kemudian peneliti lebih setuju jika menggunakan kata "menceritakan", yang menjadi pertanyaan, bukannya "menceritakan" itu sendiri merupkan bagian dari "menjelaskan", sehingga tidak ada perbedaannya. dan kata menjelaskan tentunya juga tidak mengapa digunakan, walaupun mereka di tingkat SD, tentunya menjlaskan anak SD memiliki pengetian sendiri dibandingkan anak tingkat SMP, begitu seterusnya. dan selebihnya cukup baik, karena ada analisis yang cukup jelas dari peneliti itu sendiri.